Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Serupa Tapi Tak Sama, Kenali 8 Macam Jerapah Ada di Dunia

ilustrasi jerapah (pixabay/ Christine Sponchia)

Jerapah (genus Giraffa) merupakan satwa dalam famili Giraffidae hidup di sabana dan hutan terbuka di benua Afrika. Satwa ini identik dengan kaki dan leher panjang serta corak kecokelatan khas di tubuhnya.

Meski sekilas terlihat sama, jerapah ternyata cukup beragam. Pada awalnya para ilmuwan menyatakan jerapah hanya terdiri dari satu spesies yakni Giraffa camelopardalis terbagi dalam sembilan subspesies. Namun, penelitian terhadap DNA jerapah dilakukan the Giraffe Conservation Foundation (GCF) selama lebih dari 15 tahun menghasilkan kesimpulan berbeda.

Dilansir Conservation Magazine, riset GCF menunjukkan jerapah terdiri dari empat spesies/kelompok jenis. Empat spesies tersebut adalah jerapah masai, jerapah reticulata, jerapah utara, dan jerapah selatan.

Tiga jenis di antaranya yakni jerapah masai, jerapah utara dan selatan kemudian terbagi lagi menjadi tujuh subspesies memiliki warna dan corak yang berbeda. Apa sajakah ragam jerapah yang ada di dunia? Bagaimana cara membedakannya? Mari lihat perbedaannya di ulasan berikut ini.

1. Jerapah masai, coraknya seperti daun ek

ilustrasi jerapah Masai (instagram.com/ indus_trails)

Dilansir dari situs the Giraffe Conservation Foundation, spesies jerapah masai memiliki dua subspesies yakni jerapah masai dan jerapah Luangwa/Thornicroft. Jerapah masai dapat ditemukan di negara Kenya dan Tanzania. Populasinya di alam masih cukup banyak yakni sekitar 45.000 individu.

Motif jerapah masai cukup khas yaitu seperti daun pohon ek menjalar hingga bagian kaki. Jerapah ini juga punya bulu berwarna gelap pada osikon atau tulang rawan menyerupai tanduk di kepalanya. 

2. Jerapah Thornicroft, subspesies jerapah masai hanya bisa ditemukan di Zambia

ilustrasi jerapah Thornicroft (dok. Embassy of the Republic of Zambia)

Jerapah Thornicroft juga dikenal dengan nama jerapah Luangwa/Rhodesia juga merupakan subspesies dari jerapah masai. Mamalia bisa mencapai tinggi 6 meter ini memiliki corak berwarna cokelat kehitaman.

Subspesies ini terisolasi secara geografis dan hanya bisa ditemukan di Lembah Luangwa di bagian timur laut Zambia. Data terakhir 2016 menunjukkan populasinya tidak lebih dari 600 individu. Tidak terdapat di negara lain atau bahkan di penangkaran atau kebun binatang membuat sosok jerapah ini jarang terlihat publik.

3. Jerapah reticulata (jerapah Somalia), coraknya paling besar dan terancam punah

reticulated giraffe (Instagram/ Aditya_aji)

Jerapah reticulata (Giraffa reticulata) ialah sebuah spesies tersendiri dalam genus Giraffa. Jerapah ini mendiami kawasan utara Kenya, selatan Ethiopia serta Somalia sehingga mereka kerap disebut sebagai jerapah Somalia.

Motif jerapah reticulata mudah dibedakan dari jenis jerapah lainnya, sebab berbentuk poligon cokelat dan berukuran besar dengan garis krem di antaranya. Sayangnya, habitatnya terus berkurang membuat jerapah reticulata kini berstatus terancam punah.

4. Jerapah kordofan, bagian dari spesies jerapah  utara

ilustrasi jerapah Kordofan di kebun binatang (commons.wikimedia/ Mathae)

Spesies jerapah utara (Giraffa camelopardalis) terdiri dari tiga subspesies berbeda dan salah satunya adalah jerapah Kordofan. Jerapah berwarna cokelat pucat ini dapat ditemukan di negara Chad, Republik Afrika Tengah, Kamerun dan Republik Demokratik Kongo.

Bristol Zoo melansir populasi jerapah Kordofan diperkirakan kurang dari 2.000 individu di alam sehingga mereka berstatus vulnerable atau rentan punah. Sayangnya, upaya konservasi untuk meningkatkan jumlah jerapah Kordofan sering menghadapi kesulitan karena populasi jerapah ini berada di daerah masih rawan konflik atau perang.

5. Jerapah Niger, jerapah utara berwarna cerah dan dilindungi pemerintah

ilustrasi jerapah Niger atau jerapah Afrika Barat (unsplash/ Nathalie Lays)

Jerapah Niger atau jerapah Afrika Barat ialah jerapah warna tubuh paling cerah dibanding jerapah utara lainnya. Motifnya berwarna cokelat dibatasi garis krem yang lebar.

Subspesies ini kini hanya dapat ditemukan di Niger. Sebelum Perang Dunia I, populasinya tersebar di kawasan Sahel dan sabana di Afrika Barat. Namun, jumlahnya terus menyusut hingga pada pertengahan 1990-an hanya tercatat ada 49 individu saja. 

Beragam upaya konservasi pun dilakukan Pemerintah Niger agar populasinya bertambah. Usaha tersebut sukses dan kini jumlah jerapah Niger mencapai 600 individu dan terus meningkat. 

6. Jerapah Nubian, statusnya di ambang kepunahan

ilustrasi jerapah Nubian (commons.wikimedia/ Doug Belshaw)

Jerapah nubian juga termasuk subspesies kelompok jerapah utara. Dibanding jerapah utara lainnya, coraknya lebih besar, berbentuk persegi dan berwarna cokelat kastanye.

Subspesies ini mengalami penurunan populasi sangat drastis dalam beberapa dekade terakhir. Pernah tersebar di seluruh wilayah timur laut Afrika, sekarang jerapah nubian hanya bisa ditemukan di Kenya, Uganda, Sudan, Sudan Selatan dan Ethiopia. Tak pelak jika jerapah nubian kini berstatus critically endangered menurut IUCN.

7. Jerapah Angola, salah satu subspesies jerapah kawasan selatan

ilustrasi jerapah Angola atau jerapah Namibia (unsplash/ Sergi Ferrete)

Spesies jerapah kawasan selatan (Giraffa giraffa) memiliki dua subpesies yaitu jerapah Angola dan jerapah Afrika Selatan. Jerapah Angola (G. g. angolensis) dapat ditemukan di negara Angola, Botswana, dan Namibia. Mamalia ini ditandai dengan corak cokelat muda dengan bentuk tidak teratur merambat hingga ke kaki.

8. Jerapah Afrika Selatan, satwa kerap jadi target dalam trophy hunting

ilustrasi jerapah Afrika Selatan (pixabay/ Luda Kot)

Jerapah Afrika Selatan (G. g. giraffa) bisa dibedakan dari motifnya yang berbentuk diamond atau bintang. Populasi jerapah ini tersebar di Afrika Selatan, Mozambik, Botswana, Namibia dan Zimbabwe.

Jumlahnya diperkirakan sekitar 29.000 ekor, namun belasan ribu di antaranya berada di taman nasional dan private hunt game. Jerapah Afrika Selatan memang legal untuk diburu di Afrika Selatan dan Zimbabwe sehingga membuatnya kerap dijadikan target para penghobi trophy hunting.

Kurangnya riset dan perhatian terhadap jerapah membuat mamalia tertinggi di dunia ini dikatakan para ahli sedang mengalami silent extinction. Center of Biological Diversity menyebut berkurangnya habitat, konflik atau perang sipil, perburuan dan perdagangan illegal membuat populasinya turun drastis. Perlu adanya regulasi dan usaha serius untuk menyelamatkannya dari ancaman kepunahan. Apakah kamu setuju?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Martin Tobing
EditorMartin Tobing
Follow Us