Agustus 2022 Lampung Deflasi 0,41 Persen, Ini Sorotan dan Solusi BI

Didorong penurunan harga beberapa komoditas

Bandar Lampung, IDN Times - Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi LampungAgustus 2022 tercatat mengalami deflasi 0,41 persen dibanding bulan sebelumnya (month to month).

Dilihat dari sumbernya, deflasi periode terlapor didorong penurunan harga beberapa komoditas seperti cabai merah, bawang merah, cabai rawit, minyak goreng dan tomat. Andil masing-masing komoditas itu -0,342 persen; -0,247 persen; -0,197 persen; -0,191 persen; dan -0,022 persen.

1. Pasokan cabai dan bawang merang melimpah

Agustus 2022 Lampung Deflasi 0,41 Persen, Ini Sorotan dan Solusi BICabai di pasar tradisional Kota Bandar Lampung. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna)

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung, Budiyono menjelaskan, penurunan harga aneka cabai dan bawang merah disebabkan melimpahnya pasokan. "Itu seiring musim panen komoditas di sentra produksi telah berlangsung sejak minggu keempat Juli 2022," jelasnya dalam keterangan resmi, Sabtu (3/9/2022).

Sedangkan penurunan harga komoditas minyak goreng Agustus 2022 dipicu pemenuhan Domestic Market Obligation (DMO) untuk crude palm oil (CPO) berjalan semakin baik di tengah melandainya harga CPO dunia. Penurunan harga minyak goreng juga disertai berbagai upaya pemerintah menjaga pasokan minyak goreng untuk kebutuhan dalam negeri.

Bagaimana dengan penurunan harga tomat? Budiyono mengatakan, di Provinsi Lampung didorong dimulainya musim panen berlangsung sejak pertengahan Agustus, terutama di Kabupaten Pesawaran dan Lampung Barat sebagai daerah sentra produksi.

2. Kenaikan biaya sekolah dan perguruan tinggi picu inflasi

Agustus 2022 Lampung Deflasi 0,41 Persen, Ini Sorotan dan Solusi BIIlustrasi Pendidikan (IDN Times/Arief Rahmat)

Menurut Budiyono, meskipun Agustus 2022 terjadi deflasi, tertahan juga inflasi pada sejumlah sektor dan komoditas. Misalnya, kenaikan biaya akademi/perguruan tinggi, sekolah dasar, sekolah menengah atas, beras, dan telur ayam ras. Andil masing-masing sebesar 0,225 persen; 0,128 persen; 0,093 persen; 0,065 persen dan 0,033 persen.

Kenaikan biaya sekolah mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah atas, hingga akademi/perguruan tinggi disebabkan adanya penyesuaian biaya pendidikan seiring kembali diselenggarakannya kegiatan belajar tatap muka. Itu sejalan semakin terkendalinya kasus COVID-19 dan tingkat vaksinasi semakin tinggi.

Selanjutnya, kenaikan harga beras disebabkan terbatasnya pasokan seiring hasil panen padi yang lebih rendah. Itu karena, pengurangan konsumsi pupuk oleh petani akibat tingginya harga pupuk dan sulitnya memperoleh pupuk bersubsidi.

Sedangkan kenaikan harga telur ayam ras didorong tingginya harga pakan, terbatasnya populasi ayam petelur akibat afkir dini di awal tahun, dan berkurangnya jumlah peternak hingga 30 persen. Di sisi lain, harga posko di Provinsi Lampung telah memasukkan komponen biaya packing, yakni sekitar Rp27.500 sehingga cenderung lebih tinggi dari harga di daerah lain yang sebesar Rp25.000 sampai Rp26.000.

Dalam waktu dekat, Badan Pangan Nasional akan merilis harga acuan telur ditingkat konsumen sekitar Rp27.000 sampai Rp29.000 mempertimbangkan struktur biaya new normal peternak.

Baca Juga: Fakta Unik Lampung Begawi Digelar BI Lampung di Lapangan Saburai

3. Perbandingan inflasi

Agustus 2022 Lampung Deflasi 0,41 Persen, Ini Sorotan dan Solusi BIIlustrasi Inflasi. IDN Times/Arief Rahmat

Merujuk perbandingan inflasi, Agustus 2022 lebih rendah jika dibandingkan periode Juli 2022 mengalami inflasi sebesar 0,73 persen (mtm). Rata-rata inflasi bulan Agustus pada 3 tahun terakhir yang tercatat deflasi sebesar 0,18 persen (mtm).

Tingkat inflasi IHK tersebut sejalan dengan nasional dan wilayah Sumatra masing-masing juga mengalami deflasi sebesar 0,21 persen (mtm) dan 0,67 persen (mtm).

Secara tahunan, inflasi Provinsi Lampung Agustus 2022 tercatat sebesar 5,70 persen (yoy). Inflasi itu lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional sebesar 4,69 persen (yoy), namun lebih rendah dibandingkan inflasi tahunan Sumatra tercatat sebesar 5,92 persen (yoy).

Ke depan, KPw BI Provinsi Lampung memprakirakan inflasi IHK akhir tahun 2022 akan sedikit lebih tinggi dari batas atas kisaran target inflasi, dan kembali ke dalam kisaran target 3±1 persen pada 2023.

4. Risiko perlu dimitigasi kendalikan inflasi

Agustus 2022 Lampung Deflasi 0,41 Persen, Ini Sorotan dan Solusi BIilustrasi meeting (Pixabay)

Budiyono mengatakan, terdapat beberapa risiko perlu dimitigasi untuk pengendalian inflasi. Antara lain, dari risiko kelompok inti, adanya risiko ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tidak menentu seiring percepatan normalisasi kebijakan moneter Bank Sentral di dunia dan berlanjutnya ketegangan geopolitik Rusia dan Ukraina.

Kemudian, risiko pelarangan ekspor gandum oleh India berpotensi meningkatkan harga komoditas terigu. Serta peningkatan permintaan seiring dengan meningkatnya mobilitas sejalan dengan kembali diselenggarakannya work from office (WFO) dan sekolah tatap muka.

Ada juga risiko kelompok Administered Price, penerapan fuel surcharge sebesar 10 persen untuk penerbangan kelas ekonomi dan pengalihan subsidi BBM untuk 3 jenis bansos, yaitu Bantuan Langsung Tunai (BLT), Bantuan Subsidi Upah (BSU), dan Dana Transfer Umum untuk sektor transportasi umum, ojek, dan nelayan seiring kenaikan harga minyak mentah dunia serta peningkatan permintaan memasuki periode libur anak sekolah di bulan Juli.

Selain itu, peningkatan harga aneka rokok secara bertahap sebagai dampak lanjutan kenaikan harga cukai di awal tahundan potensi diberlakukannya normalisasi tarif listrik untuk menekan defisit fiskal Pemerintah.

Risiko kelompok Volatile Food, terdapat potensi berlanjutnya tekanan harga pupuk sehingga menyebabkan peningkatan biaya produksi bahan pangan kedepan. Di sisi lain, problem struktural pola tanam, manajemen impor, dan inefisiensi tata niaga pangan berisiko meningkatkan biaya produksi bahan pangan serta terdapat risiko kenaikan harga telur ayam dan daging ayam ras akibat peningkatan biaya input untuk pakan hewan ternak, terutama kedelai dan jagung.

5. TPID perlu sinergi

Agustus 2022 Lampung Deflasi 0,41 Persen, Ini Sorotan dan Solusi BIunplash.com

Budiyono menjelaskan, dalam rangka mengantisipasi peningkatan tekanan risiko tersebut, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) bersama Satgas Pangan perlu melakukan penguatan dan peningkatan sinergi serta komitmen bersama. Tujuannya, memastikan keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif sebagai berikut:

Pertama, memastikan keterjangkauan harga darikomoditas strategis. Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dan Satgas Pangan bekerja sama dan berkomitmen untuk terus memastikan keterjangkauan harga, melalui pengadaan bantuan sosial dan subsidi, kerja sama dengan produsen untuk pelaksanaan pasar murah, dan penguatan penyaluran Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) Beras Medium.

Kedua, memastikan ketersediaan pasokan kepada produsen, pedagang besar/utama, dan pedagang tradisional agar tidak terdapat kendala dalam distribusi pasokan, khususnya untuk komoditas beras. Di sisi lain, TPID Provinsi/Kabupaten/Kota perlu untuk terus mengoptimalkan dan meningkatkan koordinasi. Salah satunya melalui penguatan dan implementasi Kerjasama Antar Daerah (KAD) terutama untuk memenuhi pasokan dan menghadapi adanya risiko kenaikan harga komoditas pangan strategis.

Selain itu, implementasi Program Kartu Petani Berjaya (KPB) merupakan terobosan untuk mendukung upaya korporatisasi dan peningkatan produktivitas pertanian dan ketersediaan pasokan dapat terus ditingkatkan. Kemudian, diperlukan peningkatan produktivitas via pembangunan lumbung pangan Food Estate melalui peningkatan produksi pangan hortikultura dan perluasan adopsi tekonologi (IoT) dalam budidaya pertanian.

Ketiga, memastikan kelancaran distribusi melalui TPID dan Satgas Pangan dengan mendorong kemitraan industri dengan petani serta inovasi sistem logistik daerah sesuai amanat dari Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2017 tentang Tim Pengendali Inflasi Nasional. Selain stabilitas harga tetap terjaga, kelancaran distribusi juga dapat memudahkan distributor, produsen, dan petani dalam memasarkan produknya serta mendapatkan harga yang wajar. Digitalisasi perlu dioptimalkan seperti pemanfaatan platform e-commerce atau marketplace lokal untuk mendorong pemasaran serta meningkatkan penggunaan transaksi nontunai.

Keempat, meningkatkan komunikasi efektif melalui penguatan koordinasi antara TPID dengan TPIP dan memperluas pemanfaatan PIHPS dan sistem harga lainnya sebagai landasan kebijakan TPID. Selain itu, TPID juga dapat melakukan peningkatan validitas dan kesinambungan data pangan serta melakukan pemantauan indikator terkini ekonomi daerah (Early Warning System) yang akurat dan terkini untuk memantau perkembangan perekonomian daerah.

6. Penyusunan matriks pola tanam-panen

Agustus 2022 Lampung Deflasi 0,41 Persen, Ini Sorotan dan Solusi BIPanen padi kelompok tani mitra binaan PTPN VII digelar di Desa Bumi Jaya, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lampung Selatan, Selasa (18/5/2021). (IDN Times/Martin L Tobing).

Dalam rangka extra effort pengendalian laju inflasi di Provinsi Lampung, KPwBI Lampung dan Pemprov Lampung menjalin kerja sama dengan melakukan beberapa langkah pengendalian inflasi dari sisi penawaran dengan menyukseskan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).

Dalam jangka pendek, TPID Provinsi Lampung akan menyelenggarakan Gerakan Tanam Cabai sebanyak 77.000 bibit untuk didstribusikan kepada petani cabai, kelompok wanita tani, dan kelompok PKK demi menjaga stabilitas harga aneka cabai di akhir tahun. Kemudian, akan diselenggarakan Operasi Pasar Murah dan Pasar Murah terpadu yang dilakukan secara rutin (2minggu sekali) dan dipublikasikan melalui berbagai kanal informasi.

Selain itu, dilakukan penyusunan matriks pola tanam-panen cabai, bawang merah, dan beras di setiap kabupaten/kota di Provinsi Lampung sebagai early warning system persediaan pasokan bahan pangan.

Selanjutnya, dalam jangka panjang, perlu dilaksanakan akselerasi perluasan program KPB dengan pemberian insentif subsidi pupuk bagi kelompok tani yang telah/akan berkomitmen untuk menanam aneka cabai dan bawang merah.

Di sisi lain, investasi Controlled Atmosphere Storage dapat dilakukan untuk memperpanjang masa penyimpanan cabai menjadi enam bulan, serta bekerjasama dengan penyedia jasa cold cargo untuk mendukung pengiriman komoditas yang mudah membusuk.

Mendorong pemanfaatan KUR dari KPB sebagai modal untuk meningkatkan luas lahan tanam cabai, mendorong inovasi dan digitalisasi dalam kegiatan produksi cabai, seperti pembuatan green house, pemanfaatan alat pengukur nutrisi tanah, dan penyediaan pompa air untuk efisiensi pemakaian pupuk, meminimalisir pemakaian pestisida serta antisipasi kondisi iklim yang tidak pasti dalam rangka memperpanjang masa panen cabai menjadi 1,5 tahun (kondisi eksisting hanya 7 bulan).

Mendorong kelompok tani produsen cabai agar dapat menyusun proposal pengajuan d.r. menjadi binaan atau memperoleh dukungan implementasi digital farming dari Bank Indonesia serta melakukan sosialisasi konsumsi cabai kering guna meredam gejolak pasokan dan harga cabai dari sisi demand.

Lebih lanjut, sesuai dengan rekomendasi kebijakan yang disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Menteri Keuangan dalam Rapat Koordinasi Terbatas TPIP dan TPID, pemerintah daerah juga dituntut untuk mengoptimalkan anggaran Belanja Tidak Terduga dan anggaran TKDD seperti Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik, Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Desa, dan Dana Insentif Daerah (DID) untuk menjaga kelancaran distribusi dan ketersediaan pasokan dalam rangka pengendalian inflasi daerah.

Baca Juga: Agustus 2022, Provinsi Lampung Deflasi 0,41 Persen, Ini Pemicunya

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya