TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Teluk Betung Selatan, Potensi Wisata Kota Tua Butuh Revitalisasi

Pemda perlu gandeng BUMN dan swasta agar seperti M Block

Kota Tua di Teluk Betung Selatan. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Bandar Lampung, IDN Times - Setiap daerah pasti memiliki kota tua atau bangunan lama dengan cerita sejarah atau budayanya masing-masing. Tak terkecuali di Lampung. Salah satu Kota Tua di Lampung berada di Kota Bandar Lampung tepatnya di Kecamatan Teluk Betung Selatan. 

Menurut Jurnal Ilmiah Arsitektur, Kota dan Permukiman Losari, Wilayah Teluk Betung Selatan ini telah ada sejak 1838, sebelum Kota Bandar Lampung lahir. Banyak bangunan-bangunan tua hingga kini masih berdiri hingga sekarang. Termasuk vihara tua Thay Hin Bio dan masjid tertua di Lampung yakni Masjid Jami’ Al Anwar.

Maski dipenuhi bangunan tua, nyatanya daerah ini masih aktif menjadi pusat perdagangan warga setempat. Seperti pasar tradisional Gudang Lelang, pusat oleh-oleh terkenal Lampung Aneka Sari Rasa, ruko-ruko, dan kafe.

Lana (20), seorang mahasiswa di salah satu universitas di Lampung mengatakan dirinya beberapa kali datang ke wilayah kota tua di Teluk Betung Selatan tersebut. Biasanya ia berbelanja di pasar ikan, atau mampir di kafe setempat.

“Gak sering sih. Tapi beberapa kali ke situ. Memang aku perhatiin agak beda dengan wilayah Bandar Lampung lain. Bangunannya tua dan agak kotor menurutku. Sebenarnya kalau bangunan tua tapi dipoles kan bisa bagus ya, maksudnya kayak dibersihin atau cat ulang gitu,” katanya, Jumat (17/2/2023).

1. Teluk Betung Selatan berpotensi sebagai tempat wisata kota tua

Salah satu kafe di wilayah kota tua Teluk Betung Selatan. (Instagram/kopituneup)

Lana juga mengatakan, sejatinya Teluk Betung Selatan juga memiliki potensi sebagai tempat wisata kota tua. Ia menjelaskan daerah tersebut cukup ramai apalagi destinasi ditawarkan cukup lengkap mulai dari wisata rohani yakni masjid dan vihara, pasar, supermarket, sampai pusat oleh-oleh.

“Menurut aku sih bisa banget ya (jadi wisata). Tapi ya itu perlu dibagusin lagi aja kayak bangunannya biarin aja (seperti itu). Tapi dibersihin, dirapihin, yang udah parah diganti gitu. Trotoarnya juga. Pasti cakep sih. Aku pernah ke Bogor dan ada daerah yang mirip kayak gini trotoarnya dibagusin gitu, itu ramai sih, banyak kafenya sekarang,” ujarnya.

Ia juga menambahkan kafe-kafe juga merupakan salah satu daya tarik wisata khususnya milenial dan gen z. Ia berharap, nantinya Bandar Lampung juga bisa memiliki wisata kota tua seperti halnya di Jakarta, Semarang, dan Bogor.

Baca Juga: Mikroplastik di Sungai Lampung, Budaya Masyarakat Vs Pengolahan Sampah

2. Sekarang bukan zamannya semua diurus pemerintah

Vihara Thay Hin Bio di Teluk Betung Selatan. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Sependapat dengan Lana, Tim Ahli Cagar Budaya Lampung, Oki Hajiansyah mengatakan, Teluk Betung Selatan merupakan salah satu kota tua di Lampung dengan potensi wisata besar di dalamnya. Namun sayangnya, kota-kota tua di Lampung ini belum mendapat sentuhan revitalisasi.

“Kalau di Bandar Lampung kan ada di Teluk Betung ya, Tulang Bawang ada Menggala, dan Lampung Timur di Sukadana, itu yang saya tahu. Jadi memang kota-kota tua di Lampung itu belum direvitalisasi. Belum seperti di Semarang atau Jakarta di mana mereka memanfaatkan bangunan tua untuk industri kreatif seperti fashion dan kuliner dengan konsep kekinian,” katanya.

Oki juga mengatakan hal seperti ini sebenarnya perlu didorong lebih. Itu karena saat ini sudah tidak zamannya lagi sesuatu hanya diurus pemerintah seorang. Ia menjelaskan di daerah dengan wisata kota tuanya sudah memiliki kolaborasi antara pemerintah, BUMN, hingga swasta untuk menciptakan pariwisata lokal dan menarik tersebut.

“Nah yang kurang di Lampung ini kemampuan kerja samanya antar stakeholder dalam mendorong wisata kota tua. Makanya kota-kota di Jawa itu sudah menggandeng BUMN dan swasta untuk terlibat bersama-sama membuat ruang kreatif tadi,” imbuhnya.

