Lampung Fest 2025 Hadirkan Edukasi Baru, Limbah Kopi Punya Masa Depan

- Limbah kulit kopi dapat diolah menjadi biochar, produk hijau yang mendukung ekonomi sirkular dan pertanian berkelanjutan.
- Biochar telah diperkenalkan di berbagai daerah penghasil kopi di Indonesia untuk menyelamatkan produktivitas kebun dari dampak perubahan iklim dan degradasi lahan.
- Kehadiran sesi edukatif tentang inovasi pengolahan limbah kopi memperkaya penyelenggaraan Lampung Fest 2025 sebagai ajang hiburan dan ruang belajar masyarakat mengenai potensi daerah.
Bandar Lampung, IDN Times - Lampung Fest 2025 menghadirkan pengalaman berbeda bagi para pecinta kopi. Bukan hanya menikmati aroma dan racikan barista lokal, pengunjung diajak memahami sisi lain industri kopi yang dibahas tapi punya potensi masa depan besar.
Di antaranya, bagaimana limbah kulit kopi bisa diolah menjadi biochar, produk hijau yang kini semakin populer dalam praktik pertanian berkelanjutan. Dalam talkshow bertema Pengelolaan Limbah Kopi (Biochar), dosen Pengelolaan Perkebunan Kopi Politeknik Negeri Lampung, Sismita Sari, menjelaskan, limbah kulit kopi sebenarnya punya potensi luar biasa, namun selama ini masih kurang dimanfaatkan.
1. Produk paling berpotensi untuk mendukung ekonomi sirkular

Menurut Sismita, limbah kulit kopi di Lampung jumlahnya sangat besar dan sebagian besar masih berakhir menjadi sampah meski berbagai cara pengelolaan telah dilakukan. Menurutnya, biochar adalah salah satu produk paling berpotensi untuk mendukung ekonomi sirkular dan menjadi solusi berkelanjutan bagi sektor perkebunan.
"Biochar sendiri merupakan karbon berpori yang dihasilkan melalui proses pirolisis, yaitu pembakaran pada suhu tinggi dengan kadar oksigen yang sangat rendah. Material ini memiliki struktur pori yang membuatnya mampu menyerap air, menetralisir racun, meningkatkan pH tanah, serta menyediakan tempat hidup mikroorganisme yang penting dalam siklus hara," jelasnya.
2. Inovasi ini juga telah diperkenalkan di berbagai daerah penghasil kopi di Indonesia

Sismita menjelaskan, biochar memiliki fungsi sebagai amandemen tanah yang dapat meningkatkan kapasitas tukar kation serta menciptakan kondisi ideal bagi pertumbuhan mikroorganisme yang sehat bagi tanaman.
Lampung sebagai salah satu sentra kopi nasional menghadapi tantangan lahan marginal dan tanah miskin nutrisi. Biochar dengan kandungan karbon hingga 90 persen dinilai dapat membantu memulihkan kondisi tersebut sekaligus menjaga produktivitas perkebunan dalam jangka panjang.
"Inovasi ini juga telah diperkenalkan di berbagai daerah penghasil kopi di Indonesia sebagai strategi menyelamatkan produktivitas kebun dari dampak perubahan iklim dan degradasi lahan," ujarnya.
Sismita menambahkan, pemanfaatan biochar juga mendukung upaya pemerintah menuju zero waste. Menurutnya, limbah kopi pun dapat diubah menjadi sesuatu yang memiliki nilai guna dan memberikan manfaat bagi lingkungan maupun petani.
3. Lampung Fest bukan sekadar ajang hiburan

Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Lampung, Bobby Irawan, menilai kehadiran sesi edukatif seperti ini memperkaya penyelenggaraan Lampung Fest 2025. Ia menyebut, festival ini bukan hanya sebagai ajang hiburan, tetapi juga ruang belajar masyarakat mengenai potensi daerah, termasuk inovasi pengolahan limbah kopi.
"Lampung Fest tetap menghadirkan konser, atraksi budaya, pameran pembangunan, dan kuliner, namun sesi edukasi membuat festival ini semakin relevan dengan isu keberlanjutan," ujarnya.
Menurutnya, talkshow mengenai biochar merupakan bagian dari rangkaian edukasi yang digelar panitia Lampung Fest bekerja sama dengan Bank Indonesia Provinsi Lampung dan Politeknik Negeri Lampung. Sehari sebelumnya, sesi pertama menghadirkan Dosen Budidaya Tanaman Perkebunan Polinela, Hafiz Luthfi, yang membahas budidaya kopi organik. Rangkaian ini akan berlanjut hingga 21 November 2025.


















