Diberi Nama Apriansyah, Pemkot Balam Rawat Bayi Terlantar

- Bayi laki-laki ditemukan tergeletak dan kedinginan di pinggir jalan di Bandar Lampung
- Pemerintah setempat segera membawa bayi ke rumah sakit untuk perawatan medis
- Bayi tersebut diberi nama Apriansyah, kondisinya sehat namun identitas orang tua belum diketahui
Bandar Lampung, IDN Times – Warga Kelurahan Bumi Kedamaian dikejutkan penemuan bayi laki-laki tergeletak dan kedinginan di pinggir jalan di Kecamatan Kediaman Bandar Lampung.
Bayi mungil itu pertama kali ditemukan oleh seorang anak kecil yang sedang bermain. Sejurus kemudian, bocah itu langsung memberitahu warga sekitar.
Bayi tersebut memiliki berat 2,6 kg dan panjang 46 cm. Saat ditemukan, tali pusarnya sudah terpotong menandakan bayi itu baru saja dilahirkan.
1. Ditemukan tanpa identitas, bayi langsung dibawa ke rumah sakit

Begitu laporan diterima, pemerintah setempat langsung bertindak cepat. Wali Kota Bandar Lampung Eva Dwiana mengatakan, pihaknya segera membawa bayi itu ke RSUD A. Dadi Tjokrodipo untuk mendapatkan penanganan medis.
“Sore tadi bunda dapat laporan dari camat Kedamaian. Langsung bunda minta untuk dibawa ke rumah sakit supaya segera diperiksa,” ujarnya, Kamis (1/5/2025).
2. Dirawat di bawah tanggung jawab pemerintah

Meski ditemukan dalam kondisi memprihatinkan, hasil pemeriksaan dokter menyatakan bayi tersebut sehat. Bayi itu kini diberi nama Apriansyah dan dirawat di rumah sakit hingga kondisinya benar-benar stabil.
“Alhamdulillah, adik bayi sehat. Saat ini bayi menjadi tanggung jawab pemerintah,” tambahnya.
3. Orang tua belum diketahui

Sampai berita ini tayang, identitas orang tua bayi masih belum diketahui. Perasaan haru dan sedih begitu terasa saat Eva menjenguk sang bayi.
Ia berharap, Apriansyah kelak tumbuh menjadi sosok yang kuat meski mengawali hidup dengan perjuangan. “Bunda tak bisa berkata-kata. Sampai sekarang orang tua atau keluarganya belum terlacak. Sedih Bunda melihatnya,” jelasnya.
Kisah Apriansyah jadi pengingat masih banyak kasus pembuangan bayi yang terjadi karena berbagai alasan, termasuk faktor ekonomi dan sosial. Diperlukan empati, edukasi, dan perlindungan sosial lebih luas agar peristiwa seperti ini tak terus terulang.