Wagub Jihan Ajak Mahasiswa UIN RIL Promosikan Pariwisata Lampung

Jihan mengatakan, dunia digital kini menjadi ruang dakwah baru yang sangat potensial. Karena itu, mahasiswa perlu ikut menyebarkan pesan positif sambil memperkenalkan keindahan dan kearifan lokal Lampung ke dunia.

“Contohnya Nami Island di Korea Selatan bisa viral karena promosi di media sosial. Lampung juga bisa seperti itu. Kita punya potensi besar dengan identitas budaya yang kuat dan nilai dakwah yang bisa dikemas secara menarik,” jelasnya.

Lebih lanjut, Jihan menjelaskan tren pariwisata dunia kini mulai bergeser dari mass tourism menuju quality tourism dan halal tourism.

Menurutnya, tantangan ke depan bukan hanya menciptakan destinasi yang indah secara visual, tapi juga memiliki nilai spiritual, edukatif, dan ramah bagi wisatawan muslim.

“Wisata berbasis dakwah menciptakan pengalaman yang ramah muslim, membawa pelajaran spiritual, dan memperkaya wawasan,” katanya.

Jihan juga menyoroti sejumlah tantangan dihadapi pariwisata Lampung. Beberapa destinasi unggulan seperti Way Kambas dan Pulau Pahawang masih kurang terekspos di ruang digital. Sementara kualitas konten promosi wisata masih perlu ditingkatkan agar lebih menonjolkan narasi spiritual dan dakwah.

Selain itu, kesenjangan keterampilan digital dikalangan pelaku wisata dan UMKM juga menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan. “Kita perlu energi baru dari generasi muda untuk menggelorakan promosi pariwisata berbasis dakwah di tengah derasnya arus konten negatif di media sosial,” tegasnya.

Dalam kuliah umumnya, Jihan juga memaparkan empat pilar literasi digital yang penting dikuasai mahasiswa, yaitu:

• Digital skills – kemampuan menguasai alat dan platform digital.

• Digital culture – menanamkan nilai-nilai positif dalam dunia maya.

• Digital ethics – bijak dalam berbagi dan menyaring informasi.

• Digital safety – menjaga keamanan diri dan data pribadi di ruang digital.

Ia juga menyoroti pentingnya digitalisasi halal dalam industri pariwisata. Hal ini mencakup penyediaan fasilitas ibadah, jaminan makanan dan minuman halal, hingga akses destinasi yang ramah bagi wisatawan muslim.

“Ketika kita bicara wisata halal, itu bukan soal eksklusivitas, tapi tentang kepercayaan. Bagaimana wisatawan muslim merasa aman, nyaman, dan tetap bisa menjalankan ibadah selama berwisata,” tambahnya.