Fenomena PMB di Lampung: PTN Jauh Melesat, PTS Kian Terdesak

- PTS akui kian tersedak kuota PMB dimiliki PTN
- Minimnya mahasiswa baru terserap oleh PTS disebabkan kondisi ekonomi, kebijakan efisiensi, dan lonjakan kuota PTN.
- Peningkatan mutu hingga kualitas PTS
- Darmajaya melakukan upaya peningkatan mutu dan kualitas untuk menarik minat calon mahasiswa baru.
- PTN buka kuota, serapan tetap rendah
- Daya serap ketersediaan kuota di universitas setempat tiap tahun tidak mencapai 100 persen karena beberapa program studi masih kekurangan peminat.
Bandar Lampung, IDN Times - Fenomena penerimaan mahasiswa baru (PMB) dari tahun ke tahun terus memotret hingga meninggalkan dinamika tersendiri, tak terkecuali di Provinsi Lampung.
Kuota besar disediakan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) membuat Perguruan Tinggi Swasta (PTS) harus bekerja ekstra keras untuk mempertahankan jumlah mahasiswa barunya. Di satu sisi, PTN mengaku tetap membatasi kuota sesuai regulasi, namun di lapangan, PTS merasakan dampaknya secara nyata semisal minat calon mahasiswa semakin terkonsentrasi ke negeri.
Lantas kondisi ini menimbulkan pertanyaan mendasar, apakah kebijakan distribusi kuota sudah seimbang, atau justru memperlebar kesenjangan antara negeri dan swasta?
1. PTS akui kian terdesak kuota PMB dimiliki PTN

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengembangan Bisnis, Humas dan Pemasaran IIB Darmajaya, Muprihan Thaib menyebutkan, penerimaan mahasiswa baru tahun ini hanya menyentuh sekitar 1.200 orang. Angka itu memang naik tipis dibanding periode pascapandemik COVID-19 sempat anjlok di 700 mahasiswa.
Kendati jumlah mahasiswa baru pada salah satu universitas kenamaan di Lampung di tahun ini naik, namun diakui masih jauh dari masa normal sebelum pandemik mampu menampung menyentuh angka 1.500–1.700 mahasiswa.
“Di Lampung ini PTN makin banyak, tidak hanya Unila, ada Itera, Polinela, Poltekkes, UIN. Kuota mereka juga makin tinggi. Pertanyaannya, apakah betul jumlah yang mereka terima sudah seimbang dengan kapasitas ruang dan dosen? Sementara kami di swasta justru dikontrol ketat, baik soal fasilitas maupun kapasitas penerimaan mahasiswa,” ujarnya dikonfirmasi, Jumat (26/9/2025).
Menurutnya, ada tiga faktor utama mengakibatkan minimnya mahasiswa baru (Maba) terserap oleh PTS, mulai dari kondisi ekonomi masyarakat di masa sekarang, kebijakan efisiensi di berbagai sektor, dan terutama lonjakan kuota PTN.
"Permasalahan ini menjadi tugas penting untuk pemerintah ke depannya yang harus diperhatikan, kalau tidak ada standar perimbangan antara mahasiswa dengan dosen," lanjut dia.
2. Peningkatan mutu hingga kualitas PTS

Bila kondisi dan situasi semacam ini terus dibiarkan, kata Muprihan, secara otomatis tren penurunan mahasiswa di PTS akan berlanjut. Bahkan melalui Aptisi, IIB Darmajaya sudah ikut mendorong regulasi agar PTS juga mendapat kuota khusus dari pemerintah.
Meski demikian, Darmajaya tak tinggal diam guna mengundang minat para calon maba dengan sederet upaya mulai dari peningkatan mutu hingga kualitas baik dari sisi sarana maupun prasarana hingga urusan akademika.
"Kami baru menambah satu guru besar di bidang informatika, profesor pertama di PTS Lampung. Laboratorium dan ruang kuliah juga kami peremajakan. Alhamdulillah, kini sudah ada dua guru besar, dan lima dosen lagi sedang proses menuju profesor,” ucapnya.
3. PTN buka kuota, serapan tetap rendah

Dari sisi PTN, Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas Lampung (Unila), Prof Suripto Dwi Yuwono menegaskan, pihaknya tetap konsisten dengan kuota penerimaan 9 ribu mahasiswa baru di setiap tahun. Dari angka itu, rata-rata hanya 8.700 benar-benar mendaftar ulang.
"Jadi tidak ada penambahan signifikan, itu terjadi jika ada prodi baru misalnya tahun lalu ada PSDKU dan tahun ini ada Gizi, tapi ini tidak signifikan karena tahun pertama bisanya hanya kisaran 40 sampai 50 mahasiswa baru," katanya.
Menelisik lebih jauh, ia menyebutkan, daya serap ketersediaan kuota di universitas setempat tiap tahun tidak sepenuhnya mencapai 100 persen. Itu dikarenakan beberapa program studi masih kekurangan peminat.
"Pada prinsipnya, kalau dihitung dari jumlah siswa lulus SMA di Lampung mencapai ratusan ribu per tahun, tapi yang terserap di PTN hanya sekitar 7 persen. Ini sudah termasuk di Unila," lanjut dia.
4. Fenomena PTN lebih favorit dari PTS persoalan persepsi masyarakat

Bila merujuk persentase jumlah lulusan SMA sederajat di Lampung setiap tahunnya, Suripto menegaskan, para calon mahasiswa baru tidak sepenuhnya terserap oleh PTN. Bahkan bila dihitung secara persentase masih tergolong kecil tidak sampai menyentuh 10 persen.
"Seperti di Unila, ada beberapa prodi kosong karena peminat rendah. Misalnya, kuota kami ada 9 ribu tapi yang diterima hanya sekolah 8 ribu sekian. Ini belum lagi dipotong dengan calon mahasiswa yang tidak mendaftarkan diri dan mengundurkan diri," kata dia.
Menurutnya, ihwal fenomena PTN lebih favorit daripada PTS merupakan persoalan persepsi masyarakat. Kendati begitu, banyak pula calon mahasiswa langsung memilih PTS tanpa mengikuti seleksi PTN terlebih dahulu.
"Saya rasa anak-anak sekarang jauh lebih pandai, untuk menentukan pilihannya masing-masing dikarenakan adanya perkembangan informasi dan teknologi," tambahnya.
5. PTN akui peningkatan peminat dari tahun ke tahun

Dalam tahap PMB di tahun ini, Institut Teknologi Sumatera (Itera) mengaku sukses mencatat tren positif dari tahun ke tahun. Ketua Tim PMB, Dr Abdul Rajak menyebutkan, jumlah mahasiswa mendaftar ulang tahun ini di bandingkan tahun sebelumnya naik 8 persen, dari 4.400 menjadi 4.900 mahasiswa.
Merujuk data PMB Itera selama lima tahun terakhir, 2021 terdapat 18.510 (peminat), 5.708 (daya tampung), 4.687 (maba daftar ulang); 2022 ada 20.620 (peminat), 5.772 (daya tampung), 4.860 (Maba daftar ulang); 2023 ada 24.574 (peminat), 5.448 (daya tampung), 4.426 (Maba daftar ulang): 2024 ada 21.197 (peminat), 5.200 (daya tampung), 4.477 (Maba daftar ulang); 2025 ada 28.871 (peminat), 5.240 (daya tampung), 4.929 (Maba daftar ulang).
"Intinya, dari tahun ke tahun di Itera memang ada peningkatan dari segi peminat dan juga mendaftar ulang, seperti di tahun ini dibandingkan dengan tahun kemarin ada sekitar 8 persen," terangnya.
6. Peningkatan penerimaan PTN tidak "memakan" porsi PTS

Abdul Rajak melanjutkan, kunci utama peningkatan peminat calon maba tersebut diakui tak terlepas dari strategi promosi gencar dilakukan melalui berbagai kegiatan hingga penyederhanaan proses daftar ulang bagi para mahasiswa baru.
Selain itu, juga terus menambah dan meningkatkan fasilitas laboratorium, membangun gedung baru, hingga merekrut tenaga dosen baru melalui jalur PNS dan PPPK. Meski demikian, ia meyakini peningkatan penerimaan di PTN sejauh ini tidak otomatis "memakan" porsi PTS.
“Kondisi ini tidak serta-merta mengambil jatah PTS. Berdasarkan evaluasi bersama Kemdiktisaintek, penerimaan PTN pun belum maksimal menyerap jumlah calon mahasiswa baru,” imbuh dia.