TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Curhat Anak Rawat Ibu Alzheimer di Bandar Lampung, Lupa Nama Cucu

Didiagnosis ODD sekitar 5 tahun terakhir

ilustrasi pasien dengan demensia vaskular (pexels.com/Steven HWG)

Bandar Lampung, IDN Times - Bukan perkara mudah tatkala salah satu anggota keluarga sakit. Apalagi jenis penyakitnya didiagnosis berat dan amat membutuhkan keterlibatan intens para anggota keluarga terdekat mengurus keseharian si penderita.

Kondisi tersebut telah dilalui Hasti (49), warga Bumi Waras, Kota Bandar Lampung kurang lebih selama 5 tahun terakhir. Hari-hari sosok ibu rumah tangga 3 anak itu, kini banyak dihabiskan di rumah mengawasi dan mengurus keperluan sang ibu bernama Suryati (72) mengalami demensia alzheimer.

Bertahun-tahun mengurus keperluan sang ibu, suatu keutuhan keluarga terus saling menguatkan antara satu sama lain dirasa menjadi hal amat dibutuhkan Orang Dengan Demensia (ODD).

"Yang pasti kita keluarga sedih, karena terutama kita tahu ibu itu dulu orangnya sangat aktif. Apa-apa yang dikerjakan tidak mudah lupa, selalu peduli sama semua hal," ucapnya kepada IDN Times, Jumat (23/9/2022).

1. Sulit mengingat nama seseorang, termasuk cucu sendiri

ilustrasi penderita demensia vaskular (nursingtimes.net)

Awal-awal sang ibu didiagnosis dokter mengalami alzheimer, Hasti bersama keluarga terkhusus suami cukup terkejut. Meskipun, sejatinya wanita lansia itu telah memperlihatkan tanda-tanda gejala awal penyakit fisik memengaruhi kerusakan pada otak tersebut.

"Pertama-tama ya memang seperti kebanyakan orang tua lah ya, hilang kunci itu sudah sering, lupa menaruh barang. Sedikit-sedikit bertanya yang padahal baru dilakukannya sendiri," ucap dia.

Sesuai prediksi dokter menyebutkan lambat laun gejala diperlihatkan si ibu bakal lebih parah. Suryati layaknya orang baru di lingkungan keluarga. Bahkan ia lupa nama dari anak Hasti notabene merupakan cucunya sendiri.

"Banyak tiba-tiba dia tidak tahu. Jadi penyakit ini kita perlu sabar-sabar terus ingatin ibu mana yang boleh tidaknya, ya pokoknya macam-macam ulahnya," sambung Hasti.

Baca Juga: 9 Warga Bandar Lampung Ubah Kolom Agama KTP Jadi Penganut Kepercayaan

2. Rutin menjalani perawatan medis

Ilustrasi rumah sakit. (IDN Times/Arief Rahmat)

Meski terdengar berat, namun Hasti tidak sedikitpun terpikir untuk angkat tangan mengurus keperluan sehari-hari si Ibu. Apalagi membiarkan sisa-sisa hidup wanita renta tersebut, tak lebih baik semasa mengurusi Hasti bersama keempat adiknya sedari kecil.

Termasuk urusan pengobatan, sejak divonis mengidap demensia alzheimer Hasti tak pernah bosan mengantarkan dan menemani ibunda menjalani pengobatan rawat jalan di rumah sakit. Alzheimer diderita Suryati tergolong tidak separah ODD lainnya.

"Kalau sekarang ya sudah tidak se-care (peduli) dulu, biasanya ibu orangnya ini itu diperhatikan semuanya seperti selesai di tangannya. Sekarang lebih terlihat lempeng-lempeng aja, perubahan pribadinya jelas ada," kata Hasti.

3. Melawan pergulatan batin mengatur kehidupan sang ibunda

Ilustrasi wanita sedang sedih (pexels.com/Liza Summer)

Terbiasa dengan hari-hari menghadapi tingkah laku ibunda, kondisi itu diakui Hasti bukan tanpa melewati kesedihan. Bagaimana tidak, terkadang dirinya harus melawan pergulatan batin tak henti-henti dan bosan-bosan menegur tingkah laku Suryati.

"Cuma saya sedihnya begini, saya kok seperti anak durhaka, dalam tanda kutip. Jadi harus atur-atur ibu, harus sering-sering mengingatkan, yang dianya sendiri tidak tahu kalau misalkan lagi sakit," ucapnya lirih.

4. Pemkot Bandar Lampung sarankan ODD dirawat ke rumah sakit

Gedung Pelayanan Satu Atap Pemkot Bandar Lampung. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)

Terkait perhatian Pemerintah Kota (Pemkot) Bandar Lampung, Plt Kadiskes Desti Megaputri mengatakan, para ODD harus ditangani secara serius melalui pengobatan medis. Mengingat, jenis penyakit tersebut tergolong khusus dan membutuhkan rujukan tingkat lanjut.

"Penyakit Alzheimer membutuhkan penanganan dari dokter spesialis neurologi. Mereka bisa langsung mengunjungi rumah sakit, atau meminta rujukan dari masing-masing puskesmas terdekat," imbuhnya.

Meskipun tidak memiliki angka kesakitan tinggi di tengah-tengah masyarakat, Pemkot Bandar Lampung tetap concer terhadap penanganan ODD dan telah mengkoordinasikan tindak lanjut pengobatan di masing-masing rumah sakit.

"Sesuai arahan Ibu wali kota, masyarakat Bandar Lampung harus hidup lebih sehat tanpa terkecuali," tambah Desti.

Baca Juga: Lampung Minim Perkembangan Kawasan Picu Hilangnya Trayek Tol Laut

Berita Terkini Lainnya