Cerita Yahia Taha, Mahasiswa Unila Asal Palestina Sedih Tragedi Gaza

Koneksi internet di Gaza diputus, sulit hubungi keluarga

Bandar Lampung, IDN Times - Konflik panjang antara Palestina dan Israel kembali mendapat perhatian publik. Akibat serangan tersebut, banyak warga sipil seperti anak-anak, perempuan, pasien, bahkan kelompok netral seperti tenaga kesehatan dan jurnalis ikut menjadi korban.

Tak hanya itu, Israel juga menyerang rumah warga, rumah sakit, sekolah, dan tempat ibadah sehingga banyak sekali bangunan hancur di sana. Kenyataan itu membuat masyarakat Palestina berduka luar biasa. Seperti Yahia Taha misalnya, mahasiswa di Indonesia.

Yahia, sapaan akrabnya saat ini sedang menempuh studi magister di Program Studi Teknik Mesin Universitas Lampung. Sudah lima tahun Yahia belajar dan menjadi mahasiswa di Lampung.

1. Indahnya Kota Gaza diluluh lantakkan Israel

Cerita Yahia Taha, Mahasiswa Unila Asal Palestina Sedih Tragedi GazaGaza Palestina. (Instagram/yahia_taha)

Ditemui IDN Times, Kamis (16/11/2023) pria kelahiran Gaza tahun 1999 ini bercerita terakhir kali mengunjungi keluarga dan kampung halamannya 7 Agustus 2023. Saat itu sangat senang bertemu dengan keluarga dan teman-temannya.

“Selama satu bulan saya di sana alhamdulillah saya senang sekali bertemu dengan keluarga dan teman-teman. Saya juga melihat Gaza itu sudah berubah dan lebih bagus dari pada sebelumnya,” katanya.

Yahia juga menceritakan perkembangan Kota Gaza itu berjalan begitu cepat. Sehingga ia sangat sedih kini kota kelahirannya harus hancur dan banyak bangunan rata dengan tanah.

Itu karena tentara Israel bukan hanya berperang dengan militer Palestina tapi juga menyerang penduduk sipil dan menghancurkan fasilitas publik. “Jadi saya melihat kondisi Gaza sekarang sangat sedih karena banyak orang (meninggal) syahid, banyak korban terluka, bahkan ada yang di bawah runtuhan gedung dan sampai sekarang belum ditemukan,” ujarnya. 

Baca Juga: Dua Mahasiswa Unila Asal Palestina Tertunda Kedatangan karena Perang

2. Sinyal internet di Gaza terputus membuat Yahia sulit berkomunikasi dengan keluarganya

Cerita Yahia Taha, Mahasiswa Unila Asal Palestina Sedih Tragedi GazaAnak Palestina menarik gerobak yang ditumpangi saudaranya saat mengungsi dari konflik bersenjata Israel dan milisi Palestina di Jalur Gaza, Palestina, Jumat (14/5/2021). (ANTARA FOTO/REUTERS/Mohammed Salem/foc.)

Yahia menambahkan, kesulitan itu diperburuk dengan krisis makanan, air, listrik, sinyal dan jaringan internet. Sehingga Yahia sulit menghubungi keluarganya di Gaza Palestina. 

“Kemarin satu minggu tidak bisa berkomunikasi sama sekali dengan keluarga. Sudah saya isi pulsa, terus menerus saya telepon tapi tidak bisa. Tapi alhamdulillah dua hari yang lalu saya coba telefon lagi ibu saya yang angkat,” tuturnya.

Ia mengaku sangat senang dan terharu karena pada akhirnya ia bisa mendengar sang ibunda. Keduanya pun langsung bertukar kabar terkini karena saat ini pun Yahia sulit untuk mengunjungi keluarganya.

“Alhamdulillah keluarga baik-baik saja. Tapi situasinya masih tidak aman. Jadi waktu itu mereka mengungsi di Rumah Sakit Al Quds karena keluarga saya tinggal di sekitar masjid tersebut,” imbuhnya.

Namun begitu tentara Israel masuk Rumah Sakit Al Quds, mereka menyuruh semua orang di rumah sakit tersebut untuk berpindah ke Gaza bagian Selatan. Semua orang di Palestina termasuk keluarga Yahia mengungsi di Khan Younis.

3. Kekuatan dan keteguhan hati orang-orang Palestina

Cerita Yahia Taha, Mahasiswa Unila Asal Palestina Sedih Tragedi GazaMahasiswa Unila asal Palestina, Yahia Taha. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Hingga saat ini Yahia mengaku masih tidak menyangka atas kondisi Gaza saat ini. Apalagi saat ia mendengar teman ia temui beberapa bulan lalu ternyata meninggal syahid di Gaza. Hal tersebut begitu melukai hatinya karena banyak orang baik ia kenal di Gaza. 

"Saya harap Palestina bisa merdeka. Karena penjajahan Israel ini adalah penjajahan terburuk sepanjang sejarah. Penjajah Israel tak hanya berusaha mencuri wilayah saja tapi juga ingin membinasakan warga Palestina," ujarnya.

“Gaza saat ini melawan banyak negara. Yang terlihat kami memang sedang melawan Israel tapi sebenarnya kami melawan banyak negara yang berada di belakang Israel seperti Amerika, Prancis, Jerman, dan Kanada,” katanya.

“Mungkin kalian berpikir kami terlihat kuat, tapi percayalah kami sama seperti kalian. Kami juga memiliki perasaan manusiawi. Kami juga merasakan kesedihan mendalam ketika teman dan saudara kita meninggal,” tambahnya.

Diketahui saat ini ada 59 mahasiswa asal Palestina berkuliah di Indonesia. 7 orang di antaranya menempuh studi di Lampung, 5 mahasiswa UIN Raden Intan Lampung dan 2 mahasiswa Universitas Lampung.

Baca Juga: PT Rekso Nasional Food Donasi Rp1,5 Miliar ke Palestina Melalui Baznas

Topik:

  • Rohmah Mustaurida
  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya