Siang Hari di Lampung Terasa Lebih Panas? BMKG Ungkap Penyebabnya

- Posisi matahari di sekitar ekuator membuat suhu siang hari di Lampung terasa lebih panas dari biasanya
- Kondisi radiasi matahari yang tinggi membuat permukaan tanah menyerap lebih banyak panas, meningkatkan suhu hingga malam hari
- Kurangnya awan dan kelembapan udara menyebabkan suhu lingkungan meningkat, terutama di perkotaan karena Urban Heat Island
Lampung Selatan, IDN Times - Selang beberapa waktu sempat diguyur hujan, kini, suhu siang hari di Provinsi Lampung terasa lebih panas dari biasanya. Lantas kondisi apa membuat cuaca panas terik terjadi di Lampung?
Koordinator Bidang Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Radin Inten II, Rudi Harianto mengatakan, memasuki Oktober posisi matahari berada di sekitar ekuator dan bergerak menuju selatan. Provinsi Lampung yang terletak di dekat belahan bumi selatan mengalami intensitas sinar matahari lebih kuat, sehingga suhu siang hari terasa lebih panas.
"Ini menyebabkan peningkatan radiasi matahari yang diterima permukaan bumi, sehingga suhu siang hari terasa sangat panas dan menyengat," ujarnya dikonfirmasi, Sabtu (19/10/2024).
1. Posisi matahari di Lampung tepat di atas kepala

Rudi melanjutkan, kondisi radiasi dimaksud membuat permukaan tanah dan bangunan menyerap lebih banyak panas, kemudian dipancarkan kembali ke udara menjelang sore dan malam hari. Akibatnya, suhu tetap tinggi sepanjang hari hingga malam.
Di Lampung, posisi matahari yang tepat berada di atas kepala atau biasa dikenal dengan fenomena Zenith terjadi dua kali dalam setahun, yaitu pada akhir Februari hingga awal Maret ketika matahari bergerak dari selatan ke utara, dan pada akhir September hingga awal Oktober saat matahari bergerak ke selatan.
"Karena Lampung berada dekat dengan garis ekuator, saat fenomena ini terjadi bayangan tubuh menjadi sangat pendek atau bahkan hilang, sehingga paparan sinar matahari langsung terasa lebih kuat. Hal inilah yang menyebabkan suhu siang hari terasa sangat panas dan menyengat," terangnya.
2. Sedikit pembentukan awan hujan

Selama sepekan terakhir, Rudi menjelaskan, kondisi tersebut membuat wilayah Lampung mengalami sangat sedikit pembentukan awan-awan hujan, dengan kondisi cuaca yang bahkan cenderung cerah terutama pada siang hari.
Kurangnya awan tebal di langit membuat radiasi matahari tidak terhalang, sehingga permukaan bumi menyerap lebih banyak energi panas. Akibatnya, suhu lingkungan meningkat signifikan dan panas dari sinar matahari terasa lebih menyengat.
"Atmosfer di wilayah Lampung selama beberapa hari terakhir juga mengalami penurunan kelembapan, membuat udara terasa lebih kering. Ketika kelembapan rendah, udara tidak mampu menyerap panas dengan baik, sehingga panas dari sinar matahari langsung terasa lebih intens," bebernya.
3. Daerah perkotaan jauh lebih panas dibanding pedesaan

Rudi melanjutkan, kondisi cuaca saat ini membuat suhu daerah perkotaan terasa jauh lebih panas dibandingkan pedesaan, karena fenomena yang dikenal sebagai Urban Heat Island. Ini terjadi karena banyaknya bangunan, jalan aspal, dan beton yang mendominasi kota.
"Material-material ini menyerap panas dari sinar matahari sepanjang hari dan melepaskannya kembali ke udara di malam hari, membuat suhu di kota tetap tinggi bahkan saat matahari sudah terbenam," ucapnya.
Selain itu, kurangnya vegetasi dan ruang hijau di perkotaan mengurangi kemampuan lingkungan untuk menyerap dan menyejukkan udara secara alami. "Akibatnya panas terperangkap di permukaan kota, meningkatkan suhu secara signifikan dibandingkan daerah pedesaan yang memiliki lebih banyak pepohonan dan tanah terbuka, yang secara alami menyerap panas," lanjutnya.
4. Imbau masyarakat tetap jaga kesehatan

Terkait kondisi cuaca panas terjadi di Lampung, Rudi mengimbau, masyarakat untuk selalu menjaga kesehatan, menghindari aktivitas luar ruangan yang berlebihan, dan menjaga hidrasi tubuh. Sebab, cuaca panas ini diperkirakan akan berlangsung selama Oktober 2024.
"Jangan lupa untuk menggunakan pelindung seperti topi, payung, atau sunscreen jika harus berada di bawah sinar matahari," pintanya.
Lebih dari itu, masyarakat juga diingatkan untuk waspada terhadap bencana hidrometeorologi seperti hujan lebat dan angin kencang yang memungkinkan terjadi selama masa pancaroba. "Setelah cuaca panas ini, masyarakat akan menghadapi musim pancararoba. Jadi perlu waspada," imbuh dia.