4 Tokoh Jepang Mendukung Kemerdekaan Indonesia

- Pendudukan Jepang di Indonesia dimulai dari Tarakan pada 11 Januari 1942, merambah ke Kalimantan, Sumatera, dan Jawa.
- Kuniaki Koiso berjanji memberikan kemerdekaan bagi Indonesia pada 7 September 1944, disusul dengan upaya bantuan dari tokoh-tokoh Jepang lainnya.
- Laksamana Maeda dan Ichiki Tatsuo adalah dua tokoh militer Jepang yang sangat berjasa dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Awal pendudukan Jepang di Indonesia (namanya masih Hindia Belanda) adalah pertama kali mendarat ke Tarakan pada 11 Januari 1942. Setelah berhasil menaklukan Tarakan, Jepang mulai merambah wilayah Kalimantan lainnya.
Pada Februari 1942, Jepang berhasil menjajah Sumatra. Pada Maret 1942, Jepang berhasil menduduki Jawa seperti Jawa Barat, Jawa Tengah hingga ibu kota Hindia Belanda, Batavia (Jakarta).
Jepang mengambil alih Indonesia secara menyeluruh setelah Jepang memaksa Belanda untuk berunding dalam perjanjian Kalijati isinya diputuskan Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang pada 8 Maret 1942. Hal ini berlanjut hingga Indonesia berhasil memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.
Walaupun hanya minoritas, Indonesia pun mendapat dukungan kemerdekaan dari segelintir orang-orang Jepang sendiri pada akhirnya dianggap sebagai pengkhianat negara tersebut. Siapa saja kah tokoh-tokoh tersebut?. Ada satu nama yang terkenal banget, lho.
1.Kuniaki Koiso

Kuniaki Koiso adalah Perdana Menteri Jepang yang berani menyatakan akan memberikan kemerdekaan bagi Indonesia pada 7 September 1944. Melihat Jepang saat itu berada dalam bayang-bayang kekalahan dari pasukan sekutu.
Jelasnya pada Juli 1944, Jepang sedang terpuruk dalam perang. Kepulauan Saipan jatuh ke tangan sekutu, begitupun dengan Kepulauan Salomon dan Marshall. Ternyata tak hanya Hindia Belanda, Koiso juga menjanjikan kemerdekaan kepada Burma dan Filipina.
Menurut penelusuran Voi.id, Sukarno yang mendengar kabar itu, sontak menangis dalam kegembiraan bersama kawan-kawan Jepangnya. Dalam koran Djawa Baroe, memperlihatkan foto Soekarno memimpin pawai massa untuk menyambut deklarasi Koiso tersebut.
2. Tomegoro Yoshizumi

Yoshizumi lahir 1911, sudah dikirim ke Hindia Belanda sebagai spion Jepang. Yoshizumi menyamar sebagai pekerja di toko dan membangun relasi dengan orang Nusantara di Jawa maupun Sulawesi, terang Historia.id.
Dalam perkembangannya, Yoshizumi dideportasi oleh pemerintah Hindia Belanda pada 1941 karena pekerjaan jurnalisnya sebagai redaktur Tohindo Nippo. Di tahun yang sama, setelah Jepang menyerbu Pearl Harbor, Yoshizumi ditangkap pemerintah Hindia Belanda dan masuk ke penjara di Australia.
Di dalam penjara, Yoshizumi mengalami perubahan ideologi politik dari sayap kanan menjadi sayap kiri membuatnya bersimpati terhadap gerakan kemerdekaan Indonesia. Sinyal besar Yoshizumi akan membantu mewujudkan kemerdekaan Indonesia tahun 1945 maupun melawan agresi militer Belanda.
Setelah mendengar pernyataan Kuniaki Koiso akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia pada 1944, Laksamana Maeda berkunjung ke mess perwira Kaigun Bakanfu di Kebon Sirih 80 Jakarta.
Bersama dengan Yoshizumi, Maeda dan beberapa orang Jepang berunding untuk mendirikan sekolah bagi kaum muda pribumi yang akan mengisi kemerdekaan. Nama sekolah itu adalah Asrama Indonesia Merdeka. Sukarno mengajar gerakan nasionalis, Hatta mengajar gerakan koperasi dan sebagainya.
Tomegoro Yoshizumi dan Tan Malaka bersama-sama berjuang dalam melawan tentara sekutu NICA dan Belanda yang ingin kembali menduduki Indonesia. Mereka merancang aksi militer terutama di Banten, Bogor dan Jakarta
Di Surabaya, Yoshizumi membantu Affandi, pemimpin serikat buruh PAL memberi masukan soal pendirian pabrik senjata di Mojopanggung, Blitar dan Kediri untuk menunjang perlawanan terhadap pasukan Belanda.
3.Tadashi Maeda

Tadashi Maeda adalah tokoh militer Jepang paling berjasa bagi lahirnya Indonesia. Lahir di Provinsi Kagoshima pada 1898. Selama pendudukan Jepang di Indonesia, Maeda menjabat sebagai Kepala Penghubung Angkatan Laut dan Darat Jepang.
Benih-benih pro Indonesia sudah ada sejak ia membangun Asrama Indonesia Merdeka. Laksamana Maeda rela meminjamkan rumah dinasnya sebagai tempat persiapan kemerdekaan yang dilakukan oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) tanpa sepengetahuan Jepang.
Mengutip Nationalgeographic, Laksamana Maeda benar-benar tulus untuk Indonesia. Ia rela mengorbankan dirinya demi tercapainya cita-cita luhur rakyat Indonesia yakni kemerdekaan. Bahkan Maeda memohon terang-terangan sebanyak dua kali kepada Jepang agar memberikan kemerdekaan Indonesia.
Akibatnya Laksamana Maeda pernah dipenjara oleh pihak sekutu karena turut membantu memerdekakan Indonesia hingga 1947. Lantas bagaimana nasibnya di Jepang? Maeda menghadapi pengadilan militer dan syukurnya ia dinyatakan tak bersalah. Akhirnya ia mundur dari jabatan militernya dan menjadi warga biasa.
4. Ichiko Tatsuo

Ichiki Tatsuo lahir di kota Taraki, provinsi Kumamoto pada 1906 dari keturunan penguasa feodal abad pertengahan di Jepang. Tatsuo memilih mengadu nasib di Hindia Belanda karena keluarganya miskin.
Kesempatan itu datang saat teman sekampungnya mengundang Tatsuo untuk bekerja di sebuah studio foto di Palembang. Profesi berikutnya menjadi kondektur bus. Sejak saat itu, Tatsuo mulai merasa menjadi orang Nusantara.
Kemudian, Tatsuo memperdalam kemampuan bahasa Melayunya. Ini ia gunakan untuk menerjemahkan koran-koran Jepang ke dalam bahasa Melayu dan menjualnya kepada kalangan pribumi.
Dalam perkembangannya, Tatsuo pernah menjadi editor majalah Heiho, Pradjoerit dan menjadi pemimpin redaksi Asia Raya. Semua ia dedikasikan untuk memberikan informasi kepada masyarakat Nusantara.
Tatsuo sepenuhnya menjadi Indonesia ditandai dengan mempunyai nama lokal yakni Abdul Rachman diberikan oleh H. Agus Salim ketika ia menjadi Penasihat Divisi Pendidikan PETA sebagai bentuk penghargaan karena memihak Indonesia.
Tatsuo pernah memimpin pasukan gerilya istimewa di Semeru, Jawa Timur melawan agresi militer Belanda. Pasukan ini dibentuk pada 1948 berisi 28 orang Jepang yang bersimpati pada perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Dapat kita tarik kesimpulan alasan orang-orang Jepang ini mendukung kemerdekaan Indonesia berdasarkan keinginan yang tulus, ikhlas dan penuh dedikasi tinggi. Bahkan Ichiki Tatsuo dan Tomegoro Yoshizumi gugur dalam perang gerliya melawan pasukan Belanda. Selamat jalan pahlawan bangsa.