Mahasiswa Unila Ciptakan SIPANDU, Teknologi Blockchain Pengawas Bansos

- Menjawab masalah data ganda dan dugaan korupsi bansosBeranggotakan tiga mahasiswa, tim ini lahir dari keprihatinan terhadap berbagai persoalan dalam distribusi bansos, mulai dari data ganda hingga dugaan penyelewengan bansos.
- Teknologi blockchain jadi kunci transparansiProses riset dan pengembangan SIPANDU menggali berbagai tantangan distribusi bansos di Indonesia. Mereka menemukan bahwa sistem yang terdesentralisasi seperti blockchain dapat menjadi solusi efektif.
- Bukan sekadar proyek, tapi solusi nyataTim ini mendapat bimbingan dari dosen Fakultas Hukum Unila. Mereka mengaku kerja keras dan komunikasi terbuka jadi kunci keberhasilan mereka, serta
Bandar Lampung, IDN Times – Tiga mahasiswa Universitas Lampung (Unila) sukses merancang inovasi teknologi untuk menjawab persoalan klasik di Indonesia: distribusi bantuan sosial (bansos) yang tidak tepat sasaran. Melalui Program Kreativitas Mahasiswa Video Gagasan Konstruktif (PKM-VGK), mereka menciptakan SIPANDU: Sistem Presisi Pengawasan Bansos Terpadu.
Inovasi ini hadir sebagai solusi berbasis web yang mengintegrasikan teknologi blockchain guna memastikan setiap transaksi dan penyaluran bansos tercatat secara permanen, transparan, serta bebas manipulasi. “Kami ingin menciptakan sistem yang benar-benar berdampak dan bisa diimplementasikan secara nyata di masyarakat,” kata Imrohatus Soleha, ketua tim PKM-VGK Unila, Selasa (5/8/2025).
1. Menjawab masalah data ganda dan dugaan korupsi bansos

Beranggotakan tiga mahasiswa, yaitu Imrohatus Soleha (Fakultas Hukum 2023), M. Rizky Herliansyah, dan Zahwa Namira Ajani (keduanya dari FISIP 2023), tim ini lahir dari keprihatinan terhadap berbagai persoalan dalam distribusi bansos.
Mulai dari data ganda, proses verifikasi manual yang memakan waktu, hingga dugaan penyelewengan bansos yang masih sering terjadi di berbagai daerah. “Di sekitar kami sendiri, ada fenomena bansos malah diberikan ke kerabat atau orang yang tidak seharusnya menerima. Ini jadi dorongan besar bagi kami,” jelas Imrohatus.
2. Teknologi blockchain jadi kunci transparansi

Imrohatus menjelaskan, proses riset dan pengembangan SIPANDU, tim menggali berbagai tantangan distribusi bansos di Indonesia. Mereka lalu menemukan sistem yang terdesentralisasi seperti blockchain dapat menjadi solusi efektif. Setiap data penyaluran yang masuk akan dicatat secara permanen, tidak bisa diubah, dan dapat ditelusuri dengan mudah.
“Blockchain memastikan tidak ada celah untuk manipulasi. SIPANDU jadi jembatan antara teknologi dan keadilan sosial,” jelasnya.
3. Bukan sekadar proyek, tapi solusi nyata

Tim ini mendapat bimbingan dari Maya Shafira, dosen dari Fakultas Hukum Unila. Meski hanya terdiri dari tiga orang, mereka mengaku kerja keras dan komunikasi terbuka jadi kunci keberhasilan mereka.
Lebih dari sekadar memenuhi tugas PKM, mereka menargetkan agar SIPANDU bisa digunakan lembaga-lembaga pemerintah ke depannya. “PKM ini bukan cuma kompetisi ide. Ini laboratorium kehidupan untuk mahasiswa. Kalau kita serius, kita bisa benar-benar bikin perubahan,” ujarnya
Imrohatus juga menyampaikan pesan untuk mahasiswa lain yang tertarik terjun ke PKM agar hangan hanya memikirkan ide keren, tapi pikirkan juga siapa yang akan memakai solusi itu, dan bagaimana dampaknya bisa bertahan jangka panjang.