Waspada Awan Kembang Kol, BPBD Lampung: Tanda Potensi Angin Kencang

- Intensitas curah hujan tinggi hingga Februari 2026, masyarakat diimbau memantau informasi cuaca resmi melalui BMKG dan BPBD.
- Wilayah Lampung Timur dan Lampung Selatan harus waspada terhadap luapan sungai akibat hujan deras, insiden kebencanaan awal telah terjadi.
- Masyarakat diimbau bergotong-royong untuk mitigasi bencana, seperti memastikan saluran air normal dan memperkuat atap rumah.
Bandar Lampung, IDN Times - Masyarakat Provinsi Lampung diimbau waspada saat melihat penampakan tanda alam berupa gulungan awan tebal menyerupai kembang kol saat panas menyengat disusul hujan deras.
Analis Bencana BPBD Provinsi Lampung, Wahyu Hidayat mengatakan, tanda alam itu disebut "awan kembang kol" (Cumulonimbus) menjadi salah satu indikator kuat potensi angin kencang atau puting beliung.
"Jika melihat efek 'kembang kol' di langit, biasanya diiringi suara gemuruh dan langit abu-abu, masyarakat harus waspada. Itu potensi angin kencang dan puting beliung bisa menyambar, meskipun saat itu hujan belum turun deras," ujarnya dikonfirmasi, Senin (15/12/2025).
1. Intensitas curah hujan tinggi berlangsung hingga Februari 2026

Selain pengamatan secara visual melalui tanda alam tersebut, Wahyu melanjutkan, masyarakat juga diimbau memantau perkembangan informasi cuaca resmi melalui kanal BMKG dan BPBD mulai dari website hingga akun media sosial (Medsos).
Pasalnya, periode cuaca ekstrem di Indonesia, termasuk Provinsi Lampung diprediksi akan terus berlangsung hingga Februari 2026 dengan intensitas curah hujan yang tinggi.
"Fase hidrometeorologi basah di Lampung telah dimulai sejak dasarian kedua Oktober, tepatnya 11 Oktober 2025. Kondisi ini membawa sejumlah potensi ancaman bencana yang harus diantisipasi oleh masyarakat," katanya.
2. Alir sungai besar di Lampung Timur dan Lampung Selatan harus diwaspadai

Berdasarkan pemetaan BPBD, Wahyu mengurangkan, ancaman hidrometeorologi hampir merata di seluruh wilayah Provinsi Lampung. Namun, perhatian khusus diberikan pada wilayah dialiri sungai besar seperti Kabupaten Lampung Timur dan Lampung Selatan.
Maka dari itu, ia menekankan bahwa luapan sungai bisa terjadi akibat hujan deras di hulu, meski kondisi cuaca di hilir tampak kondusif. Sejumlah wilayah tercatat telah mengalami insiden kebencanaan awal.di antaranya Tulang Bawang Barat, Tanggamus, dan sebagian Lampung Selatan.
"Gejala-gejala ini harus meningkatkan kesiapsiagaan kita bahwa kita berada di sekitar zona bahaya. Waspadai perubahan cuaca yang cepat, terutama bagi masyarakat yang berada di pinggir pantai dan bantaran sungai," ucapnya.
3. Curah hujan tinggi awali potensi bencana

Sebagai langkah mitigasi, Wahyu menambahkan, BPBD Provinsi Lampung mengimbau masyarakat untuk bergotong-royong memastikan saluran air berjalan normal, melakukan pemangkasan pohon yang berisiko tumbang, hingga memperkuat bagian atap rumah untuk mengantisipasi angin kencang.
"Waspada, potensi bencana muncul ditandai dengan curah hujan tinggi, kemungkinan angin kencang, banjir rob di pesisir, serta banjir bandang," imbuh Wahyu.


















