Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Keren! ITERA Kampus Pertama di Lampung Bentuk Tim Tanggap Bencana

Ilustrasi gempa (IDN Times/Sukma Shakti)

Bandar Lampung, IDN Times - Hampir 95 persen bencana Indonesia terkait bencana hidrometeorologi. Lebih dari 53 ribu desa di Indonesia dikategorikan desa rawan bencana.

Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Lampung, Rudi Syawal Sugiarto, risiko bencana di Provinsi Lampung termasuk dalam kategori tinggi. Untuk itu rencana pembangunan penanggulangan bencana merupakan hal penting untuk pemerintah provinsi Lampung.

Hal itu disampaikan Rudi dalam acara webinar yang digelar Institut Teknologi Sumatera (ITERA) bertajuk Pemerintah, Institusi dan Masyarakat dalam Pengelolaan Kesiapsiagaan Bencana Nasional.

Berikut IDN Times rangkum pemaparan sejumlah narasumber hadir dalam acara virtual tersebut.

1. Generasi muda diharapkan menjadi pionir kesiapsiagaan bencana

ITERA gelar webinar Pengelolaan Kesiapsiagaan Bencana Nasional (IDN Times/Istimewa)

Wakil Rektor Bidang Non Akademik ITERA, Sukrasno, menyampaikan, Indonesia merupakan negara subur dengan kekayaan alam luar biasa. Namun dibalik semua kenikmatan tersebut harus menghadapi banyaknya bencana.

Generasi muda khususnya para mahasiwa diharapkan menjadi pionir, pelopor dan teladan bagi masyarakat dalam kesiapsiagaan bencana.

“Untuk itulah kita perlu bijak untuk mensiasati dalam menghadapi bencana-bencana dengan kesiasiagaan, melalui webinar ini diharapkan memberikan manfaat untuk berbagai pihak,” ujar Sukrasno.

2. Masyarakat Indonesia diimbau memiliki kemampuan berenang

Ilustrasi berenang (IDN Times/Sukma Shakti)

Berdasarkan data Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), pada tahun 2020 terdapat 2.526 total kejadian bencana. Bencana paling banyak menelan korban adalah bencana yang terjadi di wilayah perairan.

Menurut Ketua Pusat Data dan Informasi Basarnas, Didi Hamzar hal itu lantaran Indonesia 2/3 wilayahnya merupakan perairan sehingga banyak potensi bencana yang akan terjadi. Untuk itu Didi mengimbau agar seluruh masyarakat Indonesia mempunyai kemampuan berenang.

3. Kemampuan masyarakat menerima peringatan bencana sangat rendah

Ilustrasi siswa (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)

Harkunti Pertiwi Rahayu, Ahli Kebencanaan Indonesia IABI mengatakan, dalam 100 tahun terakhir bencana dengan high frekuensi yaitu bencana banjir. Sedangkan untuk high impact dengan frekuensi yang jarang yaitu bencana tsunami.

"Frekuensi bencana dengan kejadian terbesar masih terjadi di Pulau Jawa, dengan jumlah populasi yang padat," terangnya.

Harkunti menyebut, kemampuan masyarakat Indonesia menerima peringatan dini bencana dan memetakan bencana masih sangat rendah. Sehingga dibutuhkan pentingnya peran dari perguruan tinggi untuk penangan bencana, menyiapkan teknologi untuk tanggap darurat, memberikan edukasi kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat memahami tentang pengurangan resiko.

4. Itera bentuk tim tanggap bencana

(IDN Times/Istimewa)

Bertepatan peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional diperingati 26 April, acara webinar tersebut sekaligus mengukuhkan Tim Masyarakat Tanggap Bencana (MTB) ITERA, ditetapkan langsung oleh Rektor ITERA Ofyar Z Tamin.

Sebagai tim pelopor tanggap bencana di kampus Provinsi Lampung, pembentukan MTB ITERA merupakan peran aktif ITERA membantu permasalahan yang timbul akibat terjadinya bencana di masyarakat dengan berkolaborasi bersama instansi terkait baik BPBD, hingga Basarnas.

Selain itu, pembentukan MTB ITERA juga menjadi sumbangsih dalam melakukan manajemen bencana, baik berupa pra bencana, tanggap darurat dan pasca bencana melalui Pusat Riset dan Inovasi Mitigasi Bencana dan Deteksi Dini Kebakaran Hutan (Purino Mide) yang dimiliki.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Silviana
Martin Tobing
Silviana
EditorSilviana
Follow Us