TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Enam Daerah Zona Merah, Data COVID-19 Lampung dan Pusat Diklaim Sama

Ada 7.911 kasus positif per 15 Januari 2021

Ilustrasi swab test (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Bandar Lampung, IDN Times - Dinas Kesehatan Provinsi Lampung mencatat, jumlah kumulatif pasien terkonfirmasi positif ada 7.911 hingga per Jumat (15/1/2021). Sedangkan data pasien meninggal 398 orang; pasien sembuh 5.340; masih dirawat 2.087, dan 166 kasus baru.

Berdasarkan data tersebut, tak ada daerah di Lampung yang berada dalam zona hijau. Justru ada enam daerah di Lampung masuk zona merah yaitu, Lampung Selatan, Tanggamus, Lampung Tengah, Lampung Timur, Kota Bandar Lampung dan Kota Metro.

Sedangkan sembilan daerah lainnya berada dalam zona oranye. Kabupaten/kota zona merah kasus COVID-19 terbanyak adalah Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Tengah masing-masing 3.259 kasus dan 1.086 kasus.

1. Data Lampung sama dengan pusat

Instagram.com/bappeda.lampung

Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Lampung, Reihana, tingginya kasus itu sudah diprediksi imbas libur Natal dan Tahun Baru. Data pasien yang terkonfirmasi positif itu diperoleh dari dinas kesehatan 15 kabupaten/kota di Lampung.

Ia menambahkan, 15 kabupaten/kota di Lampung memberikan data ke Dinkes provinsi merujuk hasil pemeriksaan laboratorium atau hasil lab polymerase chain reaction (PCR). Data tersebut menurutnya, sama dengan data Satuan Tugas (Satgas) tingkat pusat.

“Jadi tidak ada perbedaan data daerah dengan pusat. Daerah setiap hari mengirim data sebelum jam 12 ke pusat,” ujar Reihana.

Baca Juga: Vaksinasi COVID-19 Digelar Pekan Ini, Nakes Ada Pro dan Kontra

2. Sampel berasal dari berbagai tempat

google maps

dr Aditya M.Biomed selaku Verifikator hasil lab PCR, menerangkan, sampel yang ada di Lab Kesehatan Provinsi Lampung berasal dari berbagai macam tempat.

Berdasarkan data UPTD Balai Laboratorium Provinsi Lampung per 11 Januari 2021 ada 239 sampel yang masuk dalam pemeriksaan. Dari sampel tersebut, 87 sampel dinyatakan positif. Rinciannya, 60 hasil positif baru dan 27 hasil positif lama. Kemudian untuk total negatif berjumlah 152 sampel.

Sementara 12 Januari 2021 ada 91 sampel yang masuk dalam pemeriksaan. Dari sampel tersebut, 21 sampel dinyatakan positif. Rinciannya, 16 hasil positif baru dan 5 hasil positif lama. Kemudian untuk total negatif berjumlah 66 sampel.

Data 13 Januari 2021 ada 132 sampel yang masuk dalam pemeriksaan. Dari sampel tersebut, 42 sampel dinyatakan positif. Rinciannya, 32 hasil positif baru dan 10 hasil positif lama. Kemudian untuk total negatif berjumlah 90 sampel, serta sampel belum diproses 122

Data 14 Januari 2021 ada 244 sampel yang masuk dalam pemeriksaan. Dari sampel tersebut, 55 sampel dinyatakan positif. Rinciannya, 39 hasil positif baru dan 16 hasil positif lama. Kemudian untuk total negatif berjumlah 186 sampel.

3. Kualitas orang mengambil swab tentukan hasil dari swab PCR

Ilustrasi Tes Usap/PCR Test. IDN Times/Hana Adi Perdana

Kualitas orang yang mengambil swab juga beragam sehingga untuk menentukan hasil dari swab PCR tersebut bukanlah hal yang mudah.

“Setiap hari sebelum jam 10 pagi kita harus setor laporan kita, langsung ke satgas COVID-19. Misal swab tadi pagi, sore saya verivikasi udah oke gak ada masalah ya selesai. Jadi sekitar 5-6 jam hasilnya keluar kemudian proses pembuatan laporan harus pastiin nggak boleh salah nama dan segala macem makannya malem kita siapain paginya kita laporan,”papar dr Aditya.

Kendala lain saat melakukan pengecekan hasil swab PCR terkadang hasilnya tidak terbaca sehingga para tenaga medis harus membuat keputusan untuk mengecek dari awal atau melakukan tes swab ulang. Menurut dr Aditya, alat tes PCR merupakan mesin yang paling rumit di antara banyaknya alat yang ada di lab.

“Jadi misalnya periksa gula darah, kolesterol sih gampang tapi kalo PCR misal kita ngambil sampel swab itu harus diekstrasi, kita keluarkan gennya kemudian kita. Jadi tahapannya itu melelahkan. Kemudian tahap terakhir baru kaya yang lain-lain, baca di mesin,” ungkapnya.

4. Transportasi dari daerah yang jauh jadi kendala tentukan kualitas hasil swab

Lifewire

dr Aditya menerangkan, masalah transportasi dari daerah yang jauh juga bisa menentukan kualitas hasil swab sehingga terkadang harus di tes ulang agar hasilnya terbaca di mesin PCR.

“Cuma kan kadang kendalanya PCR itu begitu kita periksa gak keluar nilainya gak kebaca. Jadi kita ulang periksa besoknya dengan sampel yang sama. Kadang-kadang juga tetap gak keluar makannya ini kok aneh ya jadi swab ulang. Maka kalau masyarakat mikirnya kok sampe 2 sampai 3 hari ya itu masalahnya,” jelasnya.

dr Aditya menyatakan, sebelum dibaca mesin, masih ada beberapa tahap yang ada risikonya juga seperti risiko kontaminasi, atau sampel yang tumpah dan lain sebagainya. “Karena kadang-kadang dapet sampel begitu kita buka mungkin tumpah atau apa kita harus lapor lagi ke dinas kan kita dapetnya dari dinas nanti dinas lagi yang menghubungi tukang sampel,” papar Ketua IDI Bandar Lampung ini.

Baca Juga: Waspada! Enam Kabupaten/Kota Lampung Zona Merah COVID-19

Berita Terkini Lainnya