Jawab Tantangan Gizi, Polinela Siap Buka Prodi Gizi Klinis 2026

- Program studi Gizi Klinis dibuka pada 2026
- Dikembangkan bersama tim ahli dan targetkan lulusan siap terjun ke berbagai sektor untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan gizi masyarakat
- Indonesia sedang berhadapan dengan gizi buruk, penyakit kronis, Polinela targetkan kontribusi nyata untuk kesehatan di Lampung dan Nasional
Bandar Lampung, IDN Times - Masalah gizi dan kesehatan di Indonesia masih menjadi tantangan besar di seluruh siklus kehidupan. Melihat urgensi dan peluang yang ada, Politeknik Negeri Lampung (Polinela) merencanakan pembukaan Program Studi Gizi Klinis pada tahun 2026.
"Program ini diharapkan bisa menjawab tantangan peningkatan kualitas layanan gizi nasional sekaligus memperluas akses terhadap tenaga profesional relevan di daerah," kata Direktur Polinela, Prof Sarono, Kamis (17/7/2025).
1. Program studi dikembangkan bersama tim ahli

Prof Sarono menjelaskan, program studi tersebut akan dikembangkan bersama tim ahli yang terdiri dari nutritionist bergelar magister gizi, dokter dengan latar belakang magister kesehatan masyarakat, serta dosen-dosen berpengalaman di bidang kesehatan masyarakat.
Menurutnya, kurikulum akan dirancang untuk membentuk lulusan yang siap terjun ke berbagai sektor, seperti rumah sakit, layanan komunitas, industri pangan, hingga lembaga penelitian.
"Kami berharap program studi ini dapat menghasilkan lulusan yang mampu memberikan kontribusi nyata dalam peningkatan kualitas kesehatan dan gizi masyarakat,” ujarnya.
2. Indonesia sedang berhadapan dengan gizi buruk dan penyakit kronis

Pihaknya menyampaikan berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, prevalensi stroke di Indonesia mencapai 19,8 persen, diabetes melitus 10,3 persen dan hipertensi 21,6 persen. Penyakit-penyakit ini menyumbang lebih dari 75 persen angka kematian secara global.
"Artinya, Indonesia kini tidak hanya berhadapan dengan isu gizi buruk dan stunting, tetapi juga peningkatan tajam penyakit tidak menular," jelasnya.
3. Polinela targetkan kontribusi nyata untuk kesehatan di Lampung dan Nasional

Menurut kerangka kerja dari UNICEF, kata Prof Sarono, status gizi seseorang ditentukan oleh banyak faktor. Mulai dari asupan makanan yang kurang memadai dan penyakit infeksi, hingga faktor tidak langsung seperti pola asuh, ketahanan pangan keluarga, serta akses terhadap fasilitas kesehatan, air bersih, dan sanitasi.
"Faktor penyebab mendasar seperti kemiskinan, rendahnya pendidikan, ketimpangan gender, dan kebijakan publik yang belum optimal turut memperparah kondisi," katanya.
Namun di sisi lain, lanjutnya, tantangan yang tak kalah serius adalah belum meratanya tenaga gizi yang kompeten, terutama di luar wilayah perkotaan. Karena itu, menurutnya kebutuhan terhadap tenaga kesehatan dengan kompetensi gizi klinis semakin mendesak.
"Polinela optimistis bahwa Prodi Gizi Klinis akan menjadi salah satu program unggulan. Dengan kurikulum adaptif dan tim pengajar yang mumpuni, lulusan nantinya diharapkan memiliki daya saing tinggi dan mampu menjawab berbagai tantangan zaman, baik di tingkat lokal, regional, maupun nasional," harapnya.