Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kisah Anak Tukang Tambal Ban Sukses Raih Wisudawan Terbaik 1 di Itera

IMG-20251114-WA0011.jpg
Wisudawan Terbaik 1 Itera, Josevein Hutagalung. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).
Intinya sih...
  • Josevein Hutagalung, anak tukang tambal ban, meraih Wisudawan Terbaik 1 di Itera dengan IPK 3,88
  • Aktif di kampus dan mengantongi prestasi internasional, Jose sudah bekerja tapi ingin melanjutkan studi magister
  • Sang ayah tidak bisa mewariskan harta kepada anak-anaknya, selain ilmu dan semangat
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Lampung Selatan, IDN Times - Momentum wisuda ke-23 Institut Teknologi Sumatera (Itera) meninggalkan kisah inspiratif. Yaitu datang dari peraih gelar Wisudawan Terbaik 1, Josevein Hutagalung. Ia mahasiswa lulusan Sarjana Teknik Elektro.

Dari ribuan wisudawan, nama Josevein Hutagalung sukses mencuri perhatian dalam kegiatan prosesi kelulusan tersebut. Namun siapa sangka, di balik pencapaian itu, Jose adalah anak dari seorang tukang tambal ban di Seputih Banyak, Kabupaten Lampung Tengah.

Lantas bagaimana kisah pencapaian hingga perjuangannya selama menempuh dunia pendidikan di kampus Itera?

1. Teguhkan predikat bukan sebatas angka

IMG-20251114-WA0012.jpg
Wisudawan Terbaik 1 Itera, Josevein Hutagalung. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).

Jose, sapaan akrabnya, pemuda asal Seputih Banyak lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya Jhonson Efendi Hutagalung, setiap hari bekerja menambal ban di Desa Siswo Bangun. Sedangkan sang ibu, Melvawati Siringo-ringo, bekerja sebagai ibu rumah tangga.

“Saya berasal dari keluarga sederhana. Ayah saya tukang tambal ban, Ibu hanya di rumah,” kata Jose seraya mengenang perjalanan akademiknya.

Namun, keterbatasan ekonomi tak pernah menjadi alasan baginya untuk berhenti bermimpi. Dengan IPK 3,88, Jose mengakui bahwa banyak temannya memiliki nilai lebih tinggi. Namun ia belajar bahwa predikat terbaik bukan hanya ditentukan oleh angka.

“Saya coba tanya-tanya ke kakak tingkat. Mereka bilang, jangan cuma kejar IPK, tapi juga prestasi. Itu jadi titik balik bagi saya,” tuturnya.

2. Aktif di kampus hingga mengantongi prestasi internasional

IMG-20251114-WA0006.jpg
Itera menggelar sidang wisuda ke-23. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).

Tahun terakhir kuliah menjadi titik terang perjalanan prestasi Jose. Ia meraih Silver Medal ITLAS 2025y digelar Universiti Kebangsaan Malaysia melalui riset dan ide inovatif. Tahun sebelumnya, ia juga menjadi bagian tim meraih pengakuan di ajang internasional IDEX 2025 Malaysia lewat rancangan prototipe sistem energi surya.

“Banyak penelitian yang saya kerjakan di kampus. Itu yang membuat saya berkembang, bukan hanya di kelas,” ujarnya.

Jika banyak orang menganggap tantangan terbesar mahasiswa adalah akademik atau kesibukan organisasi. Maka lain hal dihadapi oleh Jose yakni, melawan rasa malas.

“Semua orang pasti punya rasa malas. Tantangannya adalah bagaimana mengontrol itu,” katanya sambil tertawa kecil.

Di samping itu, motivasi terbesarnya datang dari keluarga dan kebanggaan akan marganya sebagai pemuda Batak. Sejak awal masuk Itera pada 2021, ia bermimpi suatu hari nama marganya dipanggil di depan orangtua.

“Itu kebanggaan bagi kami orang Batak. Aku pengin orangtuaku dengar namaku dipanggil,” lanjut dia.

3. Sudah mendapatkan pekerjaan, tapi masih ingin melanjutkan studi

Ilustrasi kampus ITERA. (Dok. ITERA).
Ilustrasi kampus ITERA. (Dok. ITERA).

Meski baru resmi menjalani prosesi wisuda, Jose mengaku selama dua bulan terakhir telah disibukkan oleh dunia pekerjaan. Kini ia sudah bekerja pada perusahaan swasta bidang industri di Lampung. Namun tak berhenti sampai di sini, Jose telah menyimpan cita-cita untuk melanjutkan jenjang studi magister dalam 2–5 tahun mendatang.

“Saya anak riset. Ingin kembali ke dunia akademik, tapi saat ini saya ambil pengalaman industri dulu,” kata dia.

4. Mewarisi ilmu, bukan harta

IMG-20251114-WA0013.jpg
Ayah Jose, Jhonson Efendi Hutagalung. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).

Di balik kesuksesan Jose, sang ayah tak bisa menyembunyikan rasa haru. Dengan suara bergetar dan mata berkaca-kaca, Jhonson mengaku tidak bisa mewariskan harta kepada anak-anaknya, selain ilmu dan semangat.

“Kami keluarga kurang mampu, kami mengontrak. Saya cuma bisa bilang, orang tua tidak bisa wariskan harta, tapi mewariskan ilmu,” katanya dengan mata berlinang.

Tiga anaknya tumbuh dengan kesederhanaan. Dua di antaranya kini kuliah, termasuk adik Jose yang mengambil Teknik Mesin di Itera.

“Penghasilan tambal ban itu kadang besar, kadang kecil. Tapi kami percaya Tuhan buka jalan bagi anak-anak kami, kalau moto orang Batak 'Anakku Kido Hamoraon Di Au', anak adalah kekayaan," lanjut dia.

5. Sampaikan kebanggaan kepada Jose

IMG-20251114-WA0014.jpg
Wisudawan Terbaik 1 Itera, Josevein Hutagalung. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna).

Sedikit mengenang perjuangannya dan sang istri, Jhonson mengisahkan hanya bisa memberi dorongan mental saat Jose mengikuti kegiatan pertukaran mahasiswa ke Malaysia di tengah kondisi ekonomi pas-pasan.

“Bundanya cuma bilang: sudah, jalani saja. Percaya saja. Semua pasti ada jalannya, kami percaya Tuhan tidak tidur dan akan memudahkan niat baik kami," ucap dia.

Menurutnya, predikat Wisudawan Terbaik 1 bukan hanya kemenangan bagi Jose, tetapi juga bukti bahwa keterbatasan bukan alasan untuk berhenti bermimpi.

“Percaya, semuanya akan ada jalannya. Kami bangga, terima kasih nak," ucapnya sambil memegang pundak Jose.

Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us

Latest News Lampung

See More

Selundupkan 336 Burung Liar, Pria Asal Sumbar Divonis 5 Tahun Penjara

14 Nov 2025, 17:43 WIBNews