TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Cara Mengatasi Nyeri Haid Tidak Tertahankan

Tanda penyakit atau gangguan kesehatan tertentu?

Unsplash/Pete Bellis

Bandar Lampung, IDN Times - Nyeri haid atau dismenore umum dialami setiap wanita selama menstruasi. Nyeri haid umumnya dialami wanita pada awal masa menstruasi.

Rasa sakit di perut bagian bawah ini tidak begitu menyiksa pada sebagian wanita, sehingga mereka tetap bisa melakukan aktivitas seperti biasa. Penyebab nyeri haid bermacam-macam.

Namun, kamu perlu waspada bila nyeri haid yang muncul tak tertahankan dan tak kunjung hilang. Perempuan perlu waspada jika nyeri haid terasa sangat parah dan muncul setiap kali datang bulan.

Begitu pula jika nyeri haid muncul beserta keluhan lain, seperti perdarahan berlebih, periode menstruasi lebih lama dari biasanya, keputihan tidak normal, nyeri terasa intens di area panggul, serta demam. Bisa jadi ini menandakan adanya penyakit atau gangguan tertentu. Yuk simak penjelasan berikut dilansir dari RS Hermina Lampung.

Baca Juga: Harga Pasang Behel di 5 Klinik Gigi Lampung, Ada Beri Promo Maret Ini!

Faktor nyeri haid tak tertahankan

Beberapa wanita mungkin merasakan nyeri haid yang tidak tertahankan hingga tidak mampu melakukan apa pun. Ada beberapa faktor dapat meningkatkan risiko seorang wanita mengalami nyeri haid yang lebih parah, di antaranya:

  • Riwayat menstruasi pertama kali saat berusia 11 tahun atau lebih awal
  • Berusia di bawah 30 tahun
  • Pendarahan berlebihan selama menstruasi dalam waktu lebih dari 7 hari (menorrhagia)
  • Kebiasaan merokok dan konsumsi minuman beralkohol
  • Berat badan berlebih atau kurang
  • Riwayat keluhan nyeri haid parah di keluarga
  • Pendarahan tidak teratur (metrorrhagia)

Nyeri haid primer dan sekunder

ilustrasi perempuan yang mengalami nyeri haid atau dismenorea (commons.wikimedia.org/Vulvani)

Nyeri haid atau dismenore terbagi menjadi dua jenis, yaitu primer dan sekunder. Dismenore primer adalah rasa nyeri yang umum dialami wanita, terutama di masa awal menstruasi.

Nyeri haid akibat dismenore sekunder biasanya terjadi lebih awal dari nyeri haid biasa dan berlangsung lebih lama. Dismenore sekunder merupakan rasa nyeri yang disebabkan oleh beberapa penyakit atau kondisi, seperti:

  • Endometriosis
  • Radang Panggul
  • Adenomiosis
  • Fibroid atau miom, yaitu tumor di dinding rahim yang tidak bersifat kanker
  • Efek samping penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim atau intrauterine device (IUD)

Selain nyeri haid, dismenore sekunder umumnya juga dapat disertai gejala lain, seperti menstruasi tidak teratur, keputihan yang kental dan berbau, perdarahan di antara masa menstruasi, serta nyeri saat melakukan hubungan seksual.

 Selain itu, nyeri haid juga bisa disebabkan oleh penyakit lain, seperti masalah pada kandung kemih atau saluran indung telur (tuba Falopi) dan penyempitan leher rahim.

Kontraksi otot rahim

Saat menstruasi, dinding rahim akan meluruh dan berkontraksi lebih kencang untuk mengeluarkan sel telur yang tidak dibuahi. Keluarnya sel telur dan jaringan dinding rahim inilah yang tampak menyerupai darah haid.

Kontraksi ini dapat menekan pembuluh darah yang mengelilingi rahim, sehingga memutus suplai darah dan oksigen ke rahim. Kondisi tersebut menyebabkan jaringan rahim melepaskan bahan kimia yang menimbulkan rasa nyeri, seperti prostaglandin

Prostaglandin dapat membuat otot rahim berkontraksi semakin kencang, sehingga menimbulkan nyeri haid. Zat ini juga dapat menimbulkan beberapa keluhan lain saat haid, seperti mual, mulas, lemas, dan sakit kepala.

Setelah menstruasi selesai, jumlah prostaglandin akan berkurang, sehingga nyeri haid dan gejala lainnya pun bisa mereda dengan sendirinya.

Baca Juga: Kamu Sering Begadang? Ternyata Ada Efek Negatif Jangka Panjang

Berita Terkini Lainnya