Dear Milenial, Ini Tips Kelola Kawasan Konservasi ala Dirjen KSDAE
Penyelesaian masalah konservasi harus memanusiakan manusia
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandar Lampung, IDN Times - Institut Teknologi Sumatra (Itera) adakan kuliah umum yang mengusung tema Kebijakan Pemerintah dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi di Indonesia. Diikuti sekitar 647 peserta dari berbagai kampus serta pegiat lingkungan, kuliah umum yang berlangsung secara daring pada Sabtu (17/10/2020) tersebut menghadirkan nara sumber Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Dirjen KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Wiratno.
Meski sedang berada di kawasan Merapi yang cukup sulit mendapatkan sinyal telekomunikasi, Wiratno menyampaikan materi yang cukup menarik bagaimana mengelola kawasan konservasi di Indonesia. Ketimbang teori dia juga lebih banyak memberikan contoh-contoh nyata yang terjadi di lapangan.
Baca Juga: BMKG: Mitigasi Bencana Alam Berkembang ke Arah Artificial Inteligence
1. Jangan ada masyarakat yang menangis
Pengelolaan keberagaman hayati harus tetap ditingkatkan tanpa membuat masyarakat setempat semakin kesulitan atau bahkan mendapatkan hukuman. Menurut Wiratno permasalahan yang terjadi di kawasan konservasi harus bisa dilihat pada akar permasalahan bukan pada gejalanya.
“Kalau ada penebang pohon karena dia miskin ya jangan ditangkap. Yang ditangkap adalah cukongnya. Kita harus melihat akar dari permasalahan kenapa dia menebang pohon,” jelasnya
Lebih lanjut ia menjelaskan, dalam pengelolaan konservasi empati yang dibangun harus turun langsung ke lapangan tidak bisa hanya menggunakan teori. Selama 30 tahun dia banyak menemui bagaimana kondisi masyarakat yang peduli secara langsung terhadap keselamatan hutan di Indonesia.
Dalam hal ini Wiratno menegaskan kawasan konservasi memiliki sejarah yang harus dilihat interaksinya. “Saya nggak mau kalau ada masyarakat yang menangis. Kita harus dialog memanusiakan manusia, menghormati masyarakat adat, tidak boleh semena-mena memperlakukan rakyatnya. Treatmentnya harus melalui analisis sejarah dan diselesaikan secara tuntas,” tegasnya.
Baca Juga: Cerita Emak-emak Pesisir Kelola Sampah Jadi Ecobrick dan Ekonomis