Banyak Jurnalis Gaji di Bawah UMK, AJI: Jangan Lupa, Kami Juga Buruh!

- Jurnalis di Lampung berpenghasilan di bawah UMK, tanpa kontrak kerja, terdesak oleh teknologi, dan hak-haknya diabaikan.
- Hasil survei AJI menunjukkan mayoritas jurnalis di Indonesia tidak punya status kerja pasti dan gaji layak, menyuarakan empat tuntutan utama.
- Tuntutan utama AJI Bandar Lampung antara lain pengawasan ketat terhadap perusahaan media yang tak patuh aturan ketenagakerjaan, evaluasi dari Dinas Ketenagakerjaan, pembentukan serikat pekerja media, dan ekosistem media yang sehat.
Bandar Lampung, IDN Times – Para jurnalis tergabung dalam Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandar Lampung menyuarakan keresahan yang jarang terdengar kondisi kerja jurnalis.
Dalam orasinya Ketua AJI Bandar Lampung, Dian Wahyu Kusuma, menyampaikan banyak jurnalis yang berpenghasilan di bawah upah minimum kota (UMK). Menurutnya kondisi ini sebagai bentuk ketimpangan struktural yang sudah berlangsung lama.
“Banyak jurnalis di Lampung yang hanya digaji di bawah UMK, bahkan tanpa kontrak kerja. Mereka bekerja layaknya buruh, tapi hak-haknya diabaikan,” katanya, Kamis (1/5/2025).
Dian menambahkan, perkembangan teknologi juga membuat posisi jurnalis makin terdesak.
"Otomatisasi konten dan tekanan ekonomi di industri media membuat banyak perusahaan memangkas hak-hak normatif pekerjanya," tambahnya.
1. Jurnalis masih jadi korban sistem

Dian menyampaikan, hasil survei nasional AJI bertajuk Wajah Jurnalis Indonesia 2025 menunjukkan mayoritas jurnalis di Indonesia tidak punya status kerja yang pasti dan gaji layak.
Total responden mencapai lebih dari 2.000 orang dari berbagai daerah. "Ini bukan hanya soal upah. Tapi juga soal martabat dan keberlangsungan profesi jurnalis," ujarnya.
2. Tuntutan

Melalui aksi ini, AJI Bandar Lampung menyuarakan empat tuntutan utama:
- Pengawasan ketat terhadap perusahaan media yang tak patuh aturan ketenagakerjaan.
- Evaluasi menyeluruh dari Dinas Ketenagakerjaan terhadap media di Lampung.
- Pembentukan serikat pekerja media untuk memperkuat posisi tawar.
- Ekosistem media yang sehat, bebas tekanan politik dan ekonomi.
3. Bukan cuma mikrofon dan kamera

Lewat orasi, poster, dan suara yang mereka bawa ke jalan, para jurnalis hari ini ingin mengingatkan satu hal penting di balik mikrofon dan kamera, mereka juga manusia yang butuh keadilan kerja.
“Kami tidak anti digitalisasi, tapi hak-hak dasar sebagai pekerja kami harus tetap dijamin,” tuturnya.