TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Warga Bandar Lampung Olah dan Sedekah Sampah, Anggap Berkah

Plastik menjadi sampah mayoritas dan sulit diolah

Kondisi tumpukan sampah di TPA Bakung, Bandar Lampung. (IDN Times/Silviana)

Bandar Lampung, IDN Times - Sampah menjadi persoalan rumit tak kunjung usai. Bahkan, kini sampah semakin menjamur di setiap daerah karena belum diimbangi dengan pengelolaan tepat.

Di Kota Bandar Lampung misalnya, sampah yang sudah dihasilkan masyarakat hanya berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bakung, Bandar Lampung. Sampah organik dan anorganik bertumpuk menjadi satu hingga membentuk sebuah bukit.

Tak diketahui secara pasti berapa jumlah sampah masuk setiap harinya ke TPA Bakung sepanjang 2021 ini. Pasalnya, timbangan sampah di lokasi itu rusak sejak awal 2021.

Namun berdasarkan catatan UPT TPA Bakung pada Desember 2020 lalu, dalam satu hari ada 800 ton sampah rumah tangga masuk ke TPA Bakung. Lalu bagaimana aktivitas masyarakat dalam mengelola sampah mereka sendiri? Berikut IDN Times rangkum selengkapnya.

Baca Juga: Kisah Irfan Musarin Pegiat Lingkungan, Lawan Intimidasi dan Imingan Uang

1. Olah sampah organik jadi pupuk

Olah sampah organik jadi pupuk melalui metode takakura(IDN Times/Silviana)

Mengelola sampah menjadi pupuk melalui proses takakura sudah dilakoni Zainal sejak beberapa bulan lalu. Sebagai ketua RT di Kelurahan Talang Kecamatan Telukbetung Selatan, Bandar Lampung, ia mengatakan upayanya hanya langkah kecil membantu atasi persoalan sampah.

"Sampah kan ada organik dan anorganik, jadi kita coba olah yang organik ini jadi takakura, lumayan buat pupuk sayuran di sekitar rumah," kata Zainal kepada IDN Times, Sabtu (25/6/2021).

Menurutnya, sampah yang dihasilkan keluarganya dalam satu hari bisa mencapai 2 kilogram. Itu didominasi sampah plastik dari makanan ringan atau biasanya bekas belanja online. "Kalau sampah plastik yang susah itu kita jual atau angkut ke TPA," ujarnya.

2. Adakan kegiatan sedekah sampah

Warga Bandar Lampung mengadakan kegiatan sedekah sampah di lingkungan sekitar (IDN Times/Silviana)

Selain mengelola sampah sendiri, Zainal juga membuat kegiatan sedekah sampah bagi warga sekitar. Untuk sampah organik akan diolah menjadi takakura. Sedangkan sampah plastik seperti botol digunakan sebegai media tanam.

"Kita kan gak punya lahan jadi nanem sayuran di pinggir tembok rumah pake botol plastik. Kegiatan ini udah jalan beberapa bulan tapi masih tahap sosialisasi juga ke warga," ungkapnya.

3. Anggap sampah itu berkah

Warga Bandar Lampung, Zainal gunakan botol plastik bekas sebagai media tanam sayuran (IDN Times/Silviana)

Zainal menceritakan, warga di sekitarnya sudah aktif mengadakan kegiatan bank sampah. Bahkan kampungnya pernah ditunjuk mengikuti kegiatan dari NGO lingkungan dalam mengampanyekan bank sampah.

Namun kegiatan itu kini tak begitu masif karena sulitnya mempertahankan orang-orang berkomitmen menjalankan kegiatan sosial.

"Namanya kita mandiri jadi ya butuh dukungan lah biar lebih gencar lagi. Sebenernya bank sampah masih jalan kok, masih ada kawan yang angkut sampahnya. Karena masyarakat udah sadar sampah itu punya nilai ekonomis," terangnya.

Ke depan Zainal berharap, dalam dua rumah memiliki satu takakura. Sehingga sampah rumah tangga bisa terkoordinir di beberapa titik. "Sampah itu bukan musuh kita, tapi sampah itu berkah dan ada nilai ekonomis," tuturnya.

Baca Juga: Kisah Petani Kerang Hijau Lampung, Gagal Panen Gara-Gara Limbah Pabrik

Berita Terkini Lainnya