Kisah Irfan Musarin Pegiat Lingkungan, Lawan Intimidasi dan Imingan Uang

Aktivis lingkungan hidup Lampung sejak 2012

Bandar Lampung, IDN Times - Menjadi pegiat peduli lingkungan memang tak mudah. Terlebih mengemban amanat besar menjadi direktur dalam wadah organisasi gerakan lingkungan hidup tertua di Tanah Air yaitu, Walhi (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) Lampung.

Hal itu disampaikan Irfan Musarin Kunang, Direktur Walhi Lampung periode 2019-2023. Sederet upaya intimidasi hingga berbagai iming-iming lobi turut mewarnai perjalanannya selama berkecimpung dan berperan aktif mengawal isu lingkungan.

Apa saja suka duka dan tantangan Irfan menjadi pelestari lingkungan? Berikut IDN Times rangkum ceritanya. 

1. Berawal dari organisasi mahasiswa pecinta alam

Kisah Irfan Musarin Pegiat Lingkungan, Lawan Intimidasi dan Imingan Uangunsplash.com/Gita Krishnamurti

Awal mulai Irfan tertarik seputar lingkungan lantaran memiliki teman menyukai alam bebas dan tergabung dalam organisasi pencinta alam saat kuliah. Itu menjadi titik awal Irfan menggeluti bidang pelestarian lingkungan sejak 2012.

Ditambah lagi, anggota organisasi pencinta alam tersebut merupakan anggota aktif di Walhi Lampung. Kondisi ini turut membawa Irfan, kian hanyut dalam kegiatan berkaitan isu lingkungan hidup.

"Jadi selain di kampus, saya juga coba mencari dunia lain dan mengali nilai-nilai Walhi. Sampai akhirnya di 2015, saya mengikrarkan diri aktif di Walhi dan diangkat menjadi staf tetap," kata Irfan, kepada IDN Times, Kamis (16/9/2021).

Irfan pun mengikuti kontestasi pemilihan Direktur Walhi Lampung pada Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup (PDLH) VIII di Wisma Univeristas Lampung (Unila) 4 Juli 2019.

"Alhamdulillah, waktu itu saya mendapatkan amanah dari teman-teman anggota Walhi," ucap Irfan.

2. Kepentingan sosial dan lingkungan

Kisah Irfan Musarin Pegiat Lingkungan, Lawan Intimidasi dan Imingan UangIrfan Musarin Kunang, Direktur Walhi Lampung. (Instagram/@irfan.musarin).

Menurut Irfan, mengikrarkan diri dan menjadi pegiat Non-Governmental Organization (NGO) pada suatu organisasi nirlaba memiliki dasar kepentingan sosial dan juga lingkungan. Itu bukan merupakan pilihan semua orang.

Namun justru komitmen itu dirasa Irfan sangat cocok pada kepribadiannya. Apalagi, pria berkacamata tersebut menilai aktivitas ditekuni kini dapat mendorong pemerintah dan pihak-pihak lain, untuk lebih peka akan persoalan-persoalan lingkungan.

"Sejak 2015 itu, lillahita'ala hidup ini saya baktikan pada Walhi. Di sini kita bisa membantu masyarakat," imbuh Irfan.

Baca Juga: Kisah Guru SMAN 2 Bandar Lampung Terharu Bisa Mengajar Siswa di Kelas

3. Sederet upaya Irfan bersama Walhi lestarikan alam

Kisah Irfan Musarin Pegiat Lingkungan, Lawan Intimidasi dan Imingan UangIrfan Musarin Kunang, Direktur Walhi Lampung. (Instagram/@irfan.musarin).

Irfan di masa kepemimpinannya di Walhi Lampung juga tercatat telah melakukan sederet upaya pelestarian lingkungan hidup. Itu sejak 2015 dan masih terus berlangsung hingga hari ini.

Upaya tersebut misalnya, advokasi kasus tambang pasir laut di Gunung Anak Krakatau (2015), mendampingi petani Tulang Bawang terlibat konflik dengan PT BNIL (2016), melaporkan pembukaan tambang ilegal di perbatasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Pesisir Barat dan melaporkan Illegal logging di Gunung Betung (2017).

Selain itu, pihaknya juga mendorong Pemerintah Provinsi Lampung mencabut izin pertambangan pasir laut PT LIP di daerah laut Lampung Selatan (2019), meminta pencabutan pertambangan pasir laut PT Sejati 555 di Lampung Timur serta pendampingan kriminalisasi nelayan (2020).

"Mengawal sejumlah kasus reklamasi dan termasuk kita mendorong aparat penegak hukum mengusut temuan limbah di Lamtim Agustus 2020 kemarin, serta kasus limbah serupa terjadi di tahun ini," terang pemilik akun Instagram @irfan.musarin tersebut.

4. Intervensi dan lobi iming-iming mewarnai kepemimpinan Irfan

Kisah Irfan Musarin Pegiat Lingkungan, Lawan Intimidasi dan Imingan UangIrfan Musarin Kunang, Direktur Walhi Lampung. (Instagram/@irfan.musarin).

Berkecimpung sebagai pegiat lingkungan hidup, tak jarang, Irfan bersama anggota lainnya turut menjumpai beberapa kendala. Itu mulai dari hal teknis hingga ihwal substansial.

Seperti halnya saat harus menyambangi suatu daerah dengan jarak tempuh tergolong jauh dan harus melewati jalan setapak, karena tidak bisa dilalui oleh kendaraan.

"Secara persoalan juga ikut datang, upaya intimidasi dan intervensi terhadap kita juga ikut terjadi. Upaya lobi-lobi turut mewarnai kegiatan kita di Walhi selama ini," kata Irfan.

Menurutnya, lobi tersebut bukan hanya ditawarkan melalui personal pribadi, kendati upaya itu coba diiming-imingi melalui orang-orang terdekat Irfan.

"Pihak lawan biasanya menawarkan berupa uang, barang, atau kendaraan dengan nilai bervariatif. Ini tantangan kita, bagaimana harus bisa mengawasi diri dan tetap mempersatukan visi dan misi di tengah masyarakat," terang dia.

5. Pemprov Lampung dinilai cukup dinamis

Kisah Irfan Musarin Pegiat Lingkungan, Lawan Intimidasi dan Imingan UangKantor Pemerintah Provinsi Lampung (IDN Times/Tama Yudha Wiguna)

Irfan menyatakan, Walhi Lampung tidak pernah berharap mendapat apresiasi khusus terhadap setiap upaya telah dilakukan.

"Apresiasi dari pemerintah sebenarnya ada dari KLHK, terkait penghargaan Wahana Lestari, tetapi itu sistemnya pendaftaran dan kita tidak pernah mendaftarkan diri. Toh kalaupun memang ada penghargaan, biar itu datang sendiri tanpa harus mendaftar," tukas dia.

Irfan menilai, dukungan pemerintah daerah dan kabupaten/kota di Provinsi Lampung melihat keberadaan Walhi dan orang-orang pegiat lingkungan pada umumnya cukup dinamis. Artinya, pemerintah kini sudah memposisikan dan menjaga diri, sebab kepentingan investasi mengancam alam turut mengintervensi pemerintah.

"Tapi di satu sisi, kita juga tidak alergi mengkritik baik itu saat berbenturan atau kesamaan pandangan dengan pihak pemerintah. Tentu, ini sudah sangat berbeda di bawah era 1998," terang dia.

6. Stigma negatif masih terjadi

Kisah Irfan Musarin Pegiat Lingkungan, Lawan Intimidasi dan Imingan UangUnsplash/Priscilla Du Preez

Terkait pandangan masyarakat terhadap keberadaan Walhi dan pegiat lingkungan, Irfan tak menampik stigma negatif masih acapkali terjadi saat melakukan upaya-upaya kelestarian alam di daerah mereka masing-masing.

"Pasca reformasi banyak bermunculan LSM 'nakal', tapi itu harus menjadi tantangan dimana kita dapat meyakinkan masyarakat bahwa perjuangan ini bukan untuk kepentingan pribadi, tapi untuk masyarakat dan lingkungan," terang dia.

Selain itu, masyarakat Lampung sudah cukup mengenal perihal organisasi Walhi. "Jadi kita tinggal mendudukan persoalan yang ada di lokasi tersebut," sambungnya.

7. Edukasi hingga kajian lingkungan terus dilakukan

Kisah Irfan Musarin Pegiat Lingkungan, Lawan Intimidasi dan Imingan UangIrfan Musarin Kunang, Direktur Walhi Lampung. (Instagram/@irfan.musarin).

Selain menyoroti sederet kasus menyangkut pelestarian lingkungan, Irfan bersama Walhi Lampung juga mengatakan sudah dan terus melakukan upaya beragam akan kelestarian alam.

Itu seperti halnya mengedukasi tentang lingkungan kepada masyarakat dan mahasiswa, termasuk aksi-aksi penyelamatan lingkungan berupa penanaman pohon, bersih-bersih pantai, dan lainnya.

"Di samping itu kita ikut melakukan kajian-kajian menyangkut pokok pembahasan lingkungan, ini penting sebagai bahan peninjauan titik lokasi kasus lingkungan," tandas Irfan.

Baca Juga: Cerita Pegiat Lingkungan Lampung, Gigih Advokasi Masyarakat Jaga Alam

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya