Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

8 Tahun Menanti, Warga Desa Lampung Utara Akhirnya Punya Pasar 

Mahasiswa KKN Desa Priangan Baru,Lampung Utara Berhasil Membuat Pasar Baru di Desa (Dok/Unila.ac.id
Intinya sih...
  • Pasar mingguan di Desa Priangan Baru, Lampung Utara, dibangun setelah hampir delapan tahun dinantikan.
  • Mahasiswa KKN Unila bekerjasama dengan pemerintah setempat untuk merealisasikan program pasar tradisional mingguan.
  • Pasar tersebut menampung lebih dari 90 lapak dengan berbagai jenis dagangan dan melibatkan karang taruna sebagai pengelola utama.

Lampung Utara, IDN Times - Pasar menjadi salah satu tempat paling dibutuhkan oleh masyarakat desa sebagai pusat transaksi jual beli, di mana berbagai kebutuhan sehari-hari dapat dipenuhi. Namun meskipun penting, membangun sebuah pasar di desa bukanlah hal mudah. Prosesnya melibatkan berbagai tantangan, baik dari segi perencanaan, pembiayaan, hingga kebutuhan infrastruktur yang memadai.

Seperti di Desa Priangan Baru, Kecamatan Tanjung Raja, Lampung Utara, impian untuk memiliki pasar yang dekat dengan rumah akhirnya terwujud setelah hampir delapan tahun dinantikan. Selama bertahun-tahun, masyarakat desa harus menempuh perjalanan jauh untuk sekadar berbelanja kebutuhan sehari-hari. Namun, pada awal Februari 2025 lalu, harapan mereka akhirnya menjadi kenyataan dengan diresmikannya pasar yang selama ini mereka idam-idamkan.

1. Pasar mingguan inovatif hasil kolaborasi mahasiswa KKN Unila dan warga desa

Mahasiswa KKN Desa Priangan Baru,Lampung Utara Berhasil Membuat Pasar Baru di Desa (Dok/Unila.ac.id

Pembuatan pasar tradisional mingguan tersebut diinisiasi oleh mahasiswa KKN Unila yang bekerjasama dengan pemerintah setempat untuk merealisasikan program ini dengan mengusung slogan ’’Desa Mandiri, Generasi Beraksi’’.

Salah satu mahasiswa KKN Benaya mengatakan, latar belakang pasar mingguan muncul karena kebutuhan warga terhadap pusat ekonomi lokal. Namun, keterbatasan lahan menjadi kendala utama.

“Dulu sulit mencari lokasi yang pas untuk pasar, tapi akhirnya kami menggunakan lapangan voli sebagai tempat awal. Solusi lainnya, kami memanfaatkan halaman warga dan jalan setapak untuk menampung lebih banyak pedagang,” kata Benaya, Jumat (14/2/2025).

2. Jadi magnet pedagang dengan lokasi strategis dan antusiasme tinggi

Mahasiswa KKN Desa Priangan Baru,Lampung Utara Berhasil Membuat Pasar Baru di Desa (Dok/Unila.ac.id

Menurut Benaya, inisiatif pembuatan pasar tersebut mendapat respon luar biasa. Kini, sudah menampung lebih dari 90 lapak dengan berbagai jenis dagangan seperti makanan, sayur, ikan, daging dan lain-lain.

"Sebelum 31 Januari 2025, hanya 20 pedagang yang mendaftar. Namun saat uji coba pertama pasar mingguan digelar, jumlahnya melonjak drastis. Banyak pedagang yang tertarik setelah melihat lokasi strategis pasar, yang berada di jalur utama desa. Selain itu, pedagang membagikan pengakaman menarik di media sosial dan menjadi salah satu faktor pedagang baru tertarik untuk bergabung," ujarnya.

3. Pasar baru membawa harapan baru dan kemajuan bagi warga desa

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Tak hanya pedagang, Benaya mengatakan, warga desa pun menyambut pasar ini dengan antusias. Sebelumnya, mereka harus berbelanja ke pasar di Kota Bumi atau Bukit Kemuning. Kini, mereka punya pilihan lebih dekat dan lebih nyaman.

“Pasar ini sangat membantu, warga tidak perlu jauh-jauh lagi untuk belanja kebutuhan sehari-hari, dan setidaknya mereka memiliki pilihan pasar yang lebih strategis, serta besar harapan mereka bahwa pasar ini memiliki potensi untuk memajukan desa,” tuturnya.

Selain itu, lanjutnya, beberapa warga yang sebelumnya tidak memiliki usaha pun kini mulai berdagang, menunjukkan dampak ekonomi yang positif dari keberadaan pasar ini. Tak hanya warga desa, namun beberapa warga dari desa lain juga ikut berdagang di pasar tersebut.

4. Pengelolaan pasar diserahkan kepada Karang Taruna demi kemajuan ekonomi desa

Ilustrasi Perkembangan Ekonomi Digital. (IDN Times/Aditya Pratama)

Benaya menambahkan, pengelolaan pasar melibatkan karang taruna sebagai pengelola utama. Struktur organisasi telah dibentuk, terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, serta seksi parkir, kebersihan, dan keamanan. Dengan sistem retribusi ringan sebesar Rp5 ribu per lapak per minggu, dana yang terkumpul digunakan untuk pengelolaan dan pemeliharaan pasar.

"Kendala lain yang dihadapi adalah infrastruktur, seperti lahan parkir dan sanitasi. Saat ini, parkir masih menggunakan lahan warga, sementara fasilitas sanitasi mengandalkan toilet yang tersedia di rumah warga sekitar. Untuk mengatasi keterbatasan ini, kepala desa telah merencanakan pembelian lahan khusus untuk pasar di masa depan, yang nantinya diharapkan menjadi pusat ekonomi desa yang lebih besar," terangnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hafidz Trijatnika
EditorHafidz Trijatnika
Follow Us