Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

UIN Raden Intan Lampung dan Ditjen Pendis Sosialisasi Kurikulum Cinta

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Raden Intan Lampung Bekerja Sama dengan Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama RI Gelar Sosialisasi Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) (Dok.UIN Raden Intan)
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Raden Intan Lampung Bekerja Sama dengan Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama RI Gelar Sosialisasi Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) (Dok.UIN Raden Intan)
Intinya sih...
  • Krisis kemanusiaan jadi perhatian seriusNyayu Khodijah menegaskan pentingnya KBC dalam mengatasi krisis kemanusiaan, seperti konflik, diskriminasi, dan kekerasan di lingkungan madrasah.
  • Kerusakan lingkungan juga jadi latar belakang KBCKBC lahir dari kekhawatiran akan kerusakan lingkungan akibat kehilangan rasa cinta dan empati manusia terhadap alam.
  • UIN RIL siap dukung penerapan KBCWakil Rektor III UIN Raden Intan Lampung mendukung KBC sebagai upaya menyiapkan pemimpin masa depan yang cerdas dan memiliki empati.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bandar Lampung, IDN Times - Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung (RIL) melalui Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) bekerja sama dengan Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama RI menggelar sosialisasi Kurikulum Berbasis Cinta (KBC). Kegiatan ini berlangsung di Gedung Pusiban, Kotabumi Selatan, Lampung Utara.

Sebagai salah satu langkah awal penerapan KBC di lingkungan pendidikan. Direktur KSKK Madrasah Ditjen Pendis, Prof. Nyayu Khodijah, hadir langsung untuk memaparkan pentingnya penerapan KBC sebagai upaya membentuk karakter generasi masa depan.

Menurutnya, KBC lahir dari gagasan Menteri Agama yang berangkat dari kegelisahan atas dua persoalan besar bangsa saat ini, yakni krisis kemanusiaan dan kerusakan lingkungan.

1. Krisis kemanusiaan jadi perhatian serius

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Raden Intan Lampung Bekerja Sama dengan Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama RI Gelar Sosialisasi Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) (Dok.UIN Raden Intan)
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Raden Intan Lampung Bekerja Sama dengan Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama RI Gelar Sosialisasi Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) (Dok.UIN Raden Intan)

Nyayu menegaskan, krisis kemanusiaan kini semakin nyata, di mana nilai-nilai kemanusiaan mulai terkikis. Ia mencontohkan maraknya konflik, diskriminasi, kasus kekerasan, hingga perundungan yang bahkan terjadi di lingkungan madrasah.

Kondisi ini, kata dia, membuat Menteri Agama merasa perlu menghadirkan konsep pendidikan berbasis cinta.

“KBC ini genuine dari Menag sebagai harapan bagi generasi muda, khususnya siswa madrasah. Harapannya, pada 2045 mereka bisa menjadi pemimpin masa depan yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga cerdas sosial dan emosional,” kata Nyayu.

2. Kerusakan lingkungan juga jadi latar belakang KBC

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Raden Intan Lampung Bekerja Sama dengan Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama RI Gelar Sosialisasi Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) (Dok.UIN Raden Intan)
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Raden Intan Lampung Bekerja Sama dengan Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama RI Gelar Sosialisasi Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) (Dok.UIN Raden Intan)

Selain krisis kemanusiaan, kerusakan lingkungan yang semakin parah juga menjadi latar lahirnya KBC. Menurutnya, banyak bencana alam yang terjadi akibat ulah manusia yang kehilangan rasa cinta dan empati terhadap alam.

“Karena tidak ada nilai cinta di dalam hati, manusia tak lagi memandang alam dan sesama makhluk hidup dengan kasih sayang,” jelasnya.

Nyayu menambahkan, guru agama memiliki peran strategis dalam menanamkan nilai cinta agar pembelajaran tidak hanya sekadar indoktrinasi, tetapi juga membentuk karakter religius. Namun, keberhasilan KBC tidak hanya ditentukan oleh guru agama saja. Kepala sekolah, guru mata pelajaran lain, bahkan tenaga kependidikan seperti penjaga sekolah dan petugas kebersihan juga punya peran penting.

“KBC tidak dimaksudkan mengganti kurikulum nasional, melainkan mengisi ruang kosong dalam aspek emosional. Guru yang baik adalah yang memperlakukan peserta didik layaknya anaknya sendiri, penuh empati, toleran, inklusif, dan penuh kasih sayang,” tegasnya.

3. UIN RIL siap dukung penerapan KBC

Ilustrasi Penelitian (Pexel/Canva Studio)
Ilustrasi Penelitian (Pexel/Canva Studio)

Wakil Rektor III UIN Raden Intan Lampung, Idrus Ruslan menyambut baik hadirnya KBC sebagai bagian dari ikhtiar menyiapkan pemimpin masa depan. Ia menekankan, keberagaman etnis, budaya, dan agama harus dihargai sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.

“Melalui KBC, kita berharap lahir generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki empati dan kepedulian terhadap sesama, sekalipun berbeda latar belakang,” jelasnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Martin Tobing
EditorMartin Tobing
Follow Us

Latest Life Lampung

See More

UIN Raden Intan Lampung dan Ditjen Pendis Sosialisasi Kurikulum Cinta

12 Sep 2025, 08:03 WIBLife