Konflik Harimau Vs Manusia di TNBBS Setahun Terakhir: 5 Warga Tewas

- BBTNBBS mencatat 5 korban tewas akibat konflik Harimau Sumatera dengan manusia di Lampung Barat.
- Selain 5 korban tewas, satu warga lainnya luka parah akibat serangan harimau Sumatera dan menjalani perawatan selama sebelas bulan.
- Petugas BBTNBBS melakukan pemantauan satwa dengan teknologi camera trap dan meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat untuk mengurangi konflik tersebut.
Lampung Barat, IDN Times - Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (BBTNBBS) mencatat, lima korban meninggal dunia akibat konflik atau interaksi negatif Harimau Sumatera dengan manusia di wilayah hutan kawasan Kabupaten Lampung Barat.
Kepala BBTNBBS, Hifzon Zawahiri mengatakan, rentetan peristiwa interaksi negatif berujung korban jiwa tersebut berlangsung selama rentang waktu Februari 2024 hingga Mei 2025.
"Ya, sebelumnya telah menyebabkan empat orang meninggal dunia, kejadian penerkaman kembali memakan korban baru bernama Sudarso (59) warga Jawa Tengah pada 25 Mei 2025 kemarin," ujarnya dikonfirmasi, Rabu (28/5/2025).
1. Catat satu korban selamat terluka parah

Selain korban meninggal dunia dalam rentang waktu tersebut, Hifzon melanjutkan, seorang warga lainnya turut mengalami serangan Harimau Sumatera hingga mengakibatkannya terluka cukup parah dan menjalani perawatan selama sebelas bulan.
"Jadi dari serangkaian peristiwa interaksi negatif ini, diduga kejadian penerkaman diikuti pemangsaan oleh harimau sumatera terhadap para korban," ungkapnya.
2. Giatkan patroli kawasan

Sejalan dengan serangkaian peristiwa ini, Hifzon menyampaikan, petugas BBTNBBS terus melakukan upaya pemantauan satwa dengan menggunakan teknologi camera trap, untuk identifikasi harimau sumatera dan pemantauan secara real-time atau waktu rill.
Selain itu, BTNBBS juga terus meningkatkan upaya penyadartahuan atau sosialisasi kepada masyarakat sekitar, termasuk menindak para warga masih membandel memanfaatkan lahan hutan kawanan.
"Patroli kawasan dan pemetaan daerah rawan konflik yang perlu mendapatkan penanganan intensif baik terhadap kawasan maupun aktifitas ilegal," ucap dia.
3. Persembahan liar picu konflik interaksi negatif

Hifzon turut menegaskan, aktivitas perambahan liar merupakan pemicu utama terjadinya konflik satwa dan manusia di kawasan setempat. Pasalnya, setiap pembukaan lahan ilegal mempersempit ruang hidup satwa liar dan meningkatkan risiko interaksi yang berbahaya.
Oleh karenanya, kegiatan perambahan hutan semacam itu bukan lagi sekadar pelanggaran hukum, tapi juga ancaman nyata bagi keselamatan manusia. "Kasus Sudarso ini menambah daftar panjang korban perambahan ilegal yang tidak hanya merusak ekosistem, tetapi juga menelan nyawa," tegas Hifzon.