Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Polinela Tanam 5.000 Cabai, Terapkan Smart Farming di Pringsewu

Polinela Tanam 5000 Bibit Cabai (Dok/Humas Polinela)
Polinela Tanam 5000 Bibit Cabai (Dok/Humas Polinela)
Intinya sih...
  • 5.000 bibit cabai ditanam di lahan 2.500m persegi milik Gapoktan Sumber Katon, Pringsewu
  • Riset Smart Precision Farming dilakukan oleh tim peneliti Polinela dengan pendanaan LPDP Kemenkeu Tahun 2025
  • Program riset kolaboratif melibatkan akademisi, industri, komunitas, pemerintah, dan media untuk membangun ekosistem pertanian modern di Indonesia

Pringsewu, IDN Times - Sebanyak 5.000 batang bibit cabai resmi ditanam di atas lahan seluas 2.500 meter persegi milik Gapoktan Sumber Katon, Pekon Srikaton, Kecamatan Adi Luwih, Kabupaten Pringsewu. Penanaman ini bukan sekadar kegiatan budidaya biasa, melainkan bagian penting dari tahapan riset terapan yang dilakukan oleh tim peneliti Politeknik Negeri Lampung (Polinela) dalam mengembangkan teknologi Smart Precision Farming.

Dari program ini, empat tim peneliti Polinela berhasil lolos seleksi dan memperoleh pendanaan, salah satunya adalah tim Digifarm Polinela dengan riset bertajuk “Implementasi Smart Precision Farming, Supply Chain Management, dan Teknologi Pengolahan Inovatif untuk Mendukung Ketahanan Pangan Nasional”.

Program riset yang diketuai oleh Eko Win Kenali, dan beranggotakan sejumlah dosen lintas keahlian ini merupakan bagian dari inisiatif “Berdikari – Kampus Berdampak” yang digagas oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, dengan dukungan pendanaan dari LPDP Kementerian Keuangan Tahun 2025.

1. Uji coba teknologi smart precision farming langsung di lahan

Polinela Tanam 5000 Bibit Cabai (Dok/Humas Polinela)
Polinela Tanam 5000 Bibit Cabai (Dok/Humas Polinela)

Eko Win Kenali menyampaikan, program ini mengusung semangat kolaborasi pentahelix, yang melibatkan akademisi, pelaku industri, komunitas, pemerintah, dan media untuk bersama-sama membangun ekosistem pertanian modern di Indonesia. Menurutnya, riset ini merupakan langkah nyata untuk menguji prototipe teknologi pertanian cerdas di lingkungan nyata, sebelum akhirnya dikembangkan menjadi produk akhir dan siap digunakan di berbagai daerah. 

"Penanaman cabai ini menjadi tahap awal uji coba prototipe Smart Precision Farming—sebuah sistem teknologi pertanian cerdas yang dirancang untuk mengendalikan irigasi (drip/sprinkle), pemupukan, serta memantau suhu, kelembaban udara dan tanah, hingga kondisi lingkungan lahan secara keseluruhan. Perangkat ini dapat dikendalikan melalui smartphone, tablet, atau laptop yang terkoneksi dengan jaringan wireless maupun internet," jelasnya, Jumat (23/5/2025). 

2. Para petani dari Gapoktan Sumber Katon akan mendapat pendampingan langsung

Polinela Tanam 5000 Bibit Cabai (Dok/Humas Polinela)
Polinela Tanam 5000 Bibit Cabai (Dok/Humas Polinela)

Eko menjelaskan, selama riset berlangsung, para petani dari Gapoktan Sumber Katon akan mendapat pendampingan langsung dari tim peneliti Polinela dari berbagai bidang, seperti teknologi informasi, pertanian, dan teknologi pertanian. Mereka juga didampingi oleh Balai Pelatihan Pertanian (Bapeltan) Lampung dan dua SMK negeri yang ikut serta dalam program ini.

"Tak hanya berfokus pada teknologi budidaya, riset ini juga mencakup manajemen rantai pasok serta pengembangan teknologi pengolahan pangan inovatif," ujarnya. 

Ia berharap, hasil dari riset ini akan menghasilkan role model pertanian terpadu, mulai dari teknologi, sistem rantai pasok, produk olahan pangan, hingga model bisnis yang berdampak langsung bagi sosial dan ekonomi masyarakat.

3. Lampung dipilih jadi lokasi strategis lumbung pangan Nasional

Ilustrasi beras. (IDN Times/Hana Adi Perdana)
Ilustrasi beras. (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Lebih lanjut Eko mengatakan, Riset Smart Precision Farming ini dipusatkan di Provinsi Lampung, yang memang dikenal sebagai salah satu wilayah strategis dalam ketahanan pangan nasional. Kolaborasi ini melibatkan berbagai pihak seperti Politeknik Negeri Lampung sebagai pelaksana utama, Bappeda Provinsi Lampung, Bapeltan, SMK Negeri 1 Abung Selatan, SMK Negeri 2 Metro, serta Gapoktan Sumber Katon dan para relawan yang secara sukarela mendukung kegiatan penelitian ini.

"Polinela melihat program ini sebagai langkah konkret transformasi menjadi perguruan tinggi vokasi berbasis pertanian modern. Tak hanya menghasilkan teknologi, kami juga berkomitmen mencetak SDM pertanian modern yang siap kerja, terutama untuk mendukung pengembangan sektor pertanian di Provinsi Lampung," terangnya. 

Eko berharap bahwa hasil dari riset kolaboratif ini tidak hanya menjadi inovasi teknologi, tapi juga menjadi contoh sukses penerapan pertanian presisi di Indonesia, yang dapat direplikasi di daerah lain dan memberi dampak langsung bagi petani serta masyarakat luas.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hafidz Trijatnika
EditorHafidz Trijatnika
Follow Us