TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Harga Gabah Meroket, Pembeli Luar Lamsel Angkat Tangan

Pembeli dari luar daerah memilih mundur

Panen padi kelompok tani mitra binaan PTPN VII digelar di Desa Bumi Jaya, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lampung Selatan, Selasa (18/5/2021). (IDN Times/Martin L Tobing).

Lampung Selatan, IDN Times - Supplier (penyuplai) di luar Lampung Selatan (Lamsel) selama beberapa waktu terakhir menjelang musim panen sudah tidak mampu lagi membeli gabah kering panen (GKP) di daerah tersebut. Itu karena harga jualnya yang sudah terlalu tinggi.

Harga rata-rata GKP petani di kawasan tersebut kini mencapai Rp5.800 per kg dan harga di pabrik Rp6.100 per kg. Harga tersebut juga sama dengan harga di pabrik luar daerah.

Baca Juga: Gerakan Lawan Cemas Finansial, Tips Kelola Keuangan ala Danamon 

1. Pembeli dari luar daerah memilih mundur

Panen padi kelompok tani mitra binaan PTPN VII digelar di Desa Bumi Jaya, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lampung Selatan, Selasa (18/5/2021). (IDN Times/Martin L Tobing).

Seorang supplier gabah di Lamsel, Rayon Timur mengatakan,  dampak dari tingginya harga menyebabkan pembeli dari luar daerah memilih mundur. Itu lantaran harga beli sudah tidak sesuai dengan harga jual beras di pasaran sebesar Rp10.700 per kg.

Supplier di Lampung lebih memilih memasok ke pabrik penggilingan setempat karena harganya sama dengan pabrik di luar daerah dan ongkos kirimnya lebih murah. Sebagai perbandingan, ongkos kirim ke Serang saat ini mencapai Rp3 juta per mobil.

Sedangkan biaya kirim ke Metro Lampung hanya Rp 1,3 juta per mobil. Hal itu menyebabkan gabah dari Lamsel lebih banyak dibeli oleh supplier lokal. "Tidak hanya satu-dua pembeli dari luar daerah yang tidak mampu menyerap,  hampir semua mengalami hal yang sama," kata Rayon, Kamis (18/5/2023).

2. Lamsel saat ini menjadi incaran supplier lokal dan luar daerah

PTPN VII melalui pola kemitraan gulirkan bantuan ke petani Lampung Selatan. (IDN Times/Istimewa).

Lamsel saat ini menjadi incaran supplier lokal dan luar daerah untuk membeli gabah petani karena menjadi daerah terakhir panen pada musim tanam ini. Selain itu juga ada beberapa wilayah di Lampung dan luar daerah mengalami gagal panen.

Hasil gabah Lamsel juga disebut sangat baik sehingga disukai pasar. Tidak hanya saat ini, wilayah tersebut sebenarnya sudah sejak lama menjadi daerah penyuplai beras ke berbagai daerah, seperti Indramayu, Cirebon,  Subang, Cianjur, Serang, Balaraja hingga Medan.

"Daerah ini sudah lama menjadi zona perang.  Meskipun tidak ada perusahaan masuk ke sini, harga sudah tinggi sejak dari dulu," ujar Rayon.

3. Berharap ada cross check dari berbagai pihak

Panen padi kelompok tani mitra binaan PTPN VII digelar di Desa Bumi Jaya, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lampung Selatan, Selasa (18/5/2021). (IDN Times/Martin L Tobing).

Akibat harga gabah sudah tinggi tersebut, Rayon harus membeli gabah harus membeli ke daerah lain,  termasuk Jawa Barat.

Dia berharap ada cross check dari berbagai pihak, terutama pemerintah daerah sehingga dapat mengetahui kondisi di lapangan sebenarnya, dan jangan sampai petani menjadi korban jika harga jatuh saat panen. Dia menduga ada upaya provokasi agar pembeli luar daerah tidak dapat masuk ke Lampung dengan tujuan mengurangi persaingan.

"Meskipun tidak ada perusahaan masuk ke sini, harga sudah tinggi sejak dari dulu," ujar dia.

Meski demikian, di satu sisi dia mengapresiasi harga sedang tinggi karena selama ini harga seringkali ditekan tengkulak akibat kurangnya pilihan akses pasar. Akibatnya keuntungan tidak banyak dinikmati petani. 

Baca Juga: PGN Gandeng JNE Konversi BBG, Efisiensi Kendaraan Logistik

Berita Terkini Lainnya