Kisah Nakes di Lampung Positif COVID-19: Mau Menyerah Tapi Takut Mati

"Kalau saya selesai sampai di sini, dosa masih banyak."

Bandar Lampung, IDN Times - Sebagai garda terdepan melawan COVID-19, tenaga kesehatan (nakes) dituntut menjalankan protokol kesehatan atau prokes dengan ketat dan benar. Terutama menjaga imun tubuh agar tetap kuat dan tidak mudah terpapar virus.

Namun, jam kerja yang semakin meningkat karena banyaknya pasien berdatangan ke rumah sakit membuat mereka lupa dengan kondisi kesehatan sendiri. Akibatnya, mereka menerima kenyataan pahit setelah dinyatakan positif.

Hal itu dirasakan langsung oleh dua tenaga medis dari Lampung yang hampir tidak percaya bahwa mereka terpapar virus corona. Berikut IDN Times rangkum kisah keduanya saat berjuang melawan virus menular ini.

1. Nakes pertama yang terpapar COVID-19 di Lampung

Kisah Nakes di Lampung Positif COVID-19: Mau Menyerah Tapi Takut MatiRapid tes pekerja media di LKBN Antara (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

DN merupakan perawat di sebuah rumah sakit Bandar Lampung. Awal pandemik, ia tidak menangani pasien COVID-19 namun bertugas di bagian rawat inap. Menurutnya sejak pandemik ini menyerang, DN sangat patuh dengan prokes.

Semua perlengkapan medis dari rumah sakit langsung dia cuci, bahkan tidak pernah dibawa masuk ke dalam rumah. Pihak keluarga menyiapkan peralatan mencuci pakaian sebelum DN masuk ke dalam rumah.

Ia sempat tidak percaya saat terpapar COVID-19, dan menjadi nakes pertama di Lampung yang dinyatakan positif.

"Pada saat itu saya syok ya dan hampir gak percaya, karena menurut saya sudah menjalani protokol kesehatan sangat ketat," ujarnya, Jumat (8/1/2021).

Baca Juga: Kaum Perempuan Lampung Ragu Vaksin COVID-19 dari Pemerintah 

2. Tertular dari suami yang pulang dari luar kota

Kisah Nakes di Lampung Positif COVID-19: Mau Menyerah Tapi Takut MatiSeorang pasien COVID-19 meletakkan kedua tangan di kepalanya (ANTARA FOTO/REUTERS/Baz Ratner)

Prokes yang sudah diterapkan DN saat menjalani tugas, ternyata harus runtuh karena dirinya ternyata tertular dari sang suami usai melakukan pekerjaan ke luar kota.

"Waktu itu suami saya naik travel ke Palembang. Pulang dari sana, dia langsung menunjukkan gejala sesak nafas hebat dan saturasi turun drastis," jelasnya.

DN mengalami gejala diare parah, demam, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, batuk, badan linu, dan menggigil seperti malaria. Ia memiliki nafsu makan dan merasakan nyeri kepala yang sangat hebat.

"Satu hari setelah terkonfirmasi positif, saya langsung ke rumah sakit sendiri. Waktu itu mau dijemput tapi saya masih sanggup nyetir. Suami saya yang kondisinya sudah sangat darurat waktu itu. Begitu sampai rumah sakit langsung dibantu sama teman-teman medis," paparnya.

3. Berada di titik pasrah tapi takut mati

Kisah Nakes di Lampung Positif COVID-19: Mau Menyerah Tapi Takut MatiIlustrasi paramedis yang menangani pasien COVID-19 di Aceh. Acehkini/Suparta

DN menceritakan, kondisinya waktu itu benar-benar membuatnya pasrah dan ingin menyerah. 

"Kami ini diajak ngobrol pun sudah susah. Kalau saya selesai hari ini, saya sampai di sini, dosa saya masih banyak. Saya mohon ampun dengan Yang Maha Kuasa untuk semua hal yang pernah saya lakukan, saya mohon ampun. Takut mati saya waktu itu," tuturnya.

Dalam kondisi tersebut, DN tak ingin menyalahkan siapa pun. Menurutnya, hal yang salah saat terkena COVID-19 adalah menyalahkan orang lain. 

"Kita pasrah saja, jangan stres tapi kalau belum mengalami sendiri emang gak bisa ngomong seperti itu," ujarnya.

