DPR RI Optimis Program Makan Bergizi Gratis Dorong Ekonomi Lokal

- Program Makan Bergizi Gratis (MBG) berkolaborasi dengan petani, peternak, nelayan, dan pengusaha lokal sebagai pemasok bahan baku.
- Dapur MBG menyuplai ribuan porsi makanan bergizi setiap hari yang dimasak oleh tenaga kerja dari masyarakat sekitar.
- Sekretaris Deputi Bidang Promosi dan Kerja Sama BGN, Mochamad Halim, menyebut program ini sebagai kolaborasi antara pemenuhan gizi dan kemandirian desa.
Bandar Lampung, IDN Times – Tak hanya menyasar perbaikan gizi masyarakat, Program Makan Bergizi Gratis (MBG) juga memberi efek domino pada perekonomian lokal.
Anggota Komisi IX DPR RI Rahmawati Herdian mengatakan, Badan Gizi Nasional (BGN) memperlihatkan strategi pengadaan makanan sehat dengan menggandeng petani, peternak, nelayan, dan pengusaha lokal sebagai pemasok bahan baku.
1. Dapur MBG serap tenaga kerja dan beli hasil produksi warga

Menurut Rahmawati, salah satu kekuatan program MBG adalah pendekatannya yang tidak hanya berbasis pada pemenuhan gizi, tapi juga ekonomi kerakyatan.
“Dapur MBG membeli bahan masakan dari petani dan pelaku usaha lokal. Jadi program ini tidak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, tapi juga membuka lapangan kerja dan menggerakkan ekonomi di desa-desa,” jelasnya.
Setiap hari, dapur MBG menyuplai ribuan porsi makanan bergizi yang dimasak oleh tenaga kerja dari masyarakat sekitar.
2. Kolaborasi gizi

Sekretaris Deputi Bidang Promosi dan Kerja Sama BGN, Mochamad Halim, menyebut program ini sebagai kolaborasi antara pemenuhan gizi dan kemandirian desa.
“Dapur MBG butuh pasokan rutin dari petani dan nelayan sekitar. Artinya, ini menciptakan pasar tetap dan stabil bagi hasil panen mereka. Selain itu, BUMDes juga dilibatkan untuk memperkuat rantai pasok,” ujar Halim.
Ia mengajak masyarakat untuk tidak hanya menjadi penerima manfaat, tapi juga mitra aktif dalam pelaksanaan program melalui kemitraan dapur sehat.
3. Harapkan dampak jangka panjang

Camat Kedamaian, Joni Efriadi, menyambut positif pendekatan ekonomi dalam program MBG. Ia menyebut, bila program ini terus berlanjut dan diperluas, maka bukan hanya angka gizi buruk yang turun, tapi sektor ekonomi mikro juga bisa terdongkrak.
“Program ini bisa jadi model pembangunan gizi sekaligus pemberdayaan ekonomi masyarakat. Ini potensi besar yang harus dijaga dan dikembangkan,” ujarnya.