Mengenal Blangikhan, Tradisi Adat Masyarakat Lampung Sambut Ramadan

Tradisi sucikan diri sebelum melakukan ibadah puasa

Bandar Lampung, IDN Times - Belasan muli mekhanai (gadis dan bujang) Lampung berada di Sungai Kali Akar, Kelurahan Sumur Putri, Kecamatan Telukbetung Selatan, Kota Bandar Lampung, Rabu (7/4/2021). Para muli kompak mengenakan pakaian lengan panjang dan celana panjang warna hitam. Pakaian itu dipadupadankan dengan penutup bahu rajutan sulam usus dan kain Tapis.

Setali tiga uang, belasan mekhanai (bujang) pun kompak mengenakan kemeja putih panjang dan bawahan sarung. Sejurus kemudian, para gadis bergerak ke tengah sungai.

Melihat para gadis ke tengah sungai, spontan para bujang menempiaskan air sungai ke arah para sang gadis. Terkena cipratan air dari para bujang, para gadis tak tinggal diam dan membalas hal serupa.

Gadis dan bujang ini lalu serentak membentuk lingkaran dan saling menempiaskan air sambil berderai tawa. Kondisi ini tak pelak membuat tubuh mereka basah. Selepasnya, beberapa gadis meraih kembang di tepi sungai.

Mereka lalu melulurkannya ke tangan seolah sebagai sabun, dan membasuhnya di kepala laiknya sampo. Aktivitas gadis dan bujang Lampung ini merupakan ciri khas Blangikhan (baca: Blagiran).

Blangikhan dalam bahasa Lampung memiliki arti 'mandi bersama'. Itu merupakan tradisi turun-temurun masyarakat yang diwariskan nenek moyang suku Lampung. Secara harfiah, Blangikhan memiliki makna filosofis yaitu, mandi bersama guna menyucikan diri dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan.

Lalu bagaimana prosesi acara adat Blangikhan menyambut Ramadan 1442 Hijrah? IDN Times berkesempatan menyaksikan tradisi ini.

1. Makna dan tujuan acara Blangikhan bagi Provinsi Lampung

Mengenal Blangikhan, Tradisi Adat Masyarakat Lampung Sambut RamadanAdat Lampung, Blangikhan, menyambut bulan Suci Ramadhan (IDN Times/Tama Yudha Wiguna)

Pemerintah Provinsi Lampung bersama DPP Lampung Sai melangsungkan prosesi Blangikhan di Bumi Kedaton Resort. Tujuannya, melestarikan adat budaya Lampung.

Ketua DPP Lampung Sai, Komjen Pol (Purn) Sjachroedin Zainal Pagaralam, mengatakan, Blangikhan adalah tradisi bermakna membersihkan diri untuk menyambut Ramadan. "Meski tradisi, tapi yang jelas kita tetap berharap dan berdoa kepada Allah SWT, agar diberi kemudahan saat menjalankan ibadah puasa," ujarnya.

Mantan Gubernur Lampung dua periode ini menambahkan, Blangikhan juga memiliki makna lain yaitu, diyakini menjauhkan hati dan jasmani dari rasa benci, dendam, sombong, dan dengki. Tujuannya, supaya menjalankan ibadah puasa lebih khidmat atau khusyuk.

Menurut Sjacroedin, acara Blangikhan digelar sebagai rasa syukur masyarakat Lampung menyongsong dan memaknai bulan suci di tiap tahun. Blangikhan sebagai bentuk upaya pelestarian, sekaligus melindungi budaya daerah Sai Bumi Ruwa Jurai (julukan Provinsi Lampung) dari ketergerusan seiring pergeseran dan perubahan zaman.

"Mak Kham Sapa Lagi, Mak Ganta Kapan Lagi (kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi). Sebaik-baiknya menjalankan kehidupan adalah orang yang bermanfaat bagi orang lainnya, karena hidup tergantung dengan diri kita sendiri," ujar Duta Besar Indonesia untuk Kroasia ini.

2. Seluruh tamu undangan larut dalam prosesi acara

Mengenal Blangikhan, Tradisi Adat Masyarakat Lampung Sambut RamadanAdat Lampung, Blangikhan, menyambut bulan Suci Ramadhan (IDN Times/Tama Yudha Wiguna)

Sejatinya, prosesi Blangikhan diikuti ribuan warga dari berbagai kalangan. Mulai dari anak-anak, orang dewasa, tokoh adat, hingga pemangku jabatan di Provinsi Lampung. Namun, masa pandemik COVID-19 membuat acara ini dilakukan secara terbatas sesuai protokol kesehatan.

Kendati demian, hal itu tidak menyurutkan antusias para tamu undangan memaknai acara ini. Terlihat, saat acara puncak di sungai, raut wajah tamu undangan seakan menampilkan mimik gembira dan larut dalam prosesi acara.

Diketahui acara Blangikhan sempat tak digelar beberapa tahun terakhir. Terlebih setelah selesainya masa jabatan Sjachroedin sebagai Gubernur Provinsi Lampung periode 2008 hingga 2014.

Terkini, tradisi itu kembali digelar era kepemimpinan Gubernur Lampung Arinal Djunaidi. Sekretaris Daerah Provinsi Lampung, Fahrizal Darminto yang mewakili gubernur Lampung yang berhalangan hadir acara Blagikhan mengatakan, Pemerintah Daerah akan mendukung penuh setiap acara mengangkat adat-istiadat Lampung.

"Tujuannya, guna mengedukasi para generasi muda sebagai pewaris Provinsi Lampung dikemudian hari. Mungkin, kalau masyarakat luas tidak bisa melakukan festival seperti ini. Tapi filosofi Blangikhan itu tetap harus kita lestarikan," imbuh Fahrizal.

Baca Juga: 10 Perbedaan Bahasa Lampung Sehari-hari Dialek A dan O

3. Cara mengenalkan identitas budaya Lampung di level nasional

Mengenal Blangikhan, Tradisi Adat Masyarakat Lampung Sambut RamadanAdat Lampung, Blangikhan, menyambut bulan Suci Ramadhan (IDN Times/Tama Yudha Wiguna)

Fahrizal mengatakan, Blangikhan merupakan bagian budaya Indonesia yang patut dilestarikan. Harapannya, bisa menjadi identitas budaya Lampung di level nasional. Selain itu, momen tahunan ini juga bisa mengangkat sisi pariwisata.

"Kita mengangkat festival ini untuk dilestarikan. Pemerintah Daerah juga berterima kasih pada Lampung Sai, sudah mau menginisiasi acara ini, mudah-mudahan ke depan budaya ini bisa kita teruskan," tukasnya.

4. Selaras dengan visi misi Kemenparekraf di tengah masa pandemik COVID-19

Mengenal Blangikhan, Tradisi Adat Masyarakat Lampung Sambut RamadanAdat Lampung, Blangikhan, menyambut bulan Suci Ramadhan (IDN Times/Tama Yudha Wiguna)

Blangikhan juga sebagai salah satu upaya mewujudkan visi misi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Tidak hanya mendorong wisata dan melestarikan wisata di tengah masa pandemik, namun acara ini mengangkat geliat usaha para UMKM di Lampung.

"Bisa kita lihat hari ini, karena kita tidak hanya melihat prosesi acara Blangikhan. Tetapi sejumlah hal bisa saling mendukung, seperti tamu-tamu undangan juga kita suguhan makanan dari UMKM. Kita tahu, daya beli masyarakat terbilang rendah di masa pandemik," ucap Ketua Harian DPP Lampung Sai, Rycko Menoza SZP.

Ia menambahkan, Lampung Sai berharap agar Pemerintah Provinsi Lampung yang saat ini kian terbuka bisa lebih banyak mendatangkan para wisatawan lokal hingga asing. "Saya rasa hal-hal seperti ini, bisa segera memulihkan kondisi Lampung dari masa pandemik," katanya.

5. Blangikhan tak kalah dengan acara adat-istiadat di luar Provinsi Lampung, khususnya pulau Jawa

Mengenal Blangikhan, Tradisi Adat Masyarakat Lampung Sambut RamadanAdat Lampung, Blangikhan, menyambut bulan Suci Ramadhan (IDN Times/Tama Yudha Wiguna)

Rycko menyatakan, DPP Lampung Sai organisasi sosial masyarakat yang kosen mengangkat budaya Lampung  berharap, agar seluruh instansi baik pemerintah maupun swasta lebih mengembangkan potensial di Sai Bumi Ruwa Jurai.

Ia menilai, tradisi Blangikhan tidak kalah dengan tradisi ataupun adat-istiadat yang ada di luar Provinsi Lampung, khususnya di Pulau Jawa. Ia meyakini, sudah saatnya, provinsi dengan slogan Sai Bumi Ruwa Jurai ini unjuk gigi, dengan segala potensi yang ada.

"Saya kira, ini budaya lama atau tradisi, yang hingga hari ini harus masyarakat umum ketahui. Kita tidak boleh kalah dengan pulau lainnya, karena ini adalah hal yang sangat baik untuk kita lestarikan dan teruskan," ujar mantan Bupati Lampung Selatan dan anak kandung mantan Gubernur Lampung, Sjachroedin ZP ini.

Baca Juga: Tempat Bukber Murah dan Lokasi Strategis di Bandar Lampung

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya