Industri Hotel Lampung Panen Okupansi saat Blackout, Tembus 97 Persen!

- Okupansi kamar hotel di Bandar Lampung mencapai 95-97% saat terjadi blackout akibat gangguan jaringan listrik.
- Peningkatan okupansi tidak memberikan keuntungan langsung karena pengelola hotel harus menanggung biaya operasional genset yang tinggi.
- Peristiwa blackout merugikan semua sektor industri termasuk perhotelan, dengan harapan agar gangguan listrik dapat segera teratasi untuk kepentingan semua masyarakat.
Bandar Lampung, IDN Times - Industri perhotelan di Kota Bandar Lampung mencatat okupansi kamar hotel mengalami peningkatan sekitar 95 - 97 persen saat terjadi kondisi blackout akibat gangguan jaringan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 275kV Lubuk Linggau - Lahat.
Kondisi blackout atau padam listrik berskala massif berdampak pemadaman semua pembangkit listrik se-Sumatera Bagian Selatan atau Sumbagsel sejak Selasa (4/6/2024) sekitar pukul 10.30 WIB dan berangsur pulih, Rabu (5/6/2024) sore hari.
"Kemarin malam, hampir semua hotel di Bandar Lampung penuh. Iya, jadi mungkin 96 - 97 persen kamar di setiap hotel penuh," ujar Sekretaris DPD PHRI Lampung, Friandi Indrawan dikonfirmasi, Rabu (5/6/2024).
1. Rogoh kocek dalam-biayai operasional kelistrikan

Meski tingkat okupansi hotel menyentuh pada level maksimal, Friandi menyampaikan, kondisi blackout tersebut tak serta merta mendatangkan keuntungan bagi industri perhotelan. Pasalnya, pihak pengelola juga harus mengakomodasi biaya operasional kelistrikan.
"Jangan dianggap blackout sebagai benefit untuk hotel. Dari sisi okupansi okey fine orang-orang banyak mengungsi ke hotel, tetapi jangan lupa ada biaya operasional genset," ujar Didi, sapaan akrabnya.
Sebagai contoh, hotel bertaraf bintang tiga umumnya membutuhkan sekitar 70 liter bahan bakar minyak (BBM) senilai Rp15 ribu/liter guna menanggung operasional kelistrikan hotel selama satu jam. "Kalau hidup 24 jam? Coba saja kita hitung apa tidak 23 juta biayanya untuk satu hari satu malam, itu belum dengan biaya laundry dan sarapan pengunjung," tambah dia.
2. Blackout juga rugikan industri hotel

Merujuk penghitungan tersebut, Didi menyampaikan, peristiwa blackout ini tidak dapat dilihat dari sebatas sisi peningkatan okupansi kamar hotel, melainkan telah merugikan semua sektor industri.
Tak terkecuali industri perhotelan. Ia mewakili para pelaku dan pengelolaan perhotelan di Lampung, berharap kondisi serupa tidak berlangsung lama.
"Karena biaya yang ditimbulkan akibat blackout ini yang paling pokok adalah mengadakan energi, sebab itu tujuan pengunjung datang ke hotel," ucapnya.
3. Harapkan PLN kian tingkatkan pemeliharaan dan pengawasan

Didi menambahkan, pihaknya turut berharap agar permasalahan gangguan berujung blackout ini dapat segera teratasi. Mengingat, kehadiran listrik saat ini sudah menjadi kebutuhan semua masyarakat, tak terkecuali pelaku industri perhotelan.
"Ini tentu suatu kejadian yang tidak dikehendaki, tapi mungkin PLN kedepan dapat meningkatkan sisi pemeliharaan hingga pengawasan agar kejadian serupa tak kembali terulang," tandasnya.