Cerita Eva Herawati Pengusaha Sulam Usus, Sokong Ekonomi Warga Desa

Berdayakan warga desa dapat penghasilan dari sulam usus

Lampung Selatan, IDN Times – Empat gadis belia duduk pada ambal. Mereka menarikan jari-jari lentiknya memasang mote-mote pada rajutan sulam usus yang sudah berpola.

Kegiatan itu mereka lakukan di satu ruang paviliun ukuran 3x3 meter. Di ruangan itu,  serambi kanan ada dua lemari kaca dan onggokan kain-kain sulam usus dan gulungan tali berbahan kain tersampir di besi penggantung.

Kegiatan itu mereka lakukan di kediaman Eva Herawati, pelaku usaha sulam usus di Desa Simpangagung, Lampung Selatan. Usaha sulam usus Eva berhasil menjadi UMKM yang membuka banyak kesempatan kerja untuk masyarakat desa.

Berikut IDN Times rangkum ceritanya.

1. Usaha sulam usus digeluti sejak masih gadis

Cerita Eva Herawati Pengusaha Sulam Usus, Sokong Ekonomi Warga DesaEva Herawati, pelaku usaha sulam usus. (IDN Times/Istimewa).

Eva mengatakan, usaha sulam usus digelutinya dirintis sejak 20 tahun lalu. Kala itu, sulam usus ia geluti sejak masih gadis. Ia belajar merajut kain sulam usus dari Herwan, kakaknya yang pernah dididik oleh maestro sulam usus Lampung, Aan Ibrahim.

“Saya diajari sama kakak saya. Namanya Herwan. Dia pernah bekerja dan dididik sama Aan Ibrahim. Bahkan pernah dikursuskan di Jakarta sama Bang Aan,” kata istri dari Darwansyah ini.

Merintis dari membuat taplak meja sulaman kain satin yang dipilin membentuk tali (menyerupai usus), perempuan lulusan SMA ini mulai menerima pesanan untuk membuat kebaya.

2. Penyokong ekonomi warga desa

Cerita Eva Herawati Pengusaha Sulam Usus, Sokong Ekonomi Warga Desajurnal islam

Kini, beragam macam motif sulam usus cantik semakin dikenal bahkan sampai keluar daerah Lampung. Ketika pesanan mulai tak tertampung, ia mulai meminta bantuan kepada kerabat dekat. Lalu, jumlah ibu-ibu yang terlibat semakin banyak dan meluas.

Usaha sulam usus Eva sudah sangat kondang sebagai penyokong ekonomi warga desa-desa sekitarnya.  Beberapa desa tersebut antara lain, Desa Margadai, Simpangagung, Sinarrejeki, Sumberjaya, Komando (Margorejo), Sosial, Gedungdalem, Gedungagung, dan Banjaragung.

“Sekarang, kalau 200 orang mah lebih dari 10 desa sekitar sini. Masing-masing desa ada koordinatornya. Koordinator inilah yang membagi ke anak buahnya. Sebab, gak mungkin dikerjain sendiri. Satu baju itu bisa dikerjain enam orang,” kata ibu tiga anak ini.

Baca Juga: Mengenal Pabrik Karet PTPN VII Unit Tulungbuyut, Tua tapi Berprestasi

3. Warga desa bisa dapat penghasilan rata-rata Rp1,5 juta per bulan

Cerita Eva Herawati Pengusaha Sulam Usus, Sokong Ekonomi Warga DesaMata uang uang Indonesia (Shutterstock/Maciej Matlak)

Resonansi Eva bukan sekadar reputasi namanya yang sohor, tetapi efek ekonomi dan ketenteraman lingkungan. Saat ini, para perempuan di seputaran Jatiagung wilayah Timur sudah menemukan pilihan membantu ekonomi suaminya melalui sulam usus Eva.

Eva menambahkan, penghasilan para penyulam itu belum besar. Tetapi sebagai pengisi waktu, ia menyebut jika insentif, para penyulam yang mengerjakan sulamannya di rumah masing-masing itu bisa dapat Rp1,5 juta per bulan.

Pesanan busana berbasis sulam usus kepada Eva terus mengalir, bahkan di masa pandemi sekalipun. Imbasnya, ibu-ibu dan remaja puteri, bahkan dibantu suaminya, bisa mengisi waktu senggang dengan menyulam tempahan dari Eva.

“Nyulam usus ini gak sulit. Kalau mau pasti bisa. Jadi, hampir nggak ada lagi ibu-ibu di sini yang nganggur pas waktu luangnya. Hampir setiap hari kordinator ngambil bahan ke sini, terus mereka bagi. Sambil ngobrol di rumah, mereka sambil nyulam,” kata Eva.

4. Sulam usus pernah dipesan Iis Dahlia

Cerita Eva Herawati Pengusaha Sulam Usus, Sokong Ekonomi Warga Desainstagram.com/isdadahlia

Eva mengatakan, busana sulam usus besutannya pernah dibawa ke Jepang. Bahkan, artis Iis Dahlia pernah memesan. Selain itu, menjadi langganan istri pengusaha Yusuf Kohar, dan beberapa nama kondang lain.

Meski usaha digeluti sudah beromzet sekitar Rp200 juta per bulan, hingga kini usaha Eva belum berbentuk badan hukum, bahkan tanpa merek. Uniknya, atas dasar kepercayaan dan reputasinya yang teruji, PTPN VII sebagai BUMN yang peduli kepada pelaku usaha kecil terus memberi dukungan.

“Kalau gak salah sejak 2008 saya sudah dapat pinjaman dari PTPN VII. Waktu itu dapat 10 juta, terus dua tahun berikutnya dapat 20 juta, naik lagi jadi 30 juta, dan terakhir tahun lalu dapat Rp40 juta. Sama PTP (PTPN VII) enak, bunganya kecil banget, nagihnya juga ramah. Jadi, hubungan kami juga enak,” tambah Eva.

5. Model usaha multiflier effect kepada kesejahteraan lingkungan jadi perhatian PTPN 7

Cerita Eva Herawati Pengusaha Sulam Usus, Sokong Ekonomi Warga DesaLogo PTPN VII (Istimewa/IDN Times)

Dukungan PTPN VII untuk usaha sulam usus Eva memang tak terputus. Setiap kali mengusulkan pinjaman, pihak PTPN VII selalu merespons dengan baik. Hal itu karena usaha ini memiliki nilai tambah untuk kesejahteraan warga sekitar.

Sekretaris Perusahaan PTPN VII Bambang Hartawan sangat mengapresiasi model bisnis yang dikembangkan Eva. Ia mengaku, model usaha yang mempunyai multiflier effect kepada kesejahteraan lingkungan akan menjadi perhatian khusus untuk pola kemitraan PTPN VII ke depan.

“Kami kasih atensi khusus kepada pelaku usaha yang resonansi ekonominya lebih luas, terutama yang padat karya dan melibatkan idle resources. Seperti yang dikembangkan Bu Eva ini. Sulam usus sampai hari ini belum ada mekanisasi atau alat modern yang bisa mengerjakan. Dan yang pasti, ibu-ibu rumah tangga yang terlibat bisa menambah penghasilan,” kata dia.

Bambang menambahkan, seiring kondisi PTPN VII yang mulai memasuki fase sustainable, ke depan pihaknya akan meningkatkan peran sertanya untuk program TJSL. Pada 2021, meski masih dalam kondisi perbaikan kinerja, PTPN VII tetap menyalurkan dana kemitraan kepada Usaha Mikro Kecil (UMK) sekitar Rp8,6 miliar. Pihaknya akan mengupayakan alokasi penyaluran dana TJSL tahun 2022 secara optimal.

Baca Juga: Cerita Dian Rahmadi Berkutat Reparasi AC Mobil dan Dapat Kredit Lunak

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya