Mitos dan Fakta Pacaran Sering Dialami Remaja

Peran orang tua dan guru saat mengetahui anaknya punya pacar

Bandar Lampung, IDN Times - Jatuh cinta jadi perasaan normal dirasakan setiap manusia. Tak terkecuali para remaja puber baru menginjak usia belasan tahun.

Salah satu strategi dapat dilakukan orang tua dan guru ketika mengetahui anak jatuh cinta dan memiliki pacar adalah membantu anak untuk mengidentifikasi mana merupakan mitos dan fakta pacaran.

Kali ini IDN Times rangkum berbagai mitos dan fakta mengenai pacaran sering diyakini oleh remaja berdasarkan penjelasan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Lampung.

1. Kebahagiaan tidak ditentukan dengan pacaran

Mitos dan Fakta Pacaran Sering Dialami Remajailustrasi kebahagiaan bersama (pexels.com/Jill Wellington)

Meskipun jatuh cinta merupakan fase penting dan tidak terelakkan dalam kehidupan remaja, namun kebahagiaan mereka tidaklah ditentukan oleh pacaran.

Pacaran tidak akan membuat remaja menjadi lebih bahagia, karena rasa bahagia justru berawal dari kemampuan menerima dan mencintai diri sendiri apa adanya. Sehingga remaja tidak perlu merasa berkecil hati seandainya mereka tidak memiliki pacar.

Remaja seringkali mencampuradukkan antara rasa kagum dengan rasa cinta. Penting untuk disadari oleh remaja bahwa tidak setiap rasa kagum akan berakhir dengan cinta. Remaja bisa mengagumi seseorang tanpa harus mencintai orang tersebut.

Baca Juga: 5 Risiko Mencari Pasangan di Situs Kencan Online, Ada Bahaya Mengintai

2. Aktivitas seksual dalam pacaran bukan bukti cinta

Mitos dan Fakta Pacaran Sering Dialami Remajailustrasi orang tua edukasi seks ke anak (pexels.com/cottonbro)

Dalam sebuah hubungan pacaran, seringkali remaja putri dipaksa oleh pacarnya untuk melakukan aktivitas fisik seperti hubungan seksual sebagai bukti cinta. Remaja putri perlu menyadari cinta berbeda dengan hubungan seksual.

Remaja bisa mengekspresikan cinta dengan cara lain seperti saling mendukung satu sama lain. Remaja perlu menyadari untuk membuat sebuah hubungan bertahan lama diperlukan sebuah komitmen, rasa percaya, dan tanggung jawab bukan aktivitas fisik (seksual).

Beberapa hubungan di masa remaja memang ada yang berlanjut sampai jenjang lebih serius seperti pernikahan. Tetapi secara umum, pacaran pada masa remaja cenderung tidak bertahan lama. Sehingga ketika sebuah hubungan tidak bertahan lama, remaja tidak perlu menjadi depresi dan putus asa.

3. Pacaran tidak selalu berdampak negatif

Mitos dan Fakta Pacaran Sering Dialami RemajaIlustrasi pacaran (Pexels.com/Olya Kobruseva)

Kendati demikian, orang tua dan guru tidak perlu panik apabila remaja memiliki pacar. Sebab jatuh cinta merupakan kombinasi antara aktivitas fisiologis (perubahan hormon dan fungsi otak) sekaligus aktivitas emosional.

Pacaran tidak selalu memiliki dampak negatif. Bahkan pacaran juga memiliki dampak positif bagi remaja lho. Melalui pacaran, remaja akan belajar bagaimana berinteraksi dengan lawan jenis. Pacaran sehat pun dapat membantu meningkatkan motivasi remaja karena ada keinginan untuk selalu tampil lebih baik di depan pacarnya.

4. Kenali diri sendiri baru mencintai orang lain

Mitos dan Fakta Pacaran Sering Dialami Remajaunleashpossibilities.com

Tapi remaja juga perlu memahami konsep penerimaan diri sendiri. Karena segala latar belakang dan kompleksitasnya merupakan bekal untuk bisa mencintai orang lain. Mereka yang bisa mencintai diri sendiri apa adanya cenderung bisa lebih mudah mencintai orang lain.

Rasa cinta terhadap diri sendiri itu bisa ditunjukkan melalui kemampuan untuk peduli dengan diri sendiri. Kemudian kemampuan mengambil tanggung jawab sendiri, menghargai diri sendiri, mengenali diri sendiri dengan segala kelebihan dan kelemahannya.

Setelah membaca artikel di atas, bagaimana pendapat  terkait mitos dan fakta pacaran sering dialami remaja. 

Baca Juga: Hati-hati! 5 Ciri-ciri Cowok Mencintai karena Nafsu!

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya