Melongok Bangunan Peninggalan Belanda di Lampung Dulu dan Sekarang

Bangunan bersejarah di Lampung

Bandar Lampung, IDN Times - Pada masa penjajahan kolonial Belanda, banyak bangunan di Indonesia yang dirancang oleh arsitek kolonial Hindia Belanda. Tak terkecuali di Provinsi Lampung juga terdapat bangunan peninggalan Belanda yang masih berdiri kokoh.

Berikut IDN Times rangkum beberapa bangunan yang bernilai sejarah tersebut.

1. Jembatan Ogan

Melongok Bangunan Peninggalan Belanda di Lampung Dulu dan SekarangJembatan Ogan dibangun pada masa Pemerintahan Hindia Belanda (PHB). (Instagram.com/lampungheritage)

Dari sekian banyak jembatan yang dibangun pada masa Pemerintahan Hindia Belanda (PHB) jembatan yang terletak di Desa Batanghari Ogan, Kecamatan Tegineneng, Kabupaten Pesawaran, Lampung ini memiliki struktur yang lebih kuat karena terbuat dari struktur baja.

Hingga saat ini kondisi jembatan yang mengusung konsep jembatan lengkung ini masih kokoh tanpa kerusakan. Kecuali pada bagian fondasi jembatan yang kini tak lagi bersandar pada bagian tepi kanal primer yang saat ini sudah dilebarkan dari kondosi awal pembuatan jembatan.

Saat ini, bertumpu pada fondasi jembatan yang terpisah dan telah masuk ke dalam aliran udara. Meski kejadian tersebut terjadi perubahan namun fungsi jembatan tersebut masih tetap sama yaitu sebagai sarana masyarakat Desa Batanghari Ogan saat melakukan aktivitas sehari-sehari.

1. Bangunan irigasi kali Batanghari

Melongok Bangunan Peninggalan Belanda di Lampung Dulu dan SekarangJaringan irigasi kali Batanghari peninggalan Belanda yang masih berfungsi hingga saat ini. (Instagram Lampung Heritage)

Terdapat dua bangunan irigasi yang di bangun sejak masa pemerintahan Hindia Belanda. yaitu Irigasi kali Batanghari 4 (KBh 4) dan Irigasi kali Batanghari 5 (KBh 5). Hingga saat ini 95 persen bangunan KBh masih utuh. Kecuali pada beberapa yang sudah digantikan karena menyesuaikan dengan fungsi irigasi saat ini.

Bagian pintu air saat ini menggunakan jenis pintu sorong yang dahulunya menggunakan jenis pintu romijin. Selain itu terdapat bangunan sadap yang berada di bagian kanan dan kiri yang masih utuh kecuali jenis pintu yang digunakan saat ini menggunakan pintu sorong.

Lokasi bangunan tersebut berada di Desa Sumbersari Bantul, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro. Lanskap wilayah di sekitar bangunan masih tetap sama yaitu area persawahan. Hanya saja saat ini sudah menjadi area persawahan seluruhnya, sedangkan dahulu masih tampak pemukiman penduduk.

Baca Juga: Kisah Inspiratif Pemuda Indonesia Berkarya untuk Negeri dan Sesama

3. Bendungan Argoguruh

Melongok Bangunan Peninggalan Belanda di Lampung Dulu dan SekarangBendungan Argoguruh berlokasi di KecamatanTegineneng, Kabupaten Pesawaran. (Instagram.com/lampungheritage)

Pada masa pemerintahan Belanda, Bendungan Argoguruh berfungsi untuk membendung aliran sungai Way Sekampung untuk mengaliri lahan pertanian di Kolonisasi Sukadana yang saat ini  berada di tiga Kabupaten yaitu, Lampung Tengah, Kota Metro dan Lampung Timur dengan luas 55.000 hektare

Bendungan yang dirancang langsung oleh Ir Wehlburg tersebut berlokasi di KecamatanTegineneng, Kabupaten Pesawaran. saat ini Bendungan tersebut masih berdiri kokoh, sayangnya tak banyak masyarakat yang mengetahui nilai sejarah dari bendungan tersebut.

4. Stasiun Tanjung Karang

Melongok Bangunan Peninggalan Belanda di Lampung Dulu dan SekarangFoto masyarakat berpose di depan Stasiun Tanjung Karang sekitar tahun 1940-an. (Instagram.com/lampungheritage, IDN Times/Silviana)

Pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, hasil bumi dari Sumatera Selatan diangkut ke pulau Jawa menggunakan kapal laut. Namun, Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia pada masa itu menganggap biaya pelayaran cukup mahal dan memakan waktu yang lama. Sebab itu di bangun lah rel kereta api dari Palembang ke Tanjung karang yang mengerahkan ribuan orang di Palembang dan Tanjungkarang.

Sehingga pada 3 Agustus 1914 menjadi tanggal beroperasinya Stasiun Tanjung Karang karena saat itulah jalur rel pertama yang dibuat Belanda di daerah Sumatera sepanjang 12 kilometer dari Panjang menuju Tanjung Karang resmi dilintasi kereta.

Baca Juga: Bangunan Bersejarah Peninggalan Kolonial, Riwayatmu Kini Terabaikan

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya