Kisah Sukses Cut Trimaha Rany Jadi Putri Budaya Lampung

Ia pernah jadi korban body shaming dengan 'Gajah Lampung'

Bandar Lampung, IDN Times - Masa depan yang gemilang hanya dimiliki orang-orang pekerja keras yang konsisten dan tegar. Siapa sangka, Cut Trimaha Rany yang pernah menjadi korban body shaming temannya saat di sekolah, kini didaulat sebagai Putri Kebudayaan Lampung.

Perempuan berusia 21 tahun ini bahkan berhasil membawa nama Lampung hingga tingkat nasional di ajang Putri Kebudayaan Indonesia 2021. Cut berhasil meraih gelar Best Tradisional Costume dan masuk di Top 12 Putri Indonesia Kebudayaan Lampung.

Seperti apa perjalanan yang pernah dilalui oleh Cut hingga pembuktiannya kepada publik? Berikut kisah Cut saat berbagi kepada IDN Times.

1. Sempat dijuluki 'Gajah Lampung' dan 'Ibu Tiga Anak'

Kisah Sukses Cut Trimaha Rany Jadi Putri Budaya Lampung(Instagram.com/cuttm_)

Cut awalnya tak peduli dengan ledekan teman-temannya, seperti 'Gajah Lampung' atau 'ibu yang sudah memiliki tiga anak'. Namun seiring berjalannya waktu, Cut mulai menyadari jika ia harus memperhatikan penampilan.

Menurutnya, kecerdasan saja tak cukup agar mendapat tempat di hati masyarakat yang umumnya melihat perempuan dari sisi penampilan.

“Aku gak bisa hanya fokus dengan prestasi aja. Aku gak bisa cuma menonjolkan kecerdasan saja, tapi penampilan juga sekarang nomor satu. Jadi ya sudahlah, aku coba hingga di titik sekarang bisa merasakannya,” ungkapnya saat diwawancarai IDN Times, Jumat (15/1/2021).

Baca Juga: Ini Cara Mahasiswa IIB Darmajaya Kenalkan Budaya Lampung via Virtual

2. Sebagai anak broken home memicu Cut berkiprah di dunia anak dan perempuan

Kisah Sukses Cut Trimaha Rany Jadi Putri Budaya LampungCut saat berkiprah di dunia anak dan perempuan (Instagram.com/cuttm_)

Berkompetisi di ajang kontes kecantikan menjadi pengalaman pertama bagi Cut. Sebelumnya, putri ketiga dari tiga bersaudara ini berkiprah di dunia anak dan perempuan. Pengalamannya di bidang tersebut sudah tak diragukan lagi. Sejak umur 13 tahun, Cut sudah menjadi anggota forum anak di tanah kelahirannya Lampung Utara.

Cut pun dipercaya sebagai Duta Anak Provinsi Lampung, Ketua Forum Anak Daerah Lampung, dan Forum Anak Nasional, Hingga yang paling membanggakan baginya saat menjadi fasilitator Forum Anak Masional di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

“Aku adalah anak yang menjadi korban broken home dan verbal bullying karena masalah keluarga yang dibawa-bawa ke aku. Sampai aku pernah depresi, dan akhirnya pada tahun 2015 orangtuaku bercerai. Agak luntang lantung hidup aku. Umur 13 tahun, bagaimana sih caranya menghadapi hal-hal berat yang seharusnya belum dirasakan,” tuturnya.

Kondisi itu kemudian menjadi alasan bagi Cut bergabung ke Forum Perlindungan Anak dan Perempuan, agar ia memiliki akses kepada pemerintah untuk membantu anak-anak lain yang seharusnya bisa berkembang lebih baik di saat tak tidak mendukung. 

“Aku gak bisa melakukan perubahan besar, tapi aku ingin melakukan hal-hal kecil yang setidaknya menjadi barometer untuk teman yang lain. Aku diber kepercayaan penuh oleh ibu untuk melakukan apa pun yang aku mau, tapi dalam batas wajar. Aku mulai tinggal di panti asuhan terus aku ke anak jalanan. Wawasan aku makin terbuka dan paham jika masalah aku terbilang mudah dibanding ketimbang anak-anak lain,” paparnya.

3. Dunia kecantikan tak semenarik yang terlihat

Kisah Sukses Cut Trimaha Rany Jadi Putri Budaya Lampung(Instagram.com/cuttm_)

Beranjak dari zona nyaman yang tidak peduli dengan penampilan, membuat Cut harus ekstra mengubah penampilannya. Perjuangannya itu ternyata tak seindah yang dibayangkan. Setelah berhasil menurunkan berat badan dari 85 kilogram (kg) sampai 67 kg, tetap saja masih tuntutan netizen yang menginginkan kesempurnaan darinya.

“Dari pertama kali aku didaulat menjadi Putri Kebudayaan, teman aku yang dulu menghujat sekarang sering komentar 'akhirny glow up', 'thepower of glow up', atau 'nah gini dong Cut'. Ada juga terus-terusan memancing agar berbuat lebih. Misal, 'Cut kayanya lengan kamu harus dikurusin biar lebih baik'. Aku kira dunia kecantikan ini indah, ternyata tidak seindah itu. Banyak sekali netizen yang nyinyir,” ungkapnya.  

Dara campuran Palembang-Bandung itu tetap bersyukur jika di dalam dirinya masih tertanam sikap cuek. Cut pun tak memedulikan komentar tersebut. Ia hanya berucap syukur jika masih banyak yang memperhatikan penampilannya.

“Yang pasti aku bersyukur akhirnya ada yang notice aku. Dan buat aku sendiri, hal yang baik diambil dan yang buruk ditinggalkan,” terangnya.

4. Ingin menjadi anggota dewan sebelum menikah

Kisah Sukses Cut Trimaha Rany Jadi Putri Budaya Lampung(Instagram.com/cuttm_)

Cut juga menyampaikan beberapa keinginannya dalam waktu dekat dan yang akan datang. Meski sudah menjadi Putri Budaya Lampung, ia akan tetap melakukan advokasi yang berhubungan dengan anak dan perempuan.

Selain itu, dia juga ingin mencari pekerjaan dan mengumpulkan uang untuk biaya kuliah yang saat ini sedang memasuki semester tiga di Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

“Aku mau cari beasiswa di luar negeri dan fokus di kementerian, lalu aku mau jadi anggota dewan dulu sebelum menikah,” ujarnya.

Cut berpesan kepada para perempuan agar tidak pernah insecure saat menerima hujatan. Menurutnya, perlakuan yang tidak menyenangkan terkait penampilan harus dibuktikan untuk membungkam nada sumbang.

"Terkadang diam bukan emas, justru memberi peluang bagi mereka untuk menginjak kita. Kita punya hak atas diri kia” jelasnya.

5. Filosofi busana yang mendapat predikat Best Costum

Kisah Sukses Cut Trimaha Rany Jadi Putri Budaya LampungBest kostum tradisonal di ajang Putri Kebudayaan Indonesia (Instagram.com/cuttm_)

Saat meraih Best Costume Traditional di ajang Putri Kebudayaan Indonesia, Cut mengusung tema Potret Wanita di Repong Damar. Busana itu dirancang oleh Hasabi Couture Fashion. Busana itu ia dedikasikan untuk seluruh perempuan yang ada di Indonesia, khususnya Lampung di daerah Pesisir Barat.

Ia menjelaskan, para perempuan yang sudah menikah di wilayah tersebut masih melakukan pekerjaan mengambil getah damar di kebun. Sedangkan sang suami menunggu di rumah dan bertugas menjual getah di pasar. Bagi Cut, budaya tersebut sebagai analogi jika derajat suami lebih tinggi dibandingkan perempuan.

“Jadi konteksnya di sini suami lebih mengurus rumah tangga dan menjual getah damar. Tapi untuk porsi pekerjaannya lebih banyak dilakukan oleh perempuan. Mereka terikat oleh adat dan tidak bisa keluar dari hal itu,” ungkap Cut.

Baca Juga: Cerita Millennial Lampung Ajak Warga Pesisir Tak BABS di Laut

Topik:

  • Deryardli Tiarhendi

Berita Terkini Lainnya