Deflasi Agustus 1,47 Persen, BI Lampung Klaim Inflasi Terkendali

- Deflasi Agustus 1,47 persen di Lampung
- Sumber deflasi dari biaya pendidikan dan harga hortikultura
- Inflasi 2025 diproyeksi tetap sesuai sasaran, BI dan TPID Provinsi Lampung lanjut jaga stabilitas harga
Bandar Lampung, IDN Times – Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Lampung pada Agustus 2025 tercatat mengalami deflasi 1,47 persen secara bulan (mtm).
“Deflasi Agustus terutama dipicu turunnya biaya pendidikan SMA/SMK/SLB negeri seiring penghapusan pungutan komite sekolah. Selain itu, harga tomat, cabai rawit, dan bawang putih juga turun karena pasokan melimpah,” ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Lampung, Bimo Epyanto melalui keterangan resmi, Selasa (2/9/2025).
Merujuk deflasi periode terlapor, angka ini lebih dalam dibandingkan Juli 2025 masih inflasi 0,19 persen (mtm), serta lebih rendah dari capaian nasional hanya deflasi 0,08 persen (mtm). Jika dibandingkan secara tahunan inflasi Lampung pada Agustus tercatat 1,05 persen (yoy), turun dari Juli 2025 sebesar 2,63 persen (yoy) dan di bawah inflasi nasional 2,31 persen (yoy).
1. Sumber deflasi sekolah hingga komoditas hortikultura

Bimo menjelaskan, BI mencatat penurunan biaya pendidikan memberikan andil deflasi terbesar, yakni -0,84 persen. Sementara kelompok makanan-minuman menyumbang andil melalui turunnya harga tomat (-0,14 persen), cabai rawit (-0,07 persen), dan bawang putih (-0,06 persen).
Meski demikian, angka deflasi tertahan oleh naiknya harga bawang merah (0,14 persen) dan beras (0,05 persen). Kondisi ini diakibat berakhirnya periode panen.
“Turunnya harga hortikultura karena musim panen, sementara pasokan bawang putih lancar pasca realisasi impor,” terangnya.
2. Inflasi 2025 diproyeksi tetap sesuai sasaran

Bimo meyakinkan, BI Lampung memperkirakan inflasi daerah ke depan akan tetap terjaga pada rentang sasaran 2,5±1 persen (yoy) sepanjang 2025. Namun, ia menekankan sejumlah risiko tetap perlu diwaspadai dan dimitigasi.
Mulai dari inflasi inti berupa peningkatan permintaan agregat sebagai dampak dari kenaikan UMP sebesar 6,5 persen yang direalisasikan secara bertahap pada 2025 dan HBKN Natal dan Tahun Baru di akhir tahun 2025; dan kelanjutan kenaikan harga emas dunia seiring ketidakpastian geopolitik serta sentimen kebijakan ekonomi Amerika Serikat.
“Dari sisi volatile food, harga beras dan hortikultura berisiko naik pasca panen dan curah hujan tinggi pada September sampai Oktober berpotensi mempengaruhi produksi padi dan tanaman hortikultura," imbau dia.
3. BI dan TPID Provinsi Lampung lanjut jaga stabilitas harga

Dari sisi risiko dari inflasi harga yang diatur pemerintah (administered price) yang perlu dicermati ialah kenaikan harga minyak dunia dipicu potensi gangguan pasokan global, sejalan dengan berlanjutnya tensi geopolitik di kawasan Timur Tengah.
Oleh karenanya, guna meninjau perkembangan inflasi bulan berjalan dan mempertimbangkan risiko inflasi ke depan, Bank Indonesia dan TPID Provinsi Lampung akan terus melanjutkan upaya menjaga stabilitas harga melalui strategi 4K.
"Langkah ke depan perlu dilakukan antara lain operasi pasar beras, memperluas toko pengendali inflasi, memperkuat kerja sama antar daerah, memastikan moda transportasi distribusi, hingga memperkuat komunikasi publik terkait pasokan pangan," ucap Bimo.