Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pelaku Usaha Angkutan Curhat Kenaikan Tarif Tol Bakter, Mencekik!

Aktivitas kendaraan di tol Bakter selama periode Lebaran 2025. (Dok. PT BTB Toll).
Aktivitas kendaraan di tol Bakter selama periode Lebaran 2025. (Dok. PT BTB Toll).
Intinya sih...
  • Sopir bus: Tarif tol sudah mahal, biaya operasional tinggi
  • Banyak sopir bus hindari akses jalan tol karena tarif terlalu tinggi
  • Travel: Ongkos perjalanan bisa naik hingga Rp50 ribu akibat kenaikan tarif tol
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandar Lampung, IDN Times – Para pelaku usaha angkutan transportasi di Provinsi Lampung mengeluhkan penetapan kenaikan tarif ruas tol Bakauheni–Terbanggi Besar (Bakter) pada Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) mulai berlaku 27 November 2027.

Kenaikan tarif tersebut dinilai memberatkan dan berpotensi semakin mencekik para sopir bus, travel, hingga angkutan umum yang bergantung pada jalur tol untuk mobilitas. Lantas bagaimana curhatan para pelaku usaha angkutan transportasi di Provinsi Lampung menyikapi kebijakan kenaikan tarif tol Bakter tersebut?

1. Sopir bus: Tarif sekarang saja sudah mahal

Aktivitas kendaraan di tol Bakter selama periode Lebaran 2025. (Dok. PT BTB Toll).
Aktivitas kendaraan di tol Bakter selama periode Lebaran 2025. (Dok. PT BTB Toll).

Menyoal kebijakan kenaikan tarif tol Bakter, Nyoman Naditiha, seorang sopir bus lintas mengatakan, tarif tol saat ini saja sudah cukup memberatkan. Ditambah lagi, tingginya biaya operasional seperti pembelian BBM.

“Untuk kita para sopir bus, tarif sekarang saja sudah mahal. Untuk beli BBM saja sudah berat, apalagi ditambah tol bayar tol,” ujarnya dikonfirmasi, Sabtu (22/11/2025).

Lebih lanjut ia mengaku banyak sopir kini memilih jalur arteri karena tidak sanggup membayar tol yang dinilai terlalu tinggi. Hanya pada kondisi tertentu, seperti membawa rombongan mengejar waktu, sopir terpaksa masuk tol.

“Kalau naksi penumpang umum sudah gak ketemu untungnya mau lewat tol. Mahal sekali,” sambungnya.

2. Banyak sopir bus hindari akses jalan tol

Jalan arteri di Karawang (ANTARA/Ali Khumaini.)
Jalan arteri. (ANTARA/Ali Khumaini.)

Nyoman melanjutkan, tarif ruas tol dari Bakauheni hingga Kayu Agung sudah lama dirasa sangat berat bagi sopir lintas di Provinsi Lampung. Alhasil, angkutan umum jenis bus memilih menghindari akses jalan tol.

Meski demikian, ia menilai layanan petugas tol sejauh ini sudah cukup baik, terutama dalam merespons jika ada kejadian darurat. Tapi di sisi lain, kondisi fisik jalan masih menjadi keluhan utama para sopir.

“Masih ada jalan berlubang dan bergelombang. Kalau orang yang tidak terbiasa, bisa terjebak di bagian jalan yang baru diperbaiki,” jelasnya.

Selain itu, Nyoman juga menyoroti masih adanya insiden pelemparan kendaraan di beberapa titik tol. “Tarif tol mahal, tapi keamanan harus lebih diperketat. Pelayanan dan keamanannya harus sesuai dengan tarif yang dibayar,” tegas dia.

3. Travel: ongkos bisa naik hingga Rp50 ribu per perjalanan

Aktivitas kendaraan di tol Bakter selama periode Lebaran 2025. (Dok. PT BTB Toll).
Aktivitas kendaraan di tol Bakter selama periode Lebaran 2025. (Dok. PT BTB Toll).

Keluhan senada disampaikan Dede, pengelola angkutan travel rute Bandar Lampung–Jakarta. Menurutnya, kenaikan tarif tol pasti berdampak pada biaya operasional, sehingga berpotensi membuat tarif perjalanan ikut naik.

“Secara tidak langsung bisa berdampak. Ongkos kemungkinan naik sekitar 50 ribu per perjalanan,” katanya.

Untuk sementara, pihaknya belum menaikkan tarif travel saat ini berkisar Rp350 ribu–Rp400 ribu untuk rute full tol Bandar Lampung–Jakarta. Namun, ia mengakui kondisi tersebut tak bisa dipertahankan lama.

“Biasanya kenaikan biaya mengikuti harga BBM. Tapi kalau tarif tol naik, ya bisa saja ongkosnya juga naik. Kalau tidak, ya kami yang menalangi tarif tolnya,” lanjut dia.

4. Keluhkan kualitas jalan hingga penerangan

Tim Jalan Pulang melintasi Tol Lampung-Palembang (IDN Times/Dwi Agustiar)
Tim Jalan Pulang melintasi Tol Lampung-Palembang (IDN Times/Dwi Agustiar)

Merujuk kebijakan tarif baru tersebut, Dede berharap pemerintah dan badan pengelola tol tidak hanya menaikkan tarif, tetapi juga meningkatkan kualitas jalan dan fasilitas penunjang.

“Kalau bisa jalannya diaspal saja, jangan di cor. Seperti di Jawa, lebih halus dan tidak boros ban mobil,” katanya.

Oleh karenanya, ia juga meminta peningkatan pencahayaan di sejumlah titik minim penerangan, sebab, perbedaan besar tarif tol di Sumatera yang dinilai lebih mahal dibandingkan Jawa hari disertai peningkatan layanan. “Kalau di Jawa per kilometer sekitar seribu rupiah, di Lampung bisa hampir 2.500. Jadi wajar kalau kami berharap pelayanan dan keamanan ikut ditingkatkan,” tegas dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Martin Tobing
EditorMartin Tobing
Follow Us

Latest News Lampung

See More

Polisi Masih Buru Pelaku Pembunuhan Ayah Kandung di Bandar Lampung

22 Nov 2025, 17:01 WIBNews