Baca Juga: Lampung Terima 4.988.624 Vaksin COVID-19, Ini Calon Penerimanya

4. Keadaan makin memburuk saat keluarganya terpapar COVID-19

Kisah Nakes di Lampung Positif COVID-19: Mau Menyerah Tapi Takut MatiIlustrasi virus corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Keadaan DN awalnya sudah mulai membaik di hari kedua di rumah sakit. Diare yang pada awalnya berlangsung 1 jam sekali, berubah menjadi 3 jam sekali. Namun kabar buruk itu datang lagi dan membuat kondisinya menurun. Ayah, ibu, adik dan anak-anaknya juga dinyatakan positif.

"Saya makin stres. Tenggorokan ini rasanya ada duri ikan, semakin sakit sekali saat saya mengetahui keluarga saya juga positif," ungkapnya.

Namun DN merasa beruntung karena perawatan yang dilakukan tim medis sangat baik. Selain itu, keluarganya membantu untuk memberi obat-obatan. Hal itu membuatnya bangkit melawan virus corona.

5. Terpapar usai menangani pasien COVID-19

Kisah Nakes di Lampung Positif COVID-19: Mau Menyerah Tapi Takut MatiIlustrasi petugas medis. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya

Cerita lain datang dari Rini, salah satu perawat di Rumah Sakit Swasta di Bandar Lampung. Rini juga merasa syok dan tak menyangka jika dirinya dinyatakan positif COVID-19.

Awalnya, Rini merasakan demam selama empat hari berturut-turut. Kemudian indra penciuman mulai tidak berfungsi sama sekali. Ia dianjurkan dokter untuk melakukan tes antigen namun hasilnya negatif. Setelahnya ia kembali melakukan swab dan hasilnya positif.

"Saya terpapar dari pasien yang ternyata dia positif COVID-19. Pada saat saya tangani, saya belum tau kalau dia positif," ujarnya.

Rini tak sampai dirawat, dirinya hanya melakukan isolasi mandiri di rumah selama 14 hari. "Begitu hasil lab keluar, saya langsung memberi tahu orang-orang agar tak khawatir biar imun gak turun. Jika stres, imun kita langsung turun," jelasnya.

6. Pentingnya menerapkan protokol kesehatan secara ketat

Kisah Nakes di Lampung Positif COVID-19: Mau Menyerah Tapi Takut Matiilustrasi tenaga kesehatan. ANTARA FOTO/Fauzan

Kedua nakes yang pernah terpapar COVID-19 tersebut memiliki pesan yang sama dalam mengantisipasi penyebaran covid-19. Menurut mereka prokes 3M yaitu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak, harus benar-benar diterapkan. Selain itu juga harus dibarengi dengan suasana hati yang bahagia, tidak stres dan memperbanyak berdoa. 

"Memang harus di lawan dengan antibodi itu ya betul. Jadi kalau kita kuat, kita enjoy, muhasabah diri dan zikir, memang gejalanya semakin berkurang. Jadi virusnya kalah sama antobodi. Selain itu dibantu dengan obat-obatan," ujar DN.

Baca Juga: Gubernur Lampung tak Divaksin COVID-19 Pertama, Ini Alasannya

7. Mengungkap harap dengan vaksin

Kisah Nakes di Lampung Positif COVID-19: Mau Menyerah Tapi Takut MatiIlustrasi Vaksin (IDN Times/Arief Rahmat)

Rini sebagai penyintas COVID-19 mengaku belum yakin dengan efektivitas vaksin yang akan diberikan kepada penerima prioritas. Apalagi melihat pemberitaan vaksinasi di luar negeri. 

"Kalau saya pribadi, kalau belum pasti ya jangan dulu lah. Soalnya takutnya nanti terjadi apa-apa, kita kan gak tahu. Tapi setahu saya kalau sudah kena, vaksin gak begitu berpengaruh karena sudah punya antibodi sendiri," terangnya. 

Walau demikian, Rini tetap berharap vaksin tersebut benar-benar jelas, meski dia pribadi masih merasa takut dan bingung menyampaikannya kepada masyarakat. 

Sejurus, DN mengungkap hal dan harapan sama terhadap vaksin yang diedarkan pemerintah. Ia diimbau bersedia divaksin demi melindungi semuanya. "Mudah-mudahan pemerintah memilih vaksin yang aman," tutupnya.

 

Baca Juga: Vaksin Moderna Jadi Vaksin Kedua yang Disetujui FDA

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya