TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Imbas Pandemik, Tingkat Hunian Kosan Bandar Lampung Turun 70 Persen

Akademisi nyatakan belum ada solusi atasi penurunan

Kamar kosan (istimewa)

Bandar Lampung, IDN Times - Masa pandemik COVID-19 saat ini, pemilik usaha sewa properti terkena imbasnya. Contohnya saja pemilik properti kose berada di area pendidikan. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara online membuat mahasiswa atau siswa memilih pulang kampung dan melakukan kegiatan belajar dari rumah.

Fatmah salah  satu pemilik kos-kosan di belakang kantor BNI Universitas Lampung mengatakan, saat ini tingkat hunian kosan menurun drastis. Dari 10 kamar hanya ada 4 kamar yang terisi.

“Itu juga mahasiswa lama semua yang ngurus skripsi. Sebentar lagi mereka selesai kosong kosannya. Karena kemarin waktu pembukaan mahasiswa baru kan sama sekali nggak ada yang nyari kosan,” paparnya kepada IDN Times, Kamis (18/2/2021).  

1. Beri kelonggaran pembayaran

Ilustrasi Uang Rupiah (ANTARA/Laksa Mahendra/Sandi Arizona/Nusantara Mulkan)

Biasanya di awal penerimaan mahasiswa baru, pemilik kosan kebanjiran calon penghuni baru. Namun hal itu tak dirasakan Fatmah di tahun ajaran baru 2020 lalu bertepatan pandemik. Kosannya hanya berisi penghuni lama itu pun banyak yang pulang kampung.  

“Kita kan bayarnya bulanan ya per bulan itu 400 ribu belum sama uang listrik dan air. Tapi kalau yang pulang kampung ya gak kami suruh bayar. Yang di sini juga kami kasih kelonggaran bayarnya gak harus tepat jatuh tempo karena situasi lagi kaya gini juga,” ujarnya.

Selain itu Fatmah juga mengaku tak memiliki strategi apa pun untuk mencari penghuni kosan baru. Sebab di tengah pandemik ini memang tidak bisa menerima banyak orang.  Dia juga tak berencana menutup atau pun mengalihfungsikan kos-kosan tersebut.

Baca Juga: Era Pandemik Jumlah Pengunjung Wisata Pesawaran Tak Turun Drastis

2. Meminta penghuni kamar untuk terapkan prokes

radioidola.com

Menurut Fatmah di awal pandemik lalu kos-kosan sempat kosong karena semua anak kosan diminta untuk pulang ke rumah sebelum kasus pandemik semakin parah. Saat itu juga bertepatan dengan kebijakan kampus yang mengharuskan untuk belajar dari rumah masing-masing.

Namun seiring berjalannya waktu, pandemik tak kunjung usai sehingga dia membolehkan mahasiswa yang ingin kembali dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.

“Kalau yang di Kampung Baru kan waktu itu dari RT nya ya wajibin anak kosan bawa surat rapid test. Kalau aku yang penting dia udah bener-bener isolasi terus waktu di kosan juga harus nerapin prokes,” kata Fatimah. 

3. Pilih tinggal di kos-meski pengeluaran semakin meningkat

facebook

Tika Septia salah satu mahasiswi pendidikan Penjas Universitas Lampung, mengatakan, memilih tetap tinggal di kos-kosan lantaran dia harus berlatih untuk persiapan lomba Maret mendatang. Imbas kondisi itu, dia merasa kesulitan mengatur pengeluaran uang di tengah pandemik lantaran pemberian dari orang tua yang berkurang dan bertambahnya jumlah pengeluaran.

“Aku tiap hari pulang pergi latihan di lapangan Saburai naik ojek online ongkosnya lumayan sih. Terus harga kosan naik Rp50 ribu bulan kemarin. Belum bayar listrik, air sama sampah jadi ya harus lebih hemat banget emang sekarang,” cerita Tika.

Cerita lainnya disampaikan Santi Purnama Sari, mahasiswi tingkat akhir yang harus mengurus bimbingan skripsi secara langsung ini juga memilih tetap tinggal di kos-kosan.  Namun dirinya bersyukur karena pemilik kos tidak menaikkan harga kosan.

“Biasanya kan kalau awal tahun itu harga kosan dinaikin ya. Alhamduliah tahun ini gak naik. Lagian kosan sepi juga cuma ada empat kamar yang k isi dari 20 kamar,” ujar mahasiswi Manajemen FEB Unilla tersebut.

4. Omzet pemilik kosan menurun hingga 70 persen

Ilustrasi ambil uang di Bank (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Kepala Peneliti Central for Urban and Regional Studies (CURS), Erwin Octavianto, memaparkan, omzet kos-kosan segmen mahasiswa atau siswa menurun hingga 70 persen selama pandemik ini. Sedangkan kosan umum turun hingga 30 persen.

Hal itu lantaran biaya operasional yang tetap berjalan namun peminat kos-kosan di era pandemik ini semakin menurun.

“Jika kita lihat sebelum pandemik, biaya operasional pemilik kos-kosan bisa 50-sampai 70 persen dari omzet usaha. Sehingga dengan adanya penurunan ini sangat berdampak sekali. Sebab biaya operasional tetap berjalan namun penghuninya berkurang,” jelasnya.

Baca Juga: OJK Klaim Ekonomi Lampung Era Pandemik Kian Membaik, Ini Data Faktanya

Berita Terkini Lainnya