ITERA Dorong Pemanfaatan Teknologi Geospasial untuk Mitigasi Bencana

- Ancaman bencana harus dihadapi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti Penginderaan Jauh, SIG, dan GNSS berperan penting.
- Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan membuka pintu selebar-lebarnya untuk kolaborasi dengan dunia akademik dalam pengembangan teknologi mitigasi bencana.
Lampung Selatan, IDN Times - Institut Teknologi Sumatera (ITERA) melalui Fakultas Teknologi Infrastruktur dan Kewilayahan (FTIK) menggelar Simposium Geomatika untuk Edukasi dan Riset (SIGER) 2025 bertema “Pemanfaatan Teknologi Geospasial dalam Manajemen Bencana di Indonesia”.
Kegiatan yang berlangsung secara hybrid di Aula Gedung Kuliah Umum 2 ITERA ini menjadi wadah kolaborasi ilmiah antara akademisi, peneliti, dan pemerintah untuk memperkuat peran teknologi geomatika dalam mitigasi serta penanggulangan bencana di Indonesia.
1. Teknologi geospasial menjadi kebutuhan mendesak

Wakil Bupati Lampung Selatan, M. Syaiful Anwar, yang hadir mewakili Bupati Radityo Egi Pratama, menegaskan bahwa pemanfaatan teknologi geospasial dalam manajemen bencana kini menjadi kebutuhan mendesak.
“Pemanfaatan teknologi geospasial dalam manajemen bencana bukan lagi sebuah opsi, melainkan sebuah imperatif. Ini adalah lompatan dari paradigma reaktif menuju paradigma proaktif dan preskriptif,” ujar Syaiful dalam sambutannya, Jumat (31/10/2025).
2. Ancaman bencana dihadapi dengan ilmu pengetahuan

Syaiful menjelaskan, teknologi seperti Penginderaan Jauh, Sistem Informasi Geografis (SIG), dan Global Navigation Satellite System (GNSS) berperan penting dalam membangun Digital Twin atau kembaran digital bumi. Teknologi tersebut mampu meningkatkan akurasi perencanaan serta efektivitas mitigasi bencana.
Syaiful menyontohkan, Lampung Selatan memiliki risiko bencana alam cukup tinggi seperti banjir bandang dan tanah longsor di Kecamatan Kalianda, Natar, dan Jati Agung, serta ancaman rob di pesisir Teluk Lampung.
“Ancaman bencana ini harus kita hadapi dengan ilmu pengetahuan, bukan kepanikan. Anda semua adalah arsitek dari Digital Twin Lampung Selatan yang akan merancang sistem peringatan dini, peta evakuasi dinamis, dan platform data terintegrasi bagi pengambil kebijakan,” ujarnya.
3. Pemerintah membuka pintu selebar-lebarnya untuk kolaborasi

Ia juga menegaskan komitmen Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan untuk memperkuat sinergi dengan dunia akademik, khususnya dalam pengembangan teknologi mitigasi bencana. “Pemerintah membuka pintu selebar-lebarnya untuk kolaborasi. Data dan inovasi dari kampus harus menjadi darah yang mengalir dalam nadi kebijakan pembangunan dan penanggulangan bencana,” tegasnya.
Ia juga mengajak seluruh peserta simposium menjadikan SIGER 2025 sebagai momentum aksi nyata dalam membangun daerah yang tangguh dan cerdas menghadapi bencana.
“Mari jadikan simposium ini bukan sekadar ajang diskusi intelektual, tetapi titik tolak aksi nyata,” tandasnya.



















