Mahasiswa ITERA Ciptakan Alat Deteksi Skoliosis, Mudahkan Tenaga Medis

- Tim mahasiswa ITERA mengembangkan Spine Assessment, alat pendeteksi kelainan tulang belakang secara otomatis dengan teknologi sensor dan machine learning.
- Spine Assessment berfungsi sebagai alat monitoring yang memudahkan tenaga medis memantau kondisi tulang belakang pasien serta menyusun rencana perawatan.
- Alat ini mampu memberikan hasil yang cepat dan akurat tanpa invasif dan biaya tinggi, serta mudah digunakan dan dapat disesuaikan dengan bentuk tubuh pasien.
Lampung Selatan, IDN Times - Tim mahasiswa Institut Teknologi Sumatera (ITERA) yang memperoleh pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa 2024 Kategori Karsa Cipta (PKM-KC) berhasil mengembangkan inovasi alat pendeteksi kelainan pada tulang belakang dinamakan Spine Assessment.
Spine Assessment mampu mengidentifikasi kelainan tulang belakang seperti skoliosis, lordosis dan kifosis secara otomatis. Berbeda dengan alat konvensional, alat ini menggunakan teknologi sensor dan pemrograman berbasis machine learning, sehingga dapat mengukur kemiringan tulang belakang dengan akurat serta memberikan output berupa diagnosis kelainan tulang belakang dialami pasien.
1. Tak hanya deteksi tapi monitoring mudahkan tenaga medis

Spine Assessment dikembangkan oleh mahasiswa ITERA yang sebagian besar berasal dari Program Studi Teknik Biomedis diketuai oleh Anisa Prasetya Putri Kartini, dengan anggota Mundy Malvina, Adelia Nuraini, Nadiyah, dan Putri Utami dari Prodi Matematika. Tim mahasiswa ini dibimbing oleh dosen Prodi Teknik Biomedis ITERA, Rudi Setiawan.
Ketua tim, Anisa Prasetya Putri Kartini menjelaskan, Spine Assessment tidak hanya berfungsi untuk mendeteksi, tetapi juga sebagai alat monitoring yang dapat mempermudah tenaga medis memantau kondisi tulang belakang pasien serta menyusun rencana perawatan yang lebih terarah.
"Kami berharap inovasi ini dapat memberikan dampak positif bagi dunia kesehatan, terutama dalam mempercepat proses deteksi dan monitoring pasien dengan kelainan tulang belakang," ujar Anisa, Rabu (23/7/2024).
2. Kasus kelainan tulang belakang terus meningkat

Menurut Anisa, latar belakang pengembangan alat ini berawal dari kebutuhan mendesak akan alat yang mampu mendeteksi kelainan tulang belakang secara cepat dan akurat. Menurut data Kementerian Kesehatan, kasus skoliosis, lordosis, dan kifosis di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.
"Deteksi dini sangat penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut yang bisa mempengaruhi kualitas hidup pasien. Namun, alat deteksi yang ada di pasaran sering kali mahal dan kurang efisien dalam memberikan diagnosis yang cepat," ujarnya.
Anisa mengatakan, dalam rangka mengatasi masalah tersebut, tim PKM-KC Itera berinisiatif mengembangkan alat asesmen kelainan tulang belakang menggunakan sensor posisi dan machine learning. Spine Assessment mampu memberikan hasil yang cepat dan akurat tanpa invasif dan biaya tinggi. Alat ini juga mudah digunakan serta memiliki bentuk yang ringkas dan dapat disesuaikan dengan bentuk tubuh pasien.
3. Berharap jadi inspirasi bagi mahasiswa lain

Anisa berharap, inovasi Spine Assessment dapat memberikan kontribusi nyata dalam bidang kesehatan dan menjadi inspirasi bagi mahasiswa lainnya untuk terus berinovasi serta mengembangkan kreativitas di berbagai bidang.
Ia menambahkan, Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) adalah program yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia dengan tujuan untuk mendorong mahasiswa mengembangkan kreativitas, inovasi, dan keahlian mereka melalui berbagai proyek penelitian, teknologi, kewirausahaan, dan kegiatan sosial.
PKM-KC bertujuan untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi mahasiswa dalam menciptakan suatu karya yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Kategori ini mengedepankan ide-ide kreatif yang dituangkan dalam bentuk produk atau prototipe yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah nyata di masyarakat.