Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Mengenal Pops Of Colour, Fashion Era 80an jadi Tren Lagi

Contoh Pakaian Pops Of Colour (Instagram/styled.daisy)
Intinya sih...
  • Tren "pops of colour" menonjolkan warna cerah dan berani dalam fashion, mencerminkan tren sejak 1960-an hingga era disko.
  • Penggunaan warna cerah menciptakan pernyataan visual kuat, mempengaruhi suasana hati, dan meningkatkan daya tarik di media sosial.
  • Pakaian dengan "pops of colour" memberikan fleksibilitas bereksperimen dengan gaya, tetapi juga memiliki kelemahan seperti kurang cocok untuk semua jenis kulit.

Bandar Lampung, IDN Times - Dalam dunia fashion, warna tidak hanya berfungsi sebagai elemen estetika, tetapi juga sebagai ekspresi diri mencerminkan kepribadian dan suasana hati. Salah satu tren semakin mencuri perhatian adalah "pops of colour,"  tren ini menonjolkan penggunaan warna-warna cerah dan berani dalam berbagai gaya pakaian.

Tren ini tidak hanya memberikan sentuhan keceriaan pada busana, tetapi juga berfungsi untuk membangkitkan semangat dan menciptakan suasana positif. Seiring bergulirnya musim, desainer-desainer terkemuka di panggung runway, seperti Michael Kors, Valentino, dan Elie Saab, menghadirkan palet warna semakin beragam, mulai dari pastel lembut hingga warna-warna cerah mencolok.

Berikut IDN Times akan membagikan informasi bagaimana pops of colour telah menjadi fenomena tidak hanya mencerminkan tren saat ini, tetapi juga menandai pergeseran dalam cara orang berpakaian, memperlihatkan keberanian untuk bereksperimen dan berani tampil beda dalam setiap kesempatan. 

1. Sejarah pops of colour dalam dunia fashion

Tren Pops Of Colour (Instagram/styled.daisy)

Tren "pops of colour" dalam dunia fashion muncul pada pertengahan abad ke-20. Pada tahun 1960-an, para desainer seperti Pierre Cardin dan Mary Quant mulai mengeksplorasi warna-warna cerah dan pola geometris dalam koleksi mereka, menciptakan revolusi visual menggugah semangat zaman kelam pada masa itu pasca perang dunia II. Era tersebut dikenal sebagai masa kebangkitan kreativitas, di mana warna-warna mencolok dianggap sebagai simbol kebebasan dan pergerakan sosial.

Memasuki tahun 1980-an, desainer seperti Gianni Versace dan Jean Paul Gaultier semakin menekankan pentingnya warna dalam fashion, dengan penggunaan warna neon  menggugah semangat dan memancarkan energi. Tren ini diperkuat dengan budaya hiphop, Jazz, serta RnB di akhir 80-an dan awal 90-an, bersamaan dengan tren disko.

Banyak artis hiphop, Jazz, dan RnB menggunakan fashion pops of colour. Artis seperti Kanye West dan Pharrell Williams sering mengenakan pakaian berwarna cerah, menciptakan citra yang berani dan inovatif. Fashion streetwear yang diadopsi oleh banyak artis hip-hop sering kali menggabungkan elemen warna mencolok, menjadikannya bagian integral dari identitas mereka.

Dalam genre jazz, meskipun lebih dikenal dengan kesan lebih elegan dan klasik, banyak musisi juga mulai mengeksplorasi warna dalam penampilan mereka. Musisi seperti Esperanza Spalding tidak hanya menarik perhatian dengan bakat musiknya, tetapi juga dengan gaya fashion berani dan penuh warna, mencerminkan kepribadian dan kreativitas mereka.

Selama era disko, fashion menjadi salah satu bentuk ekspresi paling menonjol. Pakaian dikenakan oleh para penggemar disko mulai dari celana ketat berkilau hingga gaun berbulu sering kali dipadukan dengan aksesori penuh warna, menciptakan pernyataan visual mencolok dan energik.

Gaya ini, dengan pengaruh dari desainer seperti Halston dan Diane von Furstenberg, mempopulerkan ide warna dapat menambah daya tarik dan meningkatkan pengalaman sosial. Tren ini berlanjut hingga awal 2000-an, ketika warna-warna bold dan berani menjadi pilihan utama dalam berbagai koleksi, menciptakan pernyataan visual kuat.

Hingga saat ini, "pops of colour" tetap relevan dalam fashion modern, dengan desainer kontemporer seperti Balenciaga dan Valentino mengintegrasikan warna-warna cerah dalam desain mereka, menciptakan kombinasi warna menarik antara klasik dan avant-garde. Dalam setiap musimnya, pops of colour terus berevolusi, membuktikan bahwa warna adalah bahasa universal sehingga dapat menggambarkan emosi dan identitas individu dalam dunia yang terus berubah.

2. Tips memadukan warna menggunakan trend pops of colour

Contoh Pakaian Pops Of Colour (Instagram/styled.daisy)

Memadukan warna dalam tren "pops of colour" bisa menjadi tantangan, namun dengan beberapa tips berikut ini kamu bisa menciptakan penampilan menarik dan harmonis. Pertama, mulailah dengan memilih satu warna dominan akan menjadi fokus utama penampilan kamu.

Kemudian, padukan dengan warna-warna netral seperti putih, hitam, atau abu-abu untuk memberikan keseimbangan dan menghindari kesan berlebihan. Misalnya, jika kamu memilih blazer kuning cerah sebagai fokus, kamu bisa memadukannya dengan atasan putih dan celana hitam​.

Kedua, jangan takut untuk bereksperimen dengan kombinasi warna berbeda. Warna-warna berlawanan di roda warna, seperti biru dan oranye atau merah dan hijau, dapat menciptakan kontras menarik dan dinamis. Namun, penting untuk menjaga proporsi agar salah satu warna tetap mendominasi, sehingga tampak seimbang​ dan tetap terlihat elegan.

Selanjutnya, perhatikan pola dan tekstur saat memadukan warna. Pakaian dengan pola  berani dapat menambah kedalaman pada penampilan kamu, asalkan warna digunakan tetap dalam satu palet warna serasi. Misalnya, rok bermotif floral dengan warna cerah dapat dipadukan dengan atasan polos menonjolkan salah satu warna dalam pola tersebut​

Terakhir, aksesori juga dapat menjadi cara efektif untuk menambahkan sentuhan warna pada penampilan kamu. Sepatu, tas, atau perhiasan dengan warna cerah dapat memberikan elemen kejutan menyenangkan tanpa perlu mengubah seluruh outfit. Dengan mengikuti tips ini, kamu dapat tampil percaya diri dan stylish dalam tren "pops of colour". 

3. Kelebihan penggunaan pakaian pops of colour

Tren Pops Of Colour (Instagram/styled.daisy)

Tren "pops of colour" dalam dunia fashion menawarkan sejumlah kelebihan sehingga membuatnya semakin menarik bagi para pecinta mode. Pertama, penggunaan warna-warna cerah dapat menambah energi dan keceriaan pada penampilan, membantu individu untuk mengekspresikan diri secara lebih autentik. Warna yang mencolok juga dapat menarik perhatian dan memberikan kesan berani, sehingga menciptakan pernyataan fashion kuat.

Kedua, tren ini memungkinkan fleksibilitas dalam berbusana. Dengan menggabungkan warna-warna cerah, seseorang dapat menciptakan berbagai tampilan unik dan beragam, dari casual hingga formal. Hal ini mendorong inovasi dalam berpakaian dan memberikan kesempatan bagi individu untuk bereksperimen dengan gaya mereka.

Selanjutnya, penggunaan pakaian dengan "pops of colour" dalam dunia media sosial dan digital memiliki sejumlah kelebihan signifikan lho. Pakaian berwarna cerah cenderung lebih mencolok dan menarik perhatian, sehingga membuat konten lebih mudah diingat dan menonjol di antara banyaknya postingan yang ada.

Dalam platform seperti Instagram dan TikTok, di mana visual menjadi kunci utama, warna-warna cerah dapat meningkatkan daya tarik estetika, mendorong lebih banyak interaksi dan keterlibatan dari pengguna​.

Selain itu, "pops of colour" juga dapat meningkatkan suasana hati. Penelitian menunjukkan bahwa warna dapat mempengaruhi emosi seseorang; warna cerah cenderung memicu perasaan positif dan semangat. Dengan memadukan berbagai warna cerah, individu tidak hanya tampil menarik secara visual, tetapi juga dapat merasakan dampak psikologis positif.

Secara keseluruhan, tren "pops of colour" tidak hanya mengedepankan estetika, tetapi juga berfungsi sebagai alat untuk mengekspresikan identitas dan meningkatkan suasana hati, menjadikannya pilihan menarik dalam dunia fashion saat ini. 

4. Kekurangan penggunaan pakaian pops of colour saat ini

Tren Pops Of Colour (Instagram/styled.daisy)

Meskipun penggunaan pakaian dengan "pops of colour" dalam dunia media sosial dan digital memiliki banyak kelebihan, ada juga beberapa kelemahan perlu diperhatikan. Pertama, warna-warna cerah dan mencolok bisa jadi tidak selalu cocok untuk semua jenis kulit atau kepribadian. Beberapa orang mungkin merasa tidak nyaman atau kurang percaya diri saat mengenakan warna terlalu mencolok, sehingga dapat berdampak negatif pada cara mereka tampil di depan kamera.

Kedua, penggunaan warna terlalu berani dapat membuat outfit terlihat berlebihan jika tidak dipadukan dengan baik. Jika tidak hati-hati, kombinasi warna tidak seimbang bisa menciptakan kesan mengganggu hingga norak dan mengalihkan perhatian dari pesan utama ingin disampaikan dalam konten digital. Dalam konteks media sosial, di mana estetika visual sangat penting, tampilan tidak harmonis bisa membuat audiens kehilangan minat atau tidak terkesan dengan konten disajikan.

Selain itu, tren pops of colour bisa cepat berubah, mengikuti dinamika mode terus bergulir. Artinya, apa yang dianggap stylish saat ini mungkin tidak relevan di masa depan, sehingga bisa menyebabkan individu merasa perlu untuk terus memperbarui koleksi pakaian mereka agar tetap terlihat trendy. Ini bisa menjadi beban finansial dan psikologis, terutama bagi mereka yang merasa tekanan untuk selalu tampil fashionable di media sosial.

Memahami kelemahan ini, individu dapat lebih bijak dalam memilih pakaian yang sesuai dengan kepribadian dan gaya hidup mereka, sekaligus tetap mempertahankan daya tarik visual diinginkan. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Silviana
Martin Tobing
Silviana
EditorSilviana
Follow Us