INTERARCH di Rupakarsa 8.0, Gagasan Arsitektur Masa Kini ala Mahasiswa ITERA

- Rupakarsa 8.0 mengusung tema Arsitektur Masa Kini dan subtema INTERARCH
- Mahasiswa memamerkan karya beragam media, termasuk maket 1:1 yang memukau
- Tantangan digital dihadapi dengan kreativitas, menunjukkan kemampuan adaptasi mahasiswa arsitektur ITERA
Bandar Lampung, IDN Times - Arsitektur modern kini tak lagi sekadar soal bentuk atau estetika. Cepatnya perkembangan teknologi dan dinamika kebutuhan ruang masyarakat urban maupun lokal, desain arsitektur dituntut menjadi lebih adaptif, interaktif, dan mampu merespons lingkungan sekitarnya.
Mahasiswa arsitektur pun ditantang untuk tidak hanya menghadirkan karya menarik secara visual, tapi juga mampu berbicara dalam konteks sosial, budaya, bahkan digital. Hal inilah yang coba dijawab oleh mahasiswa Arsitektur Institut Teknologi Sumatera (ITERA) lewat pameran tahunan bertajuk Rupakarsa 8.0, dengan tema utama Arsitektur Masa Kini dan subtema khas bertajuk INTERARCH.
Menggabungkan semangat Interactive Architecture dan Interwoven Architecture, INTERARCH menjadi cerminan bagaimana generasi muda arsitek mengartikulasikan ruang bukan hanya sebagai objek, tapi juga sebagai entitas hidup dan terus berkembang bersama penggunanya.
Seperti apa pameran ini digelar? Apa saja yang ditampilkan? Dan bagaimana mahasiswa menghadapi tantangan teknis di tengah perubahan format tugas? Berikut IDN Times akan memberikan informasi seputar pameran tahunan Rupakarsa 8.0.
1. INTERARCH jadi gagasan arsitektur interaktif dan responsif

Pameran Rupakarsa 8.0 merupakan agenda tahunan Program Studi Arsitektur ITERA yang telah memasuki tahun kedelapan. Tahun ini, kegiatan digelar di koridor dan Studio Gambar 2, Lantai 2 Gedung Laboratorium Teknik 2 ITERA mengangkat tema besar Arsitektur Masa Kini, dengan subtema INTERARCH, akronim dari Interactive Architecture dan Interwoven Architecture.
Lewat subtema tersebut, mahasiswa diajak mengeksplorasi pendekatan desain arsitektur kontemporer yang lebih terbuka terhadap dinamika zaman. Tidak lagi memandang arsitektur sebagai ruang fisik statis, INTERARCH mendorong pemikiran ruang harus mampu berinteraksi, beradaptasi, dan bahkan berevolusi mengikuti kebutuhan penggunanya. Hal ini mencerminkan pentingnya kepekaan terhadap isu sosial, budaya, serta kemajuan teknologi, sebagai bagian dari praktik desain masa kini.
2. Ragam karya, mulai dari poster hingga maket 1:1 memukau

Ketua pelaksana Rupakarsa 8.0, Indira Widya menjelaskan, rangkaian pameran tahun ini cukup beragam. Tidak hanya menghadirkan Pameran Karya Mahasiswa, kegiatan ini juga melibatkan kolaborasi dengan program Archive yakni Pameran Akhir Semester, Tur Pameran terbuka untuk umum, serta penayangan video tugas arsitektur dan dokumentasi acara sebelumnya, seperti NUSAANTARA dan A:GALIA.
Salah satu hal paling menarik dari pameran menurutnya adalah keberagaman media karya ditampilkan. Mahasiswa memanfaatkan berbagai media mulai dari poster, maket, sketsa tangan, hingga media digital interaktif, memperkuat semangat keterbukaan dan interaksi dalam arsitektur.
Kolaborasi lintas angkatan juga menjadi nilai tambah, dimana karya dari berbagai jenjang mahasiswa dipajang bersama dalam satu ruang apresiatif dan terbuka. Menurutnya, sorotan utama datang dari karya angkatan 2024 menampilkan maket berskala 1:1, sebuah representasi fisik penuh dari ide desain mereka.
3. Tantangan digital dan kreativitas dalam keterbatasan

Meski pameran ini sukses menarik perhatian, pelaksanaannya tidak lepas dari tantangan. Indira menyatakan, salah satu kendala dihadapi adalah keterbatasan bahan fisik, seperti sulitnya menyediakan maket, sketsa tangan, hingga poster cetak. Ini disebabkan oleh perubahan kebijakan tugas perkuliahan, kini lebih banyak disubmit dalam format digital.
"Namun, keterbatasan ini justru memacu kreativitas. Mahasiswa ditantang untuk memanfaatkan teknologi sebagai media presentasi alternatif, termasuk melalui media digital dan interaktif yang justru sejalan dengan semangat INTERARCH," ujarnya.