TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Cerita Sjachroedin Dubes RI untuk Kroasia, Sempat Dirawat Imbas Lockdown

Alami masa sulit imbas pandemik, kadar gula naik

Duta Besar Indonesia untuk Kroasia, Sjachroedin ZP (IDN Times/Tama Yudha Wiguna)

Bandar Lampung, IDN Times - Nama Sjachroedin Zainal Pagaralam (ZP) sudah tak asing di telinga masyarakat Provinsi Lampung. Itu lantaran, punawirawan polisi jenderal bintang tiga ini merupakan mantan Gubernur Lampung dua periode dari tahun 2004 hingga 2014

Tidak hanya itu, sejumlah jabatan strategis pernah diemban sosok putra daerah tersebut, baik semasa di kepolisian hingga pemerintah dalam dan luar negeri. Saat ini, Sjachroedin bertugas sebagai Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Kroasia sejak 13 Maret 2017.

IDN Times berkesempatan mewawancarai Sjachroedin secara khusus, mengulik pengalaman kerja dan kisah-kisah menariknya saat bertugas di Kroasia.

1. Alami masa sulit menjalani pandemik COVID-19 di Kroasia, mengaku stres bahkan sempat jatuh sakit

bus2alps.com

Suami dari Trully Trisno Prawoto Atmojo ini membagikan kisahnya, saat melewati masa-masa sulit pandemik COVID-19 di Negara Kroasia. Layaknya Indonesia, negara itu pun turut merasakan dampak hebat Virus Corona. Sjachroedin mengatakan, Kroasia sempat menerapkan karantina wilayah atau lockdown.

"Di sana (Kroasia) sama saja, banyak fasilitas umum, pertokoan, restoran tutup, dan lain-lain. Ada banyak karyawan juga yang di PHK," katanya, Rabu (7/4/2021). 

Pria 74 tahun itu mengaku sempat stres, karena mesti banyak menghabiskan waktu berdiam diri di rumah, sehingga tidak dapat menjalankan aktivitas pekerjaannya. Tak ayal, Sjachroedin pun sempat jatuh sakit, lantaran kadar gula dalam tubuhnya naik, sehingga harus dirawat intensif di negeri perantauan.

"Waktu itu, saya tidak bekerja dan badan tidak banyak bergerak, sementara aktivitas sehari-hari hanya dihabiskan di dalam rumah, dengan menonton televisi, banyak makan dan minum. Jadi, kemarin sempat dirawat cukup lama," imbuh Sjachroedin.

Baca Juga: Mengenal Rumah Adat Lampung Lamban Pesagi, Tangga dan Kamar Sarat Makna

2. Bakal rampungkan PR sebagai Dubes

Bendera Kroasia berkibar di benteng terakhir Pemberontak Etnik Serbia di Wilayah Knin, Kroasia. twitter.com/tonybalogna

Sjachroedin sadar setiap masing-masing jabatan memiliki batas waktu tertentu, sehingga tidak ada yang abadi. Termasuk sebagai Dubes Indonesia untuk Kroasia. Oleh karena itu, ia akan segera merampungkan visi misinya yang masih menjadi pekerjaan rumah.

Ia juga tak menampilkan, sudah seharusnya sebagai pemimpin terus melakukan evaluasi diri, terhadap kebijakan dan langkah yang diambil. "Artinya apa? Kita harus cek kegiatan sudah dikerjakan, baru sedang dikerjakan, terakhir yang akan dikerjakan," tukas Oedin, sapaan akrabnya.

3. Berpedoman tugas pokok setiap melakukan pekerjaan

pinterst

Sjachroedin mengatakan, selalu menanamkan dan berpedoman pada tugas pokok di setiap bidang pekerjaannya. Bukan tanpa alasan, ia percaya hal itu bisa melahirkan kewenangan, kebijakan, dan tanggungjawab untuk kepentingan orang banyak.

"Saya rasa, saya berpengalaman di kepolisian, pemerintahan dalam negeri, sekarang luar negeri. Intinya yaitu, tugas pokok setiap ingin memulai pekerjaan apapun itu," ucapnya. 

Satu di antara tugas pokok sebagai Dubes Indonesia untuk Kroasia imbuhnya, melindungi segenap warga negara Indonesia (WNI) di Kroasia. Caranya, ia selalu melakukan komunikasi dengan sejumlah staf kepala kepolisian di negara tersebut.

Bahkan, Sjachroedin tak segan, meminta bantuan dan dukungan mereka, di saat WNI ada yang tersandung permasalahan hukum dan lain-lainnya.

"Ini harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, jangan asal ngomong saja. Sebab, itu gampang tapi bagaimana kita mengerjakan dan melaksanakannya. Saat saya bertemu kepala polisi di sana, saya bicara menitipkan WNI," paparnya.

4. Setiap pekerjaan memerlukan identitas, bentuk dari eksistensi

Redbooth.com

Putra daerah lahir di Tanjungkarang, 7 Februari 1947 ini mengatakan, setiap pekerjaan memerlukan identitas. Alasannya, itu merupakan bagian eksistensi pekerjaan, sehingga ke depannya bisa menjadi warisan untuk generasi penerus.

"Makanya waktu saja menjabat Gubernur Lampung, saya membangun Menara Siger (di Bakauheni, Lampung Selatan) . Itu merupakan bentuk identitas kita sebagai warga Lampung. Lihat sekarang, tempat itu sudah jadi lokasi wisata," tukas Sjachroedin.

Menurutnya, siapapun bertugas di instansi pemerintah ataupun swasta harus mempertimbangkan setiap langkah dan keputusan yang diambil. Tujuannya, ke depan bisa mendapatkan kebijakan mengarah pada hal positif. "Jadi pembangunan dari tiap kebijakan itu, bukan asal-asalan saja. Melainkan, harus memiliki arah dan tujuan jelas," ucap Sjachroedin.

Baca Juga: Mengenal Blangikhan, Tradisi Adat Masyarakat Lampung Sambut Ramadan

Berita Terkini Lainnya