Kisah Petani Kerang Hijau Lampung, Gagal Panen Gara-Gara Limbah Pabrik

Dari 1 ton turun 10 kg imbas limbah dibuang ke laut

Bandar Lampung, IDN Times - Menjual hasil panen kerang hijau menjadi penghasilan utama bagi Cucu Abdurahman, petani kerang hijau di Pulau Pasaran, Kota Bandar Lampung. Pekerjaan sudah dilakoni selama 10 tahun itu, kini harus terdampak limbah pabrik belum diketahui asalnya.

Meski tak setiap saat limbah datang, Cucu mengatakan sangat memengaruhi pendapatannya. Seharusnya, ia bisa mendapat 1 ton kerang hijau dalam satu kerambah miliknya.

Kini, sejak limbah semakin sering datang, bapak dari dua anak itu hanya mendapat 10-20 kilogram (kg) sekali panen.

"10 kilo itu 100 ribu, kebutuhan kita lebih dari itu. Belum buat dandan kerambahnya kalau ada yang rusak," cerita Cucu sembari membenahi pelampung kerambah yang rusak, Senin (20/9/2021).

Baca Juga: Walhi Soroti Reklamasi Restoran Tanpa Izin di Pesisir Bandar Lampung 

1. Tahun ini limbah semakin parah

Kisah Petani Kerang Hijau Lampung, Gagal Panen Gara-Gara Limbah PabrikPetani kerang hijau di Pulau Pasaran sedang membersihkan limbah yang menempel pada tali kerambah (IDN Times/Silviana)

Cucu menceritakan kejayaannya 10 tahun lalu saat masih memiliki 45 kerambah. Menurutnya saat itu kerang hijau hasil panennya sampai dikirim ke luar Kota Bandar Lampung karena masyarakat belum banyak yang tahu pengolahan kerang hijau.

Bahkan pada saat itu Cucu membeli satu persatu kerambah milik petani kerang lain di Pulau Pasaran. Namun karena diterjang badai, kini tersisa sekitar 25 kerambah.

"Saya termasuk satu-satunya yang bertahan, meski cukup sulit. Saya percaya siapa yang berusaha dia akan memetik hasilnya. Tapi tahun ini limbah makin parah, mana tanggungan banyak, kerang gak panen, jadi menderita karena limbah," ungkap Cucu.

2. Banyak ingin beli, tapi kerang tak ada

Kisah Petani Kerang Hijau Lampung, Gagal Panen Gara-Gara Limbah PabrikTak ada kerang menempel di tali kerambah yang dipenuhi limbah(IDN Times/Silviana)

Menurut Cucu kedatangan limbah tak bisa diprediksi, namun setiap kali datang air laut akan berubah menjadi warna hitam, cokelat bahkan merah.

"Itu pembuangan dari pabrik-pabrik, kan limbah itu ditampung sama mereka, gak langsung dibuang," ujarnya.

Padahal saat ini seharusnya memasuki masa panen kerang hijau. Cucu sudah membayangkan ia bisa memanen banyak kerang dari setiap kerambahnya.

Pertumbuhan kerang hijau ini menurutnya sebentat. Masa awal panen hanya empat bulan. Namun saat sering, tiga bulan sudah bisa dipanen. 

"Pembeli udah banyak yang nyari. Tapi kerangnya gak ada. Kalau gak kena limbah ini mah udah panen kerang hijau," sesalnya

3. Air limbah menjadi tumbuhan tajam

Kisah Petani Kerang Hijau Lampung, Gagal Panen Gara-Gara Limbah PabrikPetani kerang hijau di Pulau Pasaran sedang membersihkan limbah yang menempel pada tali kerambah (IDN Times/Silviana)

Pantauan IDN Times, kondisi kerambah milik Cucu memang memprihatinkan. Di bawah kerambah itu sudah terpasang tali-tali menjadi tempat kerang hijau menempel. Namun dampak dari limbah itu membuat tali kerambah justru dipenuhi tumbuhan seperti batu karang yang cukup tajam. Sehingga tidak ada kerang mau menempel ditali kerambah.

Menurut Cucu, satu-satunya cara menyiasati supaya kerang mau menempel adalah membersihkan tali kerambah setiap hari dan menjemurnya supaya parasit itu mati.
Namun hal itu juga tidak mudah, mengingat tumbuhan menempel itu sangat tajam dan membuat kulit gatal-gatal.

"Air limbah itu jadi tumbuhan yang tajam dan bisa besar segede kelapa. Kalau dibersihin tangannya sampai rusak, kan tajem itu kaya silet. Cuma saya kan udah tebal tangannya jadi gak krasa," jelas Cucu.

4. Pendapatan kerang hijau cukup besar jika diperhatikan

Kisah Petani Kerang Hijau Lampung, Gagal Panen Gara-Gara Limbah PabrikIDN Times/Silviana

Cucu menyesalkan tak ada upaya apa pun dari pemerintah untuk membantu petani kerang hijau. Padahal menurutnya, jika hasil panen kerang hijau lebih diperhatikan bisa menjadi pendapatan besar untuk Kota Bandar Lampung.

"Kalau satu kerambah minimal satu ton digabung sama kerambah lain udah berapa? Bisa puluhan ton. Kita mau laporan, laporannya kaya mana gak ngerti, ya udah nunggu aja," ujarnya.

Baca Juga: Melongok Millenials Lampung Bersihkan Sampah Laut di Pulau Pasaran

Topik:

  • Martin Tobing

Berita Terkini Lainnya