Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi pemilu. (IDN Times/Mhd Saifullah)

Intinya sih...

  • Pilkada 2024 di Lampung mendatang akan menyuguhkan calon-calon kepala daerah terafiliasi dinasti politik.
  • Calon kandidat dengan afiliasi dinasti politik berasal dari petahana hingga pendatang baru, seperti Eva Dwiana, Nanda Indira, dan Musa Ahmad.
  • Dinasti politik juga muncul pada Pemilihan Bupati (Pilbup) Pesawaran dan Lampung Barat dengan nama calon seperti Parosil Mabsus dan Ayu Asalasiyah.

Bandar Lampung, IDN Times - Hajat demokrasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2024 tinggal menghitung bulan. Sederet tahapan hingga sejumlah nama calon kandidat di tingkat kabupaten/kota sampai provinsi mulai bermunculan, termasuk di Provinsi Lampung.

Sebagai pengingat, selaras gegap gempita dan euphoria menyambut ajang demokrasi lokalan ini, Pilkada 2024 diselenggarakan di kabupaten/kota Lampung hampir bisa diprediksi bakal menyuguhkan calon-calon kepala daerah terafiliasi dinasti politik.

Nama-nama kontestan kepala daerah memiliki afiliasi dinasti politik tersebut datang dari calon petahana hingga pendatang baru pada kontestasi Pilbup sejumlah daerah di Lampung.

1. Eva Dwiana lanjutkan kepemimpinan wali kota Bandar Lampung dua periode sang suami

Wali Kota Bandar Lampung, Eva Dwiana. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Peta politik dinasti di Lampung pada Pilkada 2024 dimulai dari Kota Bandar Lampung, nama petahana Eva Dwiana dapat dibilang sebagai salah satu bakal calon wali kota Bandar Lampung terkuat dalam bursa Pilwalkot November mendatang. Ia diprediksi sejumlah pihak bakal menapaki jalan mulus, guna melanjutkan masa kepemimpinan periode keduanya.

Bagaimana tidak, Eva Dwiana sampai detik ini telah mengantongi surat rekomendasi dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan NasDem. Namun sayangnya, hingha kini ia belum mendapatkan restu atau rekomendasi kembali dari partainya sendiri, PDI Perjuangan.

Sebagaimana diungkapkan Sekretaris DPD PDIP Lampung Sutono, sosok Eva Dwiana diakui merupakan salah satu kader didorong agar memperoleh rekomendasi dari partai. Tapi, masih terdapat sejumlah catatan mengganjal rekomendasi bagi Eva Dwiana.

Salah satunya, keberadaan suami Eva Dwiana Herman HN tak lain merupakan Ketua DPW NasDem Lampung. Herman HN diketahui merupakan mantan kader PDI Perjuangan sekaligus mantan Wali Kota Bandar Lampung masa jabatan 2010-2015 dan 2016-2021.

Dalam perjalanan politiknya, Herman HN sempat ingin "naik kelas" mengikuti ajang Pilgub sebanyak dua kali tepatnya 2014 berpasangan dengan Zainudin Hasan dan 2018 berduet bersama Sutono.

Meski telah kalah dalam dua kali kesempatan kontestasi Pilgub tersebut, bukan tidak mungkin wajah Herman HN bakal kembali terpampang pada surat suara Pilgub 2024 kali ini. Pasalnya, ia diketahui telah mengikuti sejumlah penjaringan calon gubernur bersama PAN, Demokrat, hingga partai yang ia pimpin NasDem.

Dinasti politik keluarga Eva Dwiana diketahui tak sebatas terhenti pada dirinya dan sang suami. Itu lantaran, keduanya memiliki anak kandung bernama Rahmawati Herdian baru saja terpilih sebagai Anggota DPR RI Dapil Lampung I pada Pileg 2024 kemarin. Dara 27 tahun ini sukses menjadi pendatang baru di Senayan dengan mendulang 94.079 suara.

2. Nanda Indira ancang-ancang sambut tongkat estafet bupati Pesawaran

Nanda Indira swafoto bersama suami Dendi Ramadhona, Bupati Pesawaran. (Instagram/@dendi_ramadhona).