3. Pelestarian kota tua sebagai penyambung antar generasi

Pusat oleh-oleh terkenal di Lampung ada di Teluk Betung Selatan. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Oki menyampaikan, kota tua juga bisa menjadi cagar budaya karena cagar budaya tidak hanya terbatas pada domain kebudayaan saja. Tapi sudah ada pemangku kepentingan baik vertikal dan horizontal.

“Ada satu lagi di Jakarta itu M Block namanya, itu pernah didiskusikan dalam seminar nasional sebagai percontohan cagar budaya yang menjadi ruang publik inklusif. Di sana ada ruang kreatif, galeri museum mini, sampai pertunjukan musik,” katanya.

Pemeliharaan dan revitalisasi cagar budaya seperti ini memang sebenarnya menjadi wilayah pemerintah daerah, sayangnya banyak terbengkalai karena tertunda oleh pembangunan kota atau terdegradasi dalam kawasan kumuh. Hal ini menggambarkan cagar budaya belum menjadi prioritas utama.

“Saya kira pelestarian kota tua itu penting ya artinya jejak peradaban ada di sana. Dengan itu juga generasi mendatang bisa memahami budaya dan sejarahnya sendiri. Jadi dengan pelestarian bangunan bersejarah seperti kota tua harapannya peradaban antar generasi itu bisa tersambung,” ujarnya.

4. Kota tua Bandar Lampung termasuk masjid tertua di Lampung belum menjadi Cagar budaya

Masjid tertua di Lampung, Masjid Jami’ Al Anwar. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Berdasarkan data dari Kemendikbud, Provinsi Lampung memiliki 7 cagar budaya resmi. Di antaranya, Situs Pugung Raharjo Kecamatan Sekampung Udik Lampung Timur, Situs Megalitik Batu Bedil Kecamatan Pulau Panggung Tanggamus, Situs Megalitik Baru Berak Kecamatan Sumber Jaya Lampung Barat, Situs Megalitik Batu Gajah Uli Belu Tanggamus, Prasasti Palas Pasemah Kecamatan Palas Lampung Selatan dan Situs Megalitik Batu Jagur Kecamatan Sumber Jaya Lampung Barat.

Sub Koordinator Perencanaan Sekretariat Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung, Heri Budi Santoso mengatakan Masjid Jami Al Anwar sebagai masjid tertua di Lampung ternyata telah didaftarkan sebagai cagar budaya oleh Pemerintah Provinsi Lampung.

“Jadi ada 23 bangunan milik kota (Bandar Lampung) yang sudah didaftarkan untuk menjadi cagar budaya, salah satunya rumah di komplek Masjid Jami’ Al Anwar. Itu pendaftaran dari 11 Agustus 2016 tapi sayangnya sampai sekarang belum ditetapkan sebagai cagar budaya,” katanya.

Sehingga baru 7 bangunan atau situs saja yang terdaftar sebagai cagar budaya Lampung. Ia menjelaskan, mendaftarkan bangunan atau tempat bersejarah sebagai cagar budaya memang tidak semudah itu.

“Karena ditetapkannya oleh pusat. Jadi pertama kabupaten/kota mengusulkan bangunan cagar budayanya pada pemprov. Nanti oleh pemprov melalui tim ahli cagar budaya akan dinilai atau dikurasi barulah disampaikan ke pusat,” paparnya.

5. Komitmen kepala daerah diperlukan dalam membangun wisata kota tua

Kopi Tune Up, Teluk Betung Selatan. (Instagram/kopituneup)

Berbicara soal kota tua di Teluk Betung Selatan, Heri mengatakan kawasan tersebut memang perlu dikemas sedemikian rupa dan ditata agar memiliki daya tarik lebih untuk dikunjungi wisatawan. Namun ia mengaku pemerintah provinsi tidak bisa bergerak karena wilayah tersebut milik Pemerintah Kota Bandar Lampung.

“Meski begitu kami selalu koordinasi. Kita selalu adakan rapat triwulanan yang sifatnya pembinaan artinya diimbau sama-sama membangun pariwisata daerahnya masing-masing. Punya potensi seperti apa nih bisa diranah pembuatan master plan, perencanaan dan lainnya,” paparnya.

Ia juga menjelaskan untuk mengajukan suatu potensi wisata, pemda juga harus riset terlebih dahulu bagaimana kunjungan wisatanya, potensinya, sehingga dapat dinilai layak jual atau tidak.

“Kita juga bicara soal komitmen CEO di sini artinya kepala daerahnya. Di mana kepala daerah punya power untuk menggerakan. Pariwisata itu tidak bisa berdiri sendiri lho, harus ada ikut campur sektor lain seperti jalan menuju lokasi punya PU, transportasinya bisa jadi dishub, UMKM bisa dinas koperasi dan UMKM atau perdagangan. Artinya kalau kepala daerah punya consern ke pariwisata, pilih mana yang mau digerakan karena dia punya kuasa bahkan di anggaran,” jelasnya.

Sedangkan pemerintah provinsi baru bisa membantu penataan destinasi ke bagian pokdarwis. Di mana agar wisata tersebut juga dapat menyejahterakan masyarakat.

Baca Juga: Marak Isu Penculikan, Ayah di Lampung Bawa Kabur dan Cabuli Anak Tiri

Berita Terkini Lainnya