Manfaat Didapat Anak Penerima MBG dari Protein Nabati Kedelai

- Keterbatasan anggaran program MBG salah satu tantangan utama penyediaan menu ideal
- Konsumsi kedelai nasional Indonesia diperkirakan mencapai 2,75 juta metrik ton 2025
- Protein sebaiknya tetap ada di setiap menu makan anak-anak
Protein nabati yang berasal dari kedelai serta olahannya, seperti tahu dan tempe, terbukti memiliki manfaat besar dalam memenuhi kebutuhan gizi anak-anak, terutama bagi penerima program Makan Bergizi Gratis (MBG). Meski idealnya asupan protein utama berasal dari sumber hewani, namun menurut ahli gizi, protein nabati dapat menjadi solusi efektif di tengah keterbatasan biaya dan akses terhadap bahan pangan.
Certified Nutritionist Melly Wijayanti, S.Gz., menjelaskan, protein memiliki peran yang sangat penting dalam masa pertumbuhan anak. “Protein berperan sebagai zat pembangun, mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan untuk mendukung tumbuh kembang anak,” ujarnya dalam keterangan resmi, Sabtu (8/11/2025).
Ia menambahkan, anak-anak usia sekolah dasar membutuhkan sekitar 25 hingga 45 gram protein setiap hari, tergantung berat badan. “Idealnya dalam satu porsi makan program MBG, terdapat 8–15 gram protein agar kebutuhan harian mereka tercukupi,” ujarnya.
1. Keterbatasan anggaran program MBG salah satu tantangan utama penyediaan menu ideal

Namun, Melly tak menampik, keterbatasan anggaran program MBG menjadi salah satu tantangan utama dalam penyediaan menu yang ideal. Sumber protein hewani seperti ayam, ikan atau telur memiliki harga lebih tinggi dibandingkan bahan nabati.
Akibatnya, porsi protein dalam menu MBG kerap tidak maksimal. “Kita tidak bisa menyalahkan pihak penyusun menu, karena memang banyak keterbatasan di sistem, terutama pada alokasi biaya,” katanya.
Meski demikian, ahli gizi ini menilai bahan pangan berbasis kedelai dapat menjadi alternatif yang sangat baik. Menurut Melly, tempe dan tahu memiliki kandungan protein nabati yang cukup tinggi serta mudah diolah.
“Kalau memang ada keterbatasan dalam akses produk hewani, dibandingkan makan telur dua hari sekali, lebih baik tahu atau tempe setiap kali makan, karena harganya jauh lebih terjangkau,” ujarnya.
2. Konsumsi kedelai nasional Indonesia diperkirakan mencapai 2,75 juta metrik ton 2025

Menurut Badan Pangan Nasional (Bapanas) konsumsi kedelai nasional Indonesia saat ini diperkirakan mencapai 2,75 juta metrik ton tahun 2025 ini. Tingginya kebutuhan tersebut salah satunya karena adanya program MBG.
Sebagian besar kebutuhan kedelai nasional tersebut saat ini belum bisa dipenuhi dari hasil produksi pertanian dalam negeri. Hal ini menunjukkan masih besarnya potensi pengembangan produksi kedelai lokal di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan nasional.
3. Protein sebaiknya tetap ada di setiap menu makan anak-anak

Melly menambahkan, protein sebaiknya tetap ada di setiap menu makan anak-anak, meskipun tidak selalu dari sumber hewani. “Idealnya memang dari hewani karena lebih mudah diserap tubuh, tapi jika sumbernya terbatas, bisa diselingi dengan nabati. Setidaknya dua kali seminggu tetap ada lauk hewani jika memungkinkan,” jelasnya.
Ia meyakini, adanya protein hewani dan nabati dalam setiap menu yang disantap anak-anak, membuat para penerima MBG tetap bisa mendapatkan asupan gizi yang seimbang. Program ini, menurutnya, tidak hanya soal pemberian makanan gratis, tetapi juga memastikan setiap porsi yang disajikan benar-benar mempunyai nilai gizi yang baik bagi pertumbuhan, kecerdasan dan masa depan anak-anak Indonesia.

















