Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kisah Lisman Tukang Sol Sepatu, Rantauan Sebatang Kara Hidup Nomaden

Lisman, Tukang Sol Sepatu sebatang kara yang hidup nomaden. (IDN Times/Rohmah Mustaurida).
Lisman, Tukang Sol Sepatu sebatang kara yang hidup nomaden. (IDN Times/Rohmah Mustaurida).

Bandar Lampung, IDN Times - Sore itu langit Kota Bandar Lampung terlihat menggelap. Meski tak jelas, rintik-rintik hujan sebenarnya sudah mulai muncul dan terlihat tipis-tipis turun membasahi aspal kota. Hari itu kendaraan di Jalan ZA Pagar Alam masih ramai seperti biasanya. Sepeda motor dan berbagai kendaraan roda empat lalu lalang tanpa henti.

Meski begitu Lisman (63) masih terpaku memandangi jalanan sambil berjongkok di depan pikulan sol sepatunya. Ia hanya termenung tak tahu memikirkan apa. Tidak peduli dengan debu jalanan menerpa kulit keriputnya, suara klakson memekakan telinganya, apalagi hujan.

Lisman tinggal sebatang kara di Kota Bandar Lampung. Ia biasa berkeliling menjajakan jasa sol sepatunya di jalanan utama Kota Bandar Lampung dengan kaus lengan panjang, celana usang, sandal karet mulai aus dan sebuah kain sarung untuk menahan pikulannya. 

1. Asli Minang dan selama 10 tahun hidup nomaden ke berbagai provinsi di Indonesia

Terminal Rajabasa. (IDN Times/Rohmah Mustaurida).
Terminal Rajabasa. (IDN Times/Rohmah Mustaurida).

Lisman sebenarnya warga asli Minang. Hampir semua keluarganya ada di Kota Padang. Ia merantau ke Bandar Lampung, setelah berkeliling selama 10 tahun dan hidup berpindah-pindah dari kota satu ke kota lain, dari provinsi satu ke provinsi lain hanya dengan keterampilan sol sepatunya.

Hal itu dilakukannya karena ia tak punya rumah sendiri. Sudah sekitar sebulan lamanya Lisman tinggal di Bandar Lampung. Ia hanya menjual jasanya di sekitaran Kecamatan Rajabasa saja karena selama ini Ia memang menumpang tinggal di Terminal Rajabasa.

“Saya udah kemana-mana, Jakarta pernah, Surabaya, Kalimantan, Jambi, sampai Papua juga pernah saya. Ya begini saja, kalau kira-kira di sini bagus (penghasilannya) ya tetap, kalau gak ya pindah lagi,” katanya ketika ditemui IDN Times, Minggu (16/10/2022).

Ia menjelaskan, bagaimana Terminal Rajabasa memiliki sebuah ruang kecil berbentuk petakan kosong yang ditinggali oleh beberapa pekerja di sekitaran Terminal. Pekerja tinggal di sana bisanya adalah pekerja rumah makan, penjual asongan, sampai kernet.

Kebetulan Lisman mengenal salah satu orang di sana hingga ia diizinkan untuk ikut tinggal tanpa membayar sepeserpun.

“Gak bayar memang di sana, temen saya juga gak (bayar). Isinya cuma ada kasur gitu saja, tikar, kalau lemari gitu gak ada. Kosongan aja. Saya juga cuma bawa barang sedikit enggak butuh lemari,” jelasnya.

2. Jasa sol sepatu sangat sepi peminat

Ilustrasi sol sepatu. (Youtube)
Ilustrasi sol sepatu. (Youtube)

Untuk mengungkapkan rasa terimakasihnya, biasanya Lisman membelikan makanan untuk temannya itu. Bisa nasi bungkus atau hanya sekedar kopi. Tapi itu dilakukannya kalau jasa solnya laku di hari itu.

Sayup-sayup terdengar kegiatan jual beli di dalam ruko yang tak jauh dari Lisman duduk. Ia sesekali memegang plastik kresek bening yang letaknya tak jauh darinya. Meski tidak dijelaskan, siapapun bisa tahu plastik itu berisi nasi bungkus berserta minumnya.

Lisman mengatakan, dirinya memang acap kali mendapat uluran baik hati dari beberapa pengendara yang lewat. Kebanyakan orang memberi makanan. Dari suaranya bergetar, ia sebenarnya menyimpan kesedihan karena sore itu dirinya belum mendapatkan pelanggan satupun.

“Belum ada ini. Dari pagi jam 7 sampai sekarang belum laku. Biasanya saya pulang pas mau Maghrib. Tapi saya juga pernah sih pulang itu pas malam-malam. Sekitar jam 9-10 malam,” katanya.

3. Lisman pernah berkeluarga

ilustrasi (IDN Times/Mardya Shakti)
ilustrasi (IDN Times/Mardya Shakti)

Meski saat ini sebatang kara, ia sebernarnya pernah menikah dan mempunyai anak. Namun ia bercerai dengan sang istri dan kini anak perempuan satu-satunya tersebut sudah berkeluarga dan tinggal di Jambi bersama keluarga kecilnya.

Lisman mengaku tidak ingin bergantung pada sang anak dan lebih suka hidup seperti saat ini. Rasa rindu memang kadang menyeruak.

Apalagi ia tidak punya ponsel untuk dijadikannya sebagai sarana komunikasi dengan sang anak maupun keluarga lain di Padang. Sehingga teman-teman di Terminal menjadi satu-satunya hiburan bagi Lisman.

Tapi bukan berarti tidak pernah, Lisman sesekali juga pernah pulang ke Padang khususnya saat orang tua Lisman masih hidup. Akibat hidupnya yang nomaden ini, Lisman nyaris tak pernah mendapat bantuan dari pemerintah. Baik itu Bantuan Langsung Tunai, BSU, BPJS Ketenagakerjaan, apalagi Program Keluarga Harapan.

Meski begitu ia tak mau protes. Pasalnya, ia tahu betul dirinya memang saat ini hidup tidak menetap. Sehingga pamong desa setempatpun pasti tidak akan tahu tentang dirinya. Jadi bagaimana Ia bisa tercatat sebagai penerima bantuan pemerintah?

4. Pernah bekerja selain menjadi tukang sol sepatu

Ilustrasi sol sepatu. (Google)
Ilustrasi sol sepatu. (Google)

Tak hanya jasa sol sepatu, ternyata Lisman pernah mencoba bekerja dibidang lain ketika sampai di Lampung. Saat itu, ia hanya coba-coba. Ia mendapat pekerjaan sebagai buruh angkat di salah satu toko bangunan di Lampung.

Sambil tertawa Lisman mengaku tak sampai dua hari Ia langsung keluar. Pasalnya, pekerjaan itu nyatanya tak cocok untuk dirinya yang sudah renta. Tak seperti kelihatannya, buruh angkut bahan bangunan rupanya wajib memiliki ketahanan dan kekuatan fisik mumpuni.

Ia melihat pekerja lain dengan entengnya mengangkat 50 kilogram semen dalam punggungnya dan hilir mudik dari dalam toko ke mobil truk. Sedangkan dirinya mengangkat satu kali saja sudah ngos-ngosan dan pegal-pegal menjalar keseluruh badan. “Begitu, akhirnya saya balik sol lagi,” ucapnya terkekeh.

Lisman bercerita dirinya pertama kali mendapat ilmu sol sepatu ketika dirinya merantau ke Jakarta. Awalnya, ia hanya menyemir saja, lama kelamaan melihat dan belajar secara mandiri dari kawan-kawannya yang sudah lebih dulu ngesol sepatu. 

“Sehari ngesol paling besar ya 50 ribu. Makanya saya sebenarnya pengin nabung. Punya rumah menetap, tapi kadang modalnya enggak cukup,” tutupnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rohmah Mustaurida
Martin Tobing
Rohmah Mustaurida
EditorRohmah Mustaurida
Follow Us

Latest Life Lampung

See More

Itera Targetkan Akreditasi Institusi Naik dari Baik ke Baik Sekali

07 Okt 2025, 20:01 WIBLife