Bahaya Obesitas: Konsultasikan Gizi Sebelum Penyakit Itu Datang

Cek 8 kabupaten/kota angka obesitas tertinggi di Lampung

Bandar Lampung, IDN Times - Tak hanya stunting dan gizi buruk, Indonesia ternyata juga memiliki permasalahan gizi cukup mengkhawatirkan untuk obesitas atau berat badan.

Berdasarkan survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, di Indonesia 1 dari 5 anak usia sekolah yaitu 20 persen atau 7,6 juta anak; 1 dari 7 remaja yakni 14,8 persen atau 3,3 juta remaja; dan 1 dari 3 orang dewasa yakni 35,5 persen atau 64,4 juta orang mengalami kelebihan kelebihan berat badan atau obesitas.

Tren meningkatnya angka kelebihan berat badan bisa muncul dari mana saja salah satunya dari perubahan gaya hidup dan pola makan tidak seimbang. Seperti terlalu seringnya makan makanan tinggi garam atau makanan cepat saji.

Terkait hal itu, Tazkiya Ursy (21), mahasiswa di salah satu universitas di Lampung menyatakan, salah satu penggemar makanan cepat saji. Itu dikarenakan dirinya memang cukup sulit untuk memasak makanan hariannya ditengah jadwal padat kuliah.

“Aku jarang sih masak soalnya kan aku ngekos. Jadi dari pada ribet masak aku mending beli. Kalau kayak di McD atau KFC gitu jarang ya, tapi paling aku lebih banyak jajan bakso, mie ayam, gitu aja sih yang lebih murah,” katanya pada IDN Times, Sabtu (15/7/2023).

1. Mudah lelah dan capek sering dirasakan Tazkiya

Bahaya Obesitas: Konsultasikan Gizi Sebelum Penyakit Itu Datangilustrasi perempuan mengalami pusing karena anemia (pexels.com/stockking)

Tazkiya tak menampik, mengonsumsi makanan cepat saji memang buruk untuk kesehatan. Ia pun pernah beberapa kali mendapat informasi terkait penelitian dampak mengkonsumsi makanan cepat saji bagi tubuh.

“Tapi jujur memang susah sih (meninggalkan kebiasaan konsumsi makanan cepat saji). Jadi kadang aku akalin juga dengan beli makan diwarteg gitu. Sebisa mungkin cari nasi lah jangan cuma jajan kayak siomay atau bakso gitu,” ujarnya.

Ia mengatakan, tidak merasakan keluhan kesehatan pada dirinya. Namun memang terkadang ia jadi lebih mudah lelah dan mudah mengantuk.

2. Periksa diri ke dokter saat mengeluh sakit saja

Bahaya Obesitas: Konsultasikan Gizi Sebelum Penyakit Itu Datangilustrasi konsultasi dokter (IDN Times/Mardya Shakti)

Ia juga mengatakan, bukan tipe orang rutin berkonsultasi ke dokter. Ia hanya ke dokter atau layanan kesehatan umum jika dirinya merasa sakit saja.

“Iya ke dokter pas sakit aja. Kalau konsultasi juga ya pas sakit aja soalnya kalau gak sakit ya ngapain ke dokter. Takutnya di puskesnya juga gak nerima kalau gak sakit,” imbuhnya.

Tazkiya mengakui dirinya merupakan kelompok orang berat badannya di atas rata-rata. Ia juga ingin diet sehingga berat badan dan tinggi badannya sesuai dan lebih langsing.

“Tapi jarang (diet). Paling sehari diet gak banyak makan nasi tapi bertahan paling lama ya tiga harian lah,” ujarnya tertawa.

Baca Juga: Isu Pilkada 2024 Ditunda, Ketua Bawaslu Lampung: Rentan Perselisihan

3. 8 kabupaten kota angka obesitas tertinggi di Lampung

Bahaya Obesitas: Konsultasikan Gizi Sebelum Penyakit Itu DatangIlustrasi obesitas (freepik.com/jcomp)

Menurut data SSGI 2022 dari Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, pravelensi balita overweight (berat badan menurut tinggi badan) di Lampung mencapai angka 2,9 persen dari populasi. Ada 8 kabupaten/kota di Lampung dengan angka obesitas melebihi rata-rata provinsi.

Kabupaten/kota tersebut adalah Lampung Barat 3 persen, Mesuji dan Lampung Tengah 3,1 persen, Bandar Lampung, Metro dan Tulang Bawang 3,4 persen. Selanjutnya, Lampung Utara 4 persen, dan Lampung Timur 4,2 persen.

Menanggapi hal ini, Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, Desti Mega Putri menyebutkan survei ini dilakukan pada balita hingga usia 5 tahun. Dalam hal ini pun daerah telah melakukan beberapa program untuk menekan angka obesitas khususnya pada anak.

