TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Warga Bandar Lampung Gemar Beri Makan Kera, Bisa Tertular Monkeypox?

Menular dari kontak fisik

Monyet di tepi Jalan Dinkes Provinsi Lampung. (IDN Times/Rohmah Mustaurida).

Bandar Lampung, IDN Times - Area di belakang kantor Dinas Kesehatan Provinsi Lampung Jalan Dokter Susilo, Bandar Lampung satu tempat favorit monyet liar untuk turun dan berkunjung ke pemukiman warga. Bahkan warga setempat sudah mafhum adanya para monyet di jalanan di pagar rumah, atau di atap rumah.

Pardi, warga setempat mengatakan, hal itu sudah menjadi keseharian para monyet untuk mencari makanan di pohon-pohon sekitar jalan dinkes provinsi. “Walau gak sering tapi ada aja orang yang datang untuk liat monyet atau ngasih makan monyet,” jelasnya. 

Namun dengan merebaknya kasus virus cacar monyet sempat booming di beberapa negara di Afrika dan Eropa, muncul kekhawatiran masyarakat karena virus ini diduga menular lewat kontak fisik. Lalu apakah memberi makan monyet bisa menularkan virus ini? Berikut penjelasannya.

Baca Juga: Pemkot Bandar Lampung Gagas Bangun GOR Mini di Way Halim

1. Penularan virus

WHO

Menanggapi hal ini, Wakil Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Provinsi Lampung, dr. Boy Zaghlul Zaini menyampaikan, memberi makan monyet atau kera itu boleh-boleh saja dan tidak ada masalah. Asal tidak melakukan kontak fisik secara langsung.

Hal itu dikarenakan kontak fisik dapat menjadi salah satu penyebab, dan kontak fisik itu terjadi antara orang sehat dengan monyet yang terinveksi virus. Jika monyet sehat tak masalah. 

“Dan menularnya itu jika terkena lesinya atau bintil-bintil dicacarnya itu. Kalau kena di orang lain bisa menular,” katanya.

2. Makan daging kera tidak diperbolehkan

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. (Google Maps/Dinkes Lampung)

dr. Boy mengatakan, alih-alih memberi makan, yang tidak diperbolehkan itu adalah mengonsumsi hewan-hewan liar salah satunya monyet. Hal itu dikarenakan penularan paling besar juga ada pada air liur, darah, dan daging hewan.

“Kena percikan ludah monyet terinveksi virus monkeypox itu juga bisa menular. Makanya memakan hewan liar termasuk monyet, tikus dan sebangsa itu dilarang,” imbuhnya.

Selain dengan monyet, sebaiknya juga tidak kontak fisik dengan pasien manusia yang terkena penyakit cacar monyet. Hal itu dikarenakan virus dapat menular lewat air liur manusia dan nesi cacar.

3. Kekhawatiran cacar monyet pasti ada

Sekumpulan monyet di atas rumah warga belakang Dinkes Provinsi Lampung. (IDN Times/Rohmah Mustaurida).

dr. Boy menyatakan, meski di Indonesia belum ada kasus cacar monyet. Namun kekhawatiran itu pasti ada. Pasalnya saat ini mobilitas manusia sangat mudah.

”Cacar monyet itu pertama kali di Afrika Tengah. Dari golongan virus bernama monkeypox. Setelah ada di Afrika, mungkin dengan adanya lalu lintas orang yang lebih mudah sekarang kasus cacar monyet merambah ke Eropa dan Amerika,” katanya.

Sehingga negara-negara dengan kasus cacar monyet ini hanya ada di beberapa negara Eropa seperti Inggris, Spanyol, Italia, dan Amerika Serikat.

Baca Juga: Standar Garis Kemiskinan Lampung Maret 2022 Naik Rp514.039

Berita Terkini Lainnya