TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tangkal Infodemi COVID-19, AJI Bandar Lampung Gelar Diskusi Publik

infodemi sama berbahayanya dengan virus Corona lho! 

IDN Times/Istimewa

Bandar Lampung, IDN Times - Tantangan baru yang dihadapi di masa pandemik saat ini selain virus yang menyerang manusia adalah hoaks mengenai COVID-19 terus meningkat.

WHO menyebutnya sebagai infodemi, karena sama berbahayanya dengan virus penyebab COVID-19.

Berdasarkan persoalan tersebut, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandar Lampung bersama Google News Initiative akan menggelar diskusi publik bertajuk “Melawan Infodemi COVID-19.”

Baca Juga: AJI Bandar Lampung-Bestari Beri Beasiswa Rp16,8 Juta untuk Jurnalis

1. Hadirkan sejumlah pembicara kompeten

Ilustrasi Aplikasi Zoom. IDN Times/Hana Adi Perdana

Rencananya, diskusi yang mengangkat topik “Merajut Informasi Pandemik di Lampung” itu berlangsung secara virtual via Zoom, Kamis (25/03/2021), pukul 13.30-15.30 WIB.

Nantinya, AJI-Google News akan menghadirkan sejumlah pembicara. Di antara nya pengecek fakta, Satgas COVID-19 Lampung, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dan perwakilan media.

Bagi yang hendak mengikuti diskusi sila mendaftar lewat: http://bit.ly/merajutinformasipandemi.

2. Ada 1.341 hoaks dengan sebaran hingga 2.135 sepanjang 2020

Ilustrasi Hoax (IDN Times/Sukma Shakti)

Menurut Ketua AJI Bandar Lampung, Hendry Sihaloho, Kominfo menemukan 1.341 hoaks dengan sebaran hingga 2.135 sepanjang 2020. Merujuk hal itu, sejumlah platform dan media telah bekerja keras untuk menekan hoaks, meski infodemi terus merajalela di media sosial.

"Media memiliki posisi penting dalam kehidupan bermasyarakat, termasuk pada masa pandemik seperti sekarang. Lewat informasi yang disajikan, media dapat membawa perubahan di masyarakat," kata Hendry, Selasa, (23/3/2021).

3. Jurnalis perlu memahami istilah terkait pandemik

Ilustrasi Jurnalis. IDN TImes/Arief Rahmat

Menurut Hendry, meski pandemik sudah mewabah selama satu tahun, kekhawatiran di masyarakat terkait COVID-19 masih cukup tinggi.

Padahal seharusnya kekhawatiran publik soal virus Corona berkurang. Selain itu juga masih terjadi stigma terhadap pasien maupun keluarga yang positif COVID-19.

“Pemberitaan yang berlebihan ihwal COVID-19 dinilai turut memberi andil. Lalu, pemahaman jurnalis mengenai istilah-istilah terkait pandemi juga berkontribusi. Dampaknya, informasi yang disajikan media kepada publik menjadi bias,” bebernya.

Baca Juga: AJI Buka Program Bantuan Bagi Jurnalis Terpapar COVID-19

Berita Terkini Lainnya