Afiliasi dinasti politik calon kandidat kepala daerah juga hampir diprediksi muncul pada Pemilihan Bupati (Pilbup) Pesawaran. Itu seiring kemunculan nama Nanda Indira tak lain merupakan istri dari Dendi Ramadhona, Bupati Pesawaran periode 2016 sampai dengan saat ini.

Sosok Nanda Indira digadang-gadang bakal maju Pilgub Pesawaran 2024 sudah terdengar seliweran sejak jauh-jauh hari, seiring bakal berakhirnya dua periode masa jabatan bupati sang suami di kabupaten setempat. Saat ini, Nanda diketahui telah mengantongi rekomendasi dari PKB dan PKS.

Suami Nanda Indira, Dendi Ramadhona diketahui merupakan anak kandung dari Zulkifli Anwar, mantan Bupati Lampung Selatan periode 2000-2005 dan 2005-2010, serta Anggota DPR RI Dapil Lampung I sejak 2010 dan kembali terpilih dalam periode ketiga kalinya pada Pileg 2024 kemarin.

Seakan "cek ombak" tingkat elektabilitas suara, Nanda Indira sempat mengikuti ajang Pileg 2024 kemarin dengan mencalonkan diri sebagai Anggota DPRD Provinsi Lampung pada Dapil 3 meliputi Pesawaran, Pringsewu dan Kota Metro. Hasilnya, Nanda Indira sukse meraih 1 dari 11 kursi tersedia di dapil tersebut sekaligus sukses memperoleh suara terbanyak total 45.168 suara.

3. Petahana Musa Ahmad dan istri kemungkinan bakal berhadap di Pilbup Lampung Tengah

Bupati Lampung Tengah, Musa Ahmad. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).

Menimang Pilkada Bupati Lampung Tengah 2024, afiliasi dinasti politik datang dari sosok petahana Musa Ahmad. Dalam kontestasi lima tahun nanti, bukan tidak mungkin dirinya akan melawan istrinya sendiri, Mardiana telah menyatakan kesiapan mengikuti Pilbup mendatang.

Baru-baru ini, biduk rumah tangga keduanya diterpa kabar tak sedap dan ramai dibicarakan publik. Itu seiring Musa Ahmad menggugat Mardiana di Pengadilan Agama Gunung Sugih. Sidang perdana gugatan perceraian tersebut telah digelar Jumat (5/7/2024).

Pernikahan Musa Ahmad dan Mardiana telah berlangsung selama 29 tahun tersebut kini terancam bubar. Penyebabnya, disebut pihak pengacara Musa Ahmad keduanya sudah tidak lagi harmonis.

Dalam praktik dinasti politik keluarga Musa Ahmad, putri sulung sang bupati Marsya Dhita Pytaloka diketahui menjadi salah satu dari 12 kursi Anggota DPRD Provinsi Lampung Dapil 7 Lampung Tengah pada Pileg 2024. Bukan cuma itu, wanita kelahiran 8 September 1997 ini juga mampu meraih suara tertinggi sebanyak 58.596 suara.

4. Dukung mayoritas untuk petahana bupati Lampung Barat

Parosil Mabsus, petahana Bupati Lampung Barat. (Instagram/@parosilmabsus).

Dari bursa Pilbup Lampung Barat 2024, afiliasi dinasti politik juga kuat datang dari sosok petahana Parosil Mabsus. Pencalonan periode keduanya kali ini sudah bisa diprediksi bakal melenggang dengan mudah. Bagaimana tidak, kader PDI Perjuangan ini telah memperoleh total 5 rekomendasi partai meliputi PDIP, PAN, PKB, PKS, NasDem.

Melihat derasnya dukungan partai palemen mengalir kepada Parosil Mabsus, bukan tidak mungkin, ia diperkirakan bakal menjadi calon tunggal pada Pilbup Lampung Barat alias melawan kotak kosong.

Sosok mantan Anggota DPRD Lampung Barat periode 2004-2009, 2009-2014, dan 2014-2017 ini diketahui merupakan adik kandung Mukhlis Basri, mantan Wakil Bupati Lampung Barat 2002-2007, mantan Bupati Lampung Barat periode 2007 hingga 2017 dan saat ini Anggota DPR RI.

Parosil Mabsus juga memiliki keponakan bernama Lesty Utami Putri merupakan Anggota DPRD Provinsi Lampung periode 2019-2024 dan kembali terpilih untuk masa jabatan 2024-2029. Ia adalah putri kandung Mukhlis Basri.

5. Masa jabat Bupati Way Kanan segera berakhir, sang adik maju sebagai Wakil Bupati

Ayu Asalasiyah, adik Bupati Way Kanan Raden Adipati Surya bakal maju Wakil Bupati Way Kanan. (Instagram/@bindaayu.go).

Nama bakal calon kepala daerah lainnya juga memiliki afiliasi dinasti politik ialah, Ayu Asalasiyah, adik kandung Bupati Way Kanan periode 2016-2020 dan 2021-2024, Raden Adipati Surya. Dalam kesempatan pencalonannya ini, Ayu telah mengumumkan akan berpasangan dengan bakal Calon Bupati Way Kanan Ali Rahman.

Sosok Ali Rahman diketahui merupakan wakil bupati saat ini mendampingi Bupati Raden Adipati Surya. Sebagai bentuk keseriusan Ayu mencalonkan diri sebagai calon wakil bupati Way Kanan, ia telah mengikuti penjaringan ke sejumlah partai semisal Partai Demokrat dan PDI Perjuangan.

Saat Pileg 2024, Ayu Asalasiyah mencalonkan diri sebagai Caleg Anggota DPRD Way Kanan Dapil 5 meliputi 3 Kecamatan Rebang Tangkas, Kasui, dan Banjit sukses menuai suara melimpah hingga berhasil meraih 1 dari 9 kursi pada dapil tersebut.

Selain Raden Adipati Surya, Ayu Asalasiyah juga memiliki saudara kandung lainnya Rial Kalbadi merupakan anggota DPRD Way Kanan 2019-2024 sekaligus ketua DPC Partai Demokrat di kabupaten setempat.

6. Picu pertarungan antar kandidat tak setara dan adil

Ilustrasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)

Menyoal kondisi tersebut, Akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung (FISIP Unila), Bendi Juantara mengatakan, praktik dinasti politik sejatinya memiliki pendapat pro dan kontra tatkala dilandaskan pada kontestasi Pemilihan Umum (Pemilu).

Namun, dalam arena kontestasi Pilkada, modalitas simbolik atau berpatron pada seseorang yang memiliki kekuasaan tertentu hampir dipastikan bakal membuat pertarungan antar kandidat tidak setara dan adil.

"Dalam persoalan ini, peran yang kuat untuk bisa menentukan ada dipemilihnya calon tersebut. Jadi pendidikan politik bagi pemilih penting, agar bisa menilai setidaknya mana kandidat yang memungkinkan bisa merepresentasikan kepentingannya di ranah kekuasaan, bukan karena faktor lain yang menentukan," imbuhnya.

7. Dinasti politik timbulkan sistem demokrasi berjalan semu

Komisioner Bidang Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat KPU Lampung, Antoniyus. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).

Selaku penyelenggaraan, Anggota KPU Lampung Bidang Sosialisasi dan Partisipasi Masyarakat, Antoniyus menyebutkan, pihaknya terus memberikan edukasi politik kepada masyarakat menyangkut independensi dalam menyalurkan hak pilih, tanpa menghiraukan status dinasti politik.

Pasalnya, secara etika politik praktik ini diakui dapat mengganggu tingkat demokrasi. Namun demikian, dinasti politik dalam legalitas aturan tak memiliki larangan.

"Ini tinggal diserahkan saja ke masyarakat, dalam kompetisi kepemiluan siapa kiranya yang akan dipilih dalam bilik suara nanti," imbuh dia.

Antoniyus mengatakan, masyarakat diingatkan salah satu contoh kecil mudarat dinasti politik ialah tidak memberikan kesempatan kepada masyarakat atau kandidat lain. "Dampaknya besar, artinya, sistem demokrasi berjalan dengan semu," tandasnya.

Editorial Team