4. Program khusus untuk menekan kasus obesitas di Kota Bandar Lampung

Bahaya Obesitas: Konsultasikan Gizi Sebelum Penyakit Itu DatangTugu Adipura Bandar Lampung. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna)

Desti menyebutkan, pihaknya terus melakukan komunikasi dan edukasi tentang pemberian makan bayi dan anak (PMBA) yang tepat, baik yang dilakukan oleh petugas Dinkes, Puskesmas dan kader posyandu untuk mengatur berat bedan anak usia dini.

“Kita juga ada peningkatan promosi ASI eksklusif dan pemantauan serta evaluasi pada anak overweight dilakukan 2 minggu sekali,” ujarnya.

Sedangkan untuk kasus obesitas pada usia dewasa, Desti mengaku tidak ada program khusus untuk obesitas. Namun lebih kepada kasus-kasus penyakit tidak menular rentan diderita oleh obesitas seperti hipertensi dan diabetes militus.

“SPM kita ada 2 yakni diabetes militus dan hipertensi. Jadi kita lebih kepada bagaimana menyediakan layanan kesehatan agar mereka (pasien hipertensi dan diebetes militus) terkontrol dalam mengkonsumsi obat dan rajin kontrol kesehatan,” jelasnya.

5. Banyak kasus obesitas disadari setelah muncul keluhan kesehatan

Bahaya Obesitas: Konsultasikan Gizi Sebelum Penyakit Itu Datangilustrasi diabetes (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Desti menyebutkan, banyak orang salah kaprah terhadap layanan kesehatan. Orang-orang masih berpikir layanan kesehatan hanya untuk orang sakit saja. Padahal orang sehat juga bisa datang ke puskesmas untuk konsultasi.

“Ya gratis kalau dia masyarakat Bandar Lampung kan puskesmas memang gratis. Tinggal datang saja ke puskes dan temui dokter dulu lalu sampaikan kalau ingin meminta konsultasi gizi,” ujarnya.

Senada dengan Desti, dokter spesialis anak Lampung, dr Ismi Citra Ismail SpA juga mengatakan, dari beberapa pengalaman pribadinya, ternyata masih banyak sekali orang tua belum menyadari tentang bahayanya obesitas atau overweight itu.

“Sehingga jarang yang datang untuk mengkonsultasikan soal kegemukannya saja. Mereka rata-rata datang setelah ada keluhan yang ditemukan pada anak misalnya mengeluh sakit,” ujarnya.

Sedangkan penyakit tidak menular cenderung diakibatkan oleh obesitas dengan gejala tidak terlihat misalnya kencing manis, ia menyebutkan tidak banyak pasien datang untuk berobat.

6. Ciri-ciri dan penyebab anak obesitas

Bahaya Obesitas: Konsultasikan Gizi Sebelum Penyakit Itu Datangfreepik.com

Dokter anak saat ini menjabat sebagai Bendahara Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Lampung ini juga menjelaskan, cukup mudah untuk menentukan seorang anak sudah kelebihan berat badan atau tidak.

“Di kartu posyandu itu pasti ada grafik tumbuh kembang bayi namanya kurva CDC (Center for Disease Control and Prevention). Secara teori jika CDC ini kan ada kelompok persentilnya, kalau persentilnya sudah di angka antara P85 sampai P95 maka anaknya overweight. Jadi balita wajib dibawa ke posyandu,” jelasnya.

Ia mengatakan, obesitas secara umum disebabkan dari pola hidup yang kurang baik, asupan kalori berlebih, dan aktivitas fisik kurang.

7. Cara penanganan anak obesitas

Bahaya Obesitas: Konsultasikan Gizi Sebelum Penyakit Itu DatangPinterest

Ismi juga menyampaikan penanganan anak dengan obesitas. Utamanya agar mencegah anak mengalami sindrom metabolik berupa dislipidemia, hiperglikemia (gula darah tinggi), hipertensi (tekanan darah tinggi).

“Untuk mengatur itu kita perlu kontrol pola makan anak yang benar yakni makan tiga kali kudapan dua kali dengan kalori sesuai usia, aktivitas seperti rutin berolah raga minimal 5 kali seminggu selama 30 menit,” jelasnya.

Selain itu, anak juga perlu ditanamkan kesadaran badan gemuk tidak baik. Peran orang tua mengobati anak sangat efektif dalam penurunan berat badan.

“Jangan cuma anak, seluruh anggota keluarga juga harus ikut berpartisipasi dalam program diet, mengubah perilaku makan dan aktivitas mendukung keberhasilan anak, serta
menjadi bagian dari keseluruhan program komprehensif tersebut,” ujarnya.

Baca Juga: Pemkot Terbitkan 1.190 PBG, Ini Cara Ajukan Izin Bangunan Lewat SIMBG

Topik:

  • Rohmah Mustaurida
